7 hari di rumah sakit seperti 7 bulan lamanya. Akhirnya hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang, senang rasanya bisa pulang ke rumah. Tapi untuk ke sekolah masih belum bisa karena ibu tidak mengizinkan. Selama 2 hari di rumah sakit, pak Sifada yang sibuk mengurusi kami. Wartawan dan polisi slalu memantau keadaan kami, Dan pak Sifadalah yang menhadapi mereka. Silih berganti juga teman-teman sekolah datang menjenguk, bahkan kepala Madrasah, wali kelas dan beberapa guru ikutan.
Ada kesan tersendiri dari kejadian ini, kami jadi semakin akrab dengan pak Sifada. Selain baik, lembut beliau juga perhatian. Hal inilah yang membuat wajah Frendy kelihatan uring-uringan. Ia sepertinya tak rela pak Sifada dekat-dekat dengan kami, dan terus berusaha untuk mencari-cari perhatian dengan melakukan hal hal baik menurutnya, namun tampak konyol bagi kami.
Seperti membacakanku puisi cinta karangannya keras-keras, padahal di rumah sakit kan dilarang ribut. Akhirnya dia kena marah juga. Atau membawakanku karangan bunga, dan hal ini menjadi viral di rumah sakit bahkan sosmed. Banyak yang mengupload video itu dengan judul "Seorang Siswa Nekat Membawa Karangan Bunga untuk Kekasih yang Sakit", atau "Aksi Nekat Siswa Membawa Karangan Bunga" Dan masih banyak judul lainnya.
Entah dia dapat ide darimana? Sungguh aku tak tahu harus berbuat apa? Apakah harus marah, benci atau apa? Yang pastinya aku sangat malu. Dewi, Erika dan yang lainnya terus tertawa malu-malu. Tapi alhamdulilah.... Kalau dipikir-pikir, Aku harus tetap bersyukur mempunyai mereka semua. Entah apa jadinya hidup tanpa kehadiran mereka, pasti sepi, sunyi dan menyendiri.
"Eh... Din, ternyata itu temanmu nekat juga ya!" Kata ibu setelah semua orang pulang, dan membuat lamunanku tiba-tiba ambyar.
Aku menghela nafas panjang, aku tahu arah pembicaraan ibu. "Maksud ibu Frendy?" Tanyaku.
Ibu tersenyum, aku menyeringai tak begitu semangat, "Dia itu orangnya memang begitu bu, di sekolah semua orang tahu. Dasar aneh dan konyol...!"
"Jangan bilang begitu nak, sudah seharusnya kita menghargai untuk usahanya selama ini. Jangan sampai anakku yang cantik nanti suka sama pangeran Frendy, " Ibu mengatakan itu dengan santai sembari mencubit hidungku. Namun tetap saja hatiku merasa sangat terusik.
Jelas saja aku tidak suka, tapi aku mau ngomong itu susah sekali. Takut menyakiti perasaannya. Sedikit dikasih hati, malah ngelunjak."Ya sudah... Ibu mau istirahat untuk memulihkan tenaga," Ibu langsung menuju kamar.
***
Selang beberapa hari, aku sudah boleh ke sekolah. Senang rasa bisa kembali bergabung belajar bersama teman-teman. 2 hal yang selalu membuatku bersemangat ke sekolah, pertama belajar, bermain dan berkompetisi bersama teman-teman. Kedua, aku malu mengakuinya kalau pak Sifada lah salah satunya.
Jika ada waktu istirahat, melihatnya dari kejauhan membuat hatiku menjadi adem dan nyaman. Namun aku sadar, bocah ngingusan sepertiku terlalu cepat berpikiran tentang kue yang namanya "Cinta❤😘".
Eh... Kue ngomong apa sich aku?? 😱😱
"Seandainya aku bisa lebih cepat gede!"
"Hei ngelamunin apaan sich?" Ketos menempelkan minuman dingin di pipiku membuat lamunanku ambyar.
"Aduuhh apaan sich kamu?" Kataku kesal, "Dingin tahu, dasar resek!"
"Lagian masih pagi sudah melamun terus!" Katanya sembari mengulurkan minuman dingin padaku. "Kamu itu dari tadi dicariin ibu wali kelas, ada sesuatu yang ditanyakan tuh...!"
"Yang bener?" Tanyaku tak percaya. Ketos menjelaskan bahwa aku ditunggu di ruangannya, kalau sampai aku tidak datang urusannya akan panjang.
Tidak menunggu lama, bergegaslah aku menemui wali kelas kesayanganku yang selalu mendapatkan predikat guru favorit di Madrasah kami.
***
"Assalamu'alaikum," Aku celinguk di depan ruang kesehatan sekaligus menjadi ruangan Wali kelasku. Selain sebagai wali kelas, ibu Ana merangkap tugas menjadi pembina kesehatan di Madrasah kami.
Tak lama kemudian terdengar jawaban salam dariku, "Mari masuk nak, aku dari tadi menunggumu!"
"Ayo silakan duduk," Katanya dengan santai. Kami duduk berhadap-hadapan, beliau beberapa kali melihat keluar pintu, membuatku semakin penasaran. Untuk ibu Ana memanggil ke ruangannya.
Ibu Ana memulai percakapannya dengan menayakan keadaanku, dan berlanjut memintaku untuk menceritakan peristiwa malam itu. Aku pun menceritakan sesuai urutan peristiwa yang kami alami.
"Keren ya..!" Bu Ana berseru tiba-tiba.
"Apanya yang keren bu?" Tanyaku penasaran.
"Aaahh... Tidak-tidak.. Lanjutkan ceritamu nak!" Jawabnya kemudian.
"Apanya yang keren, kami hampir mati!" Pikirku dalam dalam. Kulanjutkan cerita sampai akhir, mata ibu berbinar-binar. Bukannya sedih, raut wajah ibu Ana malah terlihat senang. Kenapa aku jadi curiga ya? 😏
"Wah ternyata kalian seperti di film-film ya!" Ibu Ana berseru, "... dan pak Sifada terlampau keren jadi penyelamatanmu Din!" Kedua jemari bu Ana memangku dagunya yang lancip sembari membayangkan sesuatu. Aneh....! tidak biasanya bu Ana bertingkah laku seperti ini, biasanya sich sok jual mahal kepada semua laki-laki yang ada di sekolah ini, kepada pak Sofyan guru Olahraga baru yang sering menggodanya pun begitu.
"Din, kamu punya nomornya kan?" Bu Ana tersenyum lembut, "dan pasti tahu kan di mana lokasi tempat tinggalnya."
Aku tertegun mendengar perkataannya, sempat terbayang wajah tampan pak Sifada. Bu Ana langsung mengagetkanku, dengan pertanyaan berulang. Pikiran picikku berusaha memaksa untuk berkata bohong, jika aku tak tahu. Namun hati kecil ini menolak, tak baik berbohong kepada orangtua kedua setelah orang tua kandung.
Dengan terpaksa kuberikan nomor HP dan alamat rumah pak Sifada. Betapa girang hati bu Ana, terlihat jelas dan terpancar dari wajahnya. Aku harus bagaimana ya Allah? Bu Ana juga suka dengan pak Sifada. Apakah harus kurelakan hati ini?
Aku berjalan gontai, tak bersemangat. Hati ini berkecamuk tak menentu, disatu sisi aku suka padanya, disisi lain belum pantas rasanya anak kecil ngiusan sepertiku menyukainya.
Hey teman-teman bagaimana cerita Andini dan Guru supernya..! Ditambah ada saingan baru tuh..!
Keren bukan??😎
Selesai membaca jangan lupa vote atau Bintang, komen kalau kalian rasa perlu dan jangan lupa share ke 🆘med kalian.
Dengan begitu kalian telah membantu saya untuk terus update cerita di atas.
Dan terakhir Terima kasih telah mengikuti cerita Andini dan Guru supernya.
Wassalam...!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Aku Mencintaimu (Guruku)
Teen FictionPenampakan sesosok laki laki tinggi, kurus, sederhana tapi menawan membuat Andini salah tingkah. Pertemuan itu membuatnya berpikir keras untuk menghilangkan bayangan laki-laki itu....!