Pulang dari sekolah, alhamdulillah ibu dan ayah menjemputku. Bahagia rasanya jika setiap hari seperti ini. Tapi ada sesuatu yang sangat mengganjal di hati. Kenapa ya? aku terus teringat dengan si guru baru. Padahal baru pertama kali aku bertemu dengannya, dan baru pertama kali juga aku rasakan hal semacam ini.
Apalagi sebelum pulang aku berpapasan dengannya, melihat wajahnya yang teduh dan sederhana namun menawan. Hati ini teramat sangat nyaman dan tenang. Apakah ini pertanda aku... husssttt...!!! pikiran macam apa ini? Masih kecil sudah berpikiran seperti itu.
Tiba-tiba lamunanku buyar gara-gara ibu yang menegur dan mengingatkan, kalau kami sudah sampai di rumah.
"Din.. dari tadi ibu perhatikan kamu ngelamun terus! Ada masalah ya?" Tanya ibu memperjelas. Ayah yang sudah siap turun, mengurungkan niatnya untuk turun lalu menengok ke arahku.
"Tidak kok bu...!" Jawabku gelagapan.
Belum selesai bicara, ibu mengelus kepalaku dan langsung memotong pembicaraanku, "Tidak kenapa? Ayo bicara sama ibu atau ayah!"
"Kalau memang belum siap untuk ke sekolah, kami bisa memintakan izin beberapa hari untukmu," sahut ayah.
"Tidak kok ya! Justru Dini senang bisa kembali ke sekolah, ketemu sama teman-teman, belajar lagi, bertemu dengan guru baru uuppss...!" Aku langsung menutup mulutku.
"Ehmmm... ibu tahu! pasti gara-gara guru baru itu kan? Ayo mengaku...!" Ibu menggelitik pinggangku.
"Ampun bu ampuunn...!" Suasana menjadi riuh gembira.
***
Usai shalat Isya dan santap malam. Seperti biasa, waktunya untuk belajar atau kerja tugas sebelum tidur. Aku orangnya memang tidak suka begadang jika tidak ada kegiatan yang penting atau paling tidak suka keluyuran malam. Belum selesai kerja tugas, chat masuk di hpku. "Palingan Dewi atau dua temanku yang lainnya" pikirku.
Tapi nyatanya bukan mereka ketika ku buka Wa-ku. "Aah... nomor baru, siapa ya?" Desahku semabri membuka pesan.
"Hai cantik, ternyata kau masih hidup ya!😈"
"Astaghfirullah...!" Teriakku sembari melepas hp.
"Adà apa Din?" Tanya ibu dari kamar sebelah.
"Tidak kok bu, hanya kecoak bunting!" Sahutku. Terdengar tawa renyah ibu dan ayah.
Aku berusaha menenangkan diri dengan membaca istighfar berulang-berulang, agar seluruh bayangan 3 laki-laki yang memakai topeng seram malam itu segera hilang.
Selama satu jam lebih aku berzikir untuk menghilangkan kegelisahan. Setelah tenang, kuberanikan diri untuk membuka kembali pesan itu.
"Siapa kau sebenarnya? Dan apa salahku sampai kau berbuat jahat seperti ini!"
"😠Aauuhh.. takutku kalau lihat gadis secantik kamu marah hahahaha...😅...!"
Aku mengirim banyak imoticon.
😡
😬
😡
😬Dalam layar hp di WA, Dia berulang kali mengetik, lalu dihapus kembali. Berulang kali seperti itu dan terakhir membalas,
"coba kamu tengok di luar jendela!"😆"Apa maksudmu? Kau pikir aku takut?😤"
"Coba saja kalau berani!"
😈Perlahan-lahan ku buka tirai jendela pintu kaca. Terlihat sesosok hitam tengah berdiri membelakang. Perawakannya tinggi besar dan memakai jubah seperti di film-film barat yang bertemakan hallowen. Saat dia berbalik ke belakang atau ke arahku, wajah merah seram menakutkan dengan gigi taring panjang, dan lidah menjulur panjang. Wajah itu persis yang aku lihat malam itu.
Sangking terkejutnya, aku mundur dan terjatuh. kugigit lidahku, sehingga ketika aku berteriak, tak kunjung ada suara. Seperti saat bermimpi bertemu hantu, jangankan mau lari, berteriakpun tak ada suara. Keringat dingin jadinya.
"Perasaañ macam apa ini?" Pikirku gemetaran sembari memegang kaki dengan kedua tangan. Hpku yang terjatuh, menyala-nya dan bergetar terus, tanda pesan masuk.
"Jangan pernah takut dengan makhluk Allah, takutlah hanya kepada Allah. Karena Allahlah yang menciptakan makhluk, Allah berkuasa atas segala sesuatu. Makhluk tak berkuasa dan tak berdaya," ucapan Guru Aqidah Akhlak teriang-iang di telingaku.
"Aku tak perlu takut, aku harus berani," Kataku untuk menghilangkan rasa takut. "Takut hanya kepada Allah, ittakillah... ittakillah... ittakillah..!!"Saat aku kembali menengok keluar jendela, ternyata sudah tidak. "Alhamdulillah," ucapku berkali-kali.
Selanjutnya untuk menenangkan diri, aku langsung mengambil air wudhu dan shalat sunnah 2 rakaat seraya memohon perlindungan kepada Allah swt. Aku tumpahkan segala keluh kesahku, tak terasa airmata ini luluh dari pelupuk mata.
"Ya Allah ya Rabb... sesungguhnya hamba-Mu ini lemah, tanpa daya, tanpa kuasa. Engkaulah Ilah yang maha Kuasa, Engkaulah Rabb yang maha Pelindung."
"Lindungilah hamba-Mu dari segala kejahatan makhluk-Mu, baik yang nyata maupun yang tak nyata. Sesungguhnya Engkaulah sebenar benar Pelindung...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Aku Mencintaimu (Guruku)
Teen FictionPenampakan sesosok laki laki tinggi, kurus, sederhana tapi menawan membuat Andini salah tingkah. Pertemuan itu membuatnya berpikir keras untuk menghilangkan bayangan laki-laki itu....!