5. Nama Untukmu

28 14 11
                                    

Bangkitlah, berusaha dan buktikan
Karena bukti perlu usaha untuk meraihnya
Dan usaha perlu rasa semangat untuk membuktikanya

Happy Reading

.....


"Bangun sudah pagi," ucap seseorang dengan menepuk pelan pipi Alena.

Tidak ada respon sama sekali dari si empu, membuat ia geram dan kembali menepuk pipi Alena sedikit keras.

Hoamm.

"Aish, iya Mah! Al... " ucapan Alena terhenti ketika melihat wajah seseorang tepat didepan wajahnya, hingga tatapan mereka pun bertemu dan...

1 detik.
2 detik.
3 detik.

Alena tersadar dimana dia saat ini, dan buru-buru memalingkan wajahnya, yang pasti mungkin saat ini sudah merah merona karena rasa malu walaupun tertutup dengan warna kulitnya yang hitam.

"Huh badan gue sakit semua, sabar Alena lo harus sabar dengan semua ini!" ucap Alena menguatkan dirinya sendiri.

"Ayo!" ucapnya sambil berdiri.

"Kemana si? Baru juga bangun kumpulin nyawa dulu napa," ucap Alena kesal.

Pria itu tidak menghiraukan Alena, terus saja berjalan tanpa mengetahui keadaan Alena yang berjalan saja masih sempoyongan karena rasa kantuk masih saja menyerang dirinya.

"Duh!" rintih Alena saat tubuhnya terhuyung kedepan, dengan berakhir duduk diatas tanah."Dasar batu sialan jatuh kan gue."

Mata Alena menelusuri sekitar tidak ada tanda-tanda keberadaannya, bodoh! Alena merutuki dirinya. Lagi dan lagi harus tersesat, membuat Alena segera bangkit dan memilih berlari ke arah terakhir pria itu melangkah.

"Huh," akhirnya Alena bisa bernafas lega saat melihat siluet seseorang dari arah belakang.

"Eh kamu tunggu! Aish nih semak ganggu gue!" kesal Alena membuat ranting yang tidak bersalah itu terpatah-patah.

Merasa dipanggil pria itu pun berhenti dan sudah tau siapa yang memanggil dirinya pasti gadis yang cerewet itu.

Alena masih saja berurusan dengan ranting menyebalkan itu, membuat Alena tidak tau kalau pangeran sudah berdiri didepannya.

Brukkk

"Sial banget si gue dari tadi, ini lagi apa yang gue tabrak," ucap Alena dan segera mendongakkan kepalanya.

"Eh maaf," lanjut Alena saat sudah tau siapa yang ditabrak.

"Kalau jalan itu pakai kaki terus gunain mata dengan benar," ucap pangeran dengan tatapan tajamnya.

"Iya iya maaf, abisnya kamu jalan cepet banget."

"Sekarang istirahat saja sebentar," jelas pangeran membuat Alena langsung duduk dan mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.

"Panger..." Alena menjeda perkataan dan berfikir sejenak. "Mm pangeran namanya siapa?"

"Pangeran putih," ucap pangeran singkat, padat dan jelas.

"Iya tau, itu gara-gara kulit kamu yang putih kan terus nama aslinya siapa?" tanya Alena penasaran.

"Tidak ada."

"Alena, namaku Alena kamu panggil aku Alena saja ok," ucap Alena dengan menjulurkan tangannya.

"Oo iya biar lebih akrab aku panggil kamu mm... Alang!... Ya! Alang nama yang bagus," lanjut Alena.

"Alang?"

"Iya itu nama buat kamu, senang bisa jadi temanmu Alang," ucap Alena dengan meraih tangan Alang untuk berjabat tangan dengannya.

"Baiklah," ucap pangeran eh ralat maksudnya ucap Alang dengan raut wajah yang menyembunyikan senyumnya.

Krukk Krukut krukut

"Hee aku lapar maaf, perutku emang tidak bisa diajak kompromi," cengir Alena.

"Lihat itu," tunjuk Alang kearah pohon didepan mereka.

"Wah! Itu jambu air! Seger tuh pasti warnanya merah banget," girang Alena saat melihat banyak jambu yang masih berada dipohonya. Alang pun berdiri dan memanjat pohon itu untuk memetik jambunya.

"Ini makanlah!" ucap Alang dengan menyerahkan jambu kepada Alena.

"Terima kasih... Alang!"

Baru kali ini pangeran merasa sesuatu yang berbeda dalam hatinya, Alang! Ketika nama itu disebut seolah ada rasa yang ia bahkan tidak mengerti bagaimana cara mendeskripsikanya. "Ah sudah lah, mungkin karna efek dari nama baruku itu."

"Oh iya, selesai makan kita mau pulang atau kamu mau lanjut berburu?" tanya Alena disela-sela saat makan.

"Pulang saja, badanku sudah pegal," jawab Alang.

"Oklah, tapi sebelum ke istana aku mohon antar aku ke pasar, kalau aku tidak membeli apa yang disuruh Bitu  bisa bisa aku habis ditangannya," ucap Alena cemas.

"Iya... Hit..." ucap Alang terbata sebelum ia benar-benar tidak mengeluarkan suara. Memilih untuk diam karena jika Alang memanggil nama si hitam itu mungkin akan terasa aneh.

"Ih susah amat ya namaku? Alena! Alena ingat ok," ucap Alena menekan satu kalimat namanya.

" Iya Alena!" ucap Alang kembali, dan kali ini nama Alena terucapkan dengan lantang.

"Huh akhirnya ada juga yang manggil aku dengan nama asliku, hmm jadi pengin ngasih semua orang nama biar jadi identitas mereka," terang Alena.

"Sudah lah jangan terlalu merepotkan dirimu," protes Alang karena jika itu terjadi pasti kerajaannya akan rusuh.

"Ya engga repot lah, disini kan banyak orang yang punya warna yang sama si merah, kuning, hijau, biru, ungu, Oranye, putih terus apa lagi ya? Mm... "

"Diamlah dan lanjutkan makanmu," potong Alang, karena dari tadi Alena terus saja mengoceh padahal tadi katanya sudah sangat lapar.

"Ya itu lah banyak warna pokoknya, untung aja warna kulit aku satu-satunya di kerajaan, hitam ngga ada warna itu selain aku, hebat kali ya kalau aku bisa rubah nih kerjaan," ucap Alena.

"Itu mustahil," bukan tanpa alasan Alang mengatakan mustahil, dan ya! Itu emang kenyataan. Alena belum tau saja kenapa warna kulit orang-orang disini begitu berwarna.

"Kita lihat aja nanti," ucap Alena yakin dan itu pasti akan terwujud suatu hari nanti.

"Terserah kamu! Ayo kembali!"

......

Maaf, maaf dan maaf🙏

Maaf karena ini part tuh bener-bener ngga jelas.

Maaf karena terlalu pendek.

Maaf karena mungkin ada banyak typo.

Maaf karena baru bisa up lagi.

Terima kasih ya buat semua yang udah mau baca hee, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN OK☺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Love Of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang