Awalnya, Selena mengomel saat Aldric membawanya ke kamar. Akan tetapi, ternyata pria itu tidak bermaksud macam-macam, karena Aldric hanya berniat membawanya ke balkon. Selena berdecak kagum melihat pemandangan indah yang bisa ia lihat dari lantai dua. Ia memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya, menginjak lantai rumah mewah keluarga Anderson.
Rumah besar itu, bagi Selena layak disebut istana. Pilar-pilar penyangga bangunannya kokoh, lantai granit mengkilap, berbagai benda antik menghiasi hampir setiap sudut ruangan.
Selena menyentuh teralis besi dengan ukiran unik yang menjadi pagar balkon. Di kejauhan sana, terlihat lapangan golf terhampar seperti permadani hijau. Lalu, pandangan Selena beralih pada air mancur tepat di tengah halaman rumah.
Suasana semakin asri dengan miniatur taman di sisi kanan halaman. Berbagai macam bunga tumbuh di sana. Mawar, melati, bougenville, aneka kaktus, pakis, dan entah apa lagi, Selena tidak bisa jelas melihatnya.
Seorang pria tua berambut putih terlihat sedang menyiram bunga menggunakan selang. Sementara di sudut yang lain, seorang gadis berambut panjang asyik duduk di bangku kecil sembari memangkas bonsai. Sesekali gadis itu bercengkerama dengan si pria tua, tawanya terdengar renyah.
"Pria tua itu tukang kebun kami. Lalu gadis itu Anna, adikku," jelas Aldric seraya berdiri di samping Selena.
"Ah ya, yang waktu itu memenangkan kompetisi melukis di Jepang, 'kan? Aku membaca beritanya. Tapi setelahnya, aku tidak pernah mendengar apa pun tentang putri bungsu Tuan Darren Anderson."
"Sejak kecil, adikku paling tidak suka melambaikan tangan di depan paparazzi. Dia gadis sederhana dan berhati lembut, seperti Mama. Kau dengar bagaimana dia tertawa? Sangat tulus, bukan?"
Selena mengangguk, Aldric begitu membanggakan adik sematawayangnya. Tak lama, Anna bangkit dari duduknya, mengambil botol air mineral di dekatnya. Dengan menggunakan sebuah kruk, gadis itu tertatih-tatih berjalan menghampiri tukang kebun untuk memberikan botol di tangannya.
Selena tercengang. "Dia ...."
"Seperti yang kau lihat, dia tidak bisa berjalan normal. Empat bulan yang lalu, dia mengalami kecelakaan dan syaraf tulang belakangnya mengalami cedera serius. Kami sudah berusaha sekuat tenaga, mencari rumah sakit dan dokter terbaik, tetapi Tuhan berkehendak lain. Tuhan ingin menguji seberapa kuat gadis itu."
"Kasihan."
"Tidak perlu menaruh rasa iba padanya. Anna benci dikasihani. Awalnya, ia memang merasa berat menjalani takdirnya. Namun, seiring waktu berjalan, Anna mendapatkan kepercayaan dirinya kembali. Sejak kecil, Anna seorang gadis yang kuat, sehingga bukan hal yang sulit baginya untuk bangkit dan menjalani kehidupan barunya."
Selena tidak bisa berkata-kata. Aldric benar, Anna gadis yang kuat. Lihatlah, dalam kondisi seperti itu pun Anna tidak sungkan membantu tukang kebun mengangkat pot bunga. Dan Selena sama sekali tidak menemukan raut kesedihan di wajah ayu itu.
"Anna typical gadis yang tidak suka berdiam diri. Sejak kecil, dia hyperaktif. Memanjat pohon, memanjat pagar pembatas gedung untuk kabur dari les balet dan modeling untuk belajar karate. Berkali-kali kaki dan tangannya patah, tetapi dia tidak pernah jera. Dia gadis yang mengagumkan. Perpaduan antara kelembutan dan kekuatan yang jarang dimiliki gadis lain."
"Kau terlihat sangat membanggakannya," gumam Selena. Pandangannya tidak pernah lepas dari gadis yang rambutnya diikat secara asal itu.
"Astaga, aku lupa tidak membawa pupuk. Aku akan mengambilnya sebentar di gudang, Pak!" Anna berteriak pada tukang kebun.
"Biar saya saja, Non!"
"Tidak usah, Pak. Biar aku saja, berjalan ke gudang hitung-hitung olahraga. Tidak sehat kalau hanya duduk menggambar di meja kerja." Gadis itu terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Wedding
RomanceKebahagiaan Selena menikahi laki-laki yang ia kagumi sejak lama harus sirna, ketika tahu alasan Aldric menikahinya. Kesetiaannya pun kembali diuji ketika masalah anak hadir. **** Aldric Dasha Anderson, seorang pengusaha yang sukses memimpin perusah...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi