Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

Part 8 - Kartu Undangan

41.7K 3.5K 418
                                    

Selena menggambar pola kemeja wanita di atas kertas. Wajahnya nampak ceria, sejak tadi bibirnya tidak lepas dari senyuman. Bersenandung kecil sembari memikirkan sesuatu. Bukan memikirkan tentang desain baju ataupun pola yang sedang di gambarnya.

Selena sibuk membayangkan pernikahan yang akan diselenggarakan satu bulan lagi. Tidak ada lamaran romantis di antara candle light dinner, apalagi lamaran di kapal pesiar mewah. Barangkali Aldric tidak seromantis itu.

Hanya saja, seminggu yang lalu Aldric beserta kedua orang tuanya berkunjung ke apartemen Selena dan mengungkapkan keseriusannya. Huft, sudah tentu saat itu Selena terkejut karena mereka datang tanpa pemberitahuan dulu. Bayangkan, Aldric datang tepat jam tujuh pagi di saat Selena baru saja bangun tidur. Oke, anggaplah Selena memang pemalas, tetapi ia bangun kesiangan karena malamnya sibuk memikirkan Aldric dan tidak bisa tidur sampai dini hari.

Dan Aldric pun tidak ingin menunggu terlalu lama. Alhasil, Aldric melamar Selena di hadapan kedua orang tuanya dalam keadaan gadis itu memakai piyama bermotif bunga teratai. Konyol bukan?

Keesokan harinya, Aldric dan Selena sibuk mengurus segala persiapan. Mulai dari sewa gedung, memesan undangan, dan sebagainya. Mereka memutuskan untuk mengadakan resepsi sederhana. Sedangkan untuk gaun pengantin, Selena yang akan mendesainnya sendiri. Kebetulan dia memiliki beberapa desain lama yang masih ia simpan.

Pintu ruangan diketuk, David masuk bersamaan saat Selena menoleh kepadanya. Selena tersenyum, akan tetapi David justru menampakkan wajah masam.

"Selena! Apa ini?" tanya David seraya menunjukkan kertas berwarna gold.

Selena menghentikan pekerjaannya, diletakkannya pensil di tengah meja. Menghela napas, ia pikir David tidak buta aksara sehingga tidak bisa membaca tulisan yang tertera di atas kertas.

"Itu undangan pernikahan, Pak."

David berdecak, menarik kursi dan duduk di hadapan Selena. "Iya, aku tahu ini undangan pernikahan. Tapi ... ah!" Ia melempar undangan berlogo 'A & S' itu ke atas meja. "Kenapa bisa, Selena?"

"Apa maksud Anda?"

"Jangan pikir aku tidak tahu jika kau belum lama mengenal Aldric. Lalu bagaimana ceritanya sehingga secepat ini kau memutuskan untuk menikah dengannya?"

"Bukan hanya keputusan saya, tetapi keputusan kami."

David memijit keningnya. "Kau tidak mengenal siapa Aldric!"

"Dan kami akan saling mengenal di saat kami sudah menikah."

"Selama ini bahkan Aldric tidak pernah terlihat membawa seorang wanita di hadapan umum. Sekarang tiba-tiba dia mempersuntingmu. Kenapa harus kau? Kalau Aldric mau, dia bisa mendapatkan wanita yang ... maaf, lebih cantik dan lebih kaya darimu. Ini mencurigakan, Selena."

"Tuan Aldric tidak ingin kisah cintanya dijadikan konsumsi publik, karena itu dia tidak pernah memperlihatkan kebersamaannya dengan wanita di hadapan umum. Aku rasa itu wajar, setiap orang memiliki privasi masing-masing."

"Kau tidak takut Aldric hanya mempermainkanmu?"

"Tentu saja tidak. Bukankah seorang pria yang berani menikahi wanita, tandanya dia serius? Lain halnya dengan pria yang hanya mengajak wanita check in di hotel tanpa berniat menikahinya."

David kehabisan kata-kata. Ditatapnya wajah Selena yang semakin berbinar saat menyentuh undangan bergambar bunga mawar dengan foto pre wedding di bagian tengahnya. David pun beranjak dari tempat duduknya.

"Aku mencemaskanmu, Selena."

Selena mengangguk pelan. "Terima kasih, Pak. Tapi saya baik-baik saja."

David meraih handle pintu dan membukanya, tetapi dia terkejut saat seorang gadis terhuyung dan hampir saja menubruknya.

Unwanted WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang