Arbeiten

120 38 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen:)
Selamat membaca

"Kenapa Han, kayak di kejar-kejar setan aja." Tanya Budi -teman satu kantorku yang duduknya di samping Melani-  sedang bergosip di meja Melani. Aku membalasnya dengan isyarat tangan kalau tidak apa-apa, karena kehabisan nafas untuk sekedar menjawab pertanyaan Budi.

Kulangkahkan diri ke meja kerjaku, karena sepertinya mereka melanjutkan gosip yang sedang di ceritakan oleh fanya -sekertaris pemilik gedung ini-. Seperti biasa, mereka sedang bergosip atasan, karena biasanya kalau Fanya sudah disini berarti yang dia bicarakan pasti para atasan. Fanya adalah sahabat Melani, jadi wajar apabila ada berita besar, Fanya akan membaginya kesini. Karena di lantai atas Fanya tidak akan bisa bergosip, atau pun hanya sekedar bercengkrama. Karena katanya pegawai di lantai atas tak peduli, yang hanya di pedulikan kerja dan posisi. Kerumunan itu tampak ramai dan riuh, sebelum Mas Reza datang dan membubarkan kerumunan itu, untuk kembali ke meja masing-masing.

  "Bubar bubar, pagi-pagi udah pada gosip aja. Kayak emak-emak di pasar. Dan kamu," Menunjuk ke arah Fanya. " Bukannya dari lantai atas, kenapa sampai tersesat disini" Paparan Mas Reza yang membuat Fanya kelimpungan, dan pamit undur diri.

  "Ahh, abang ku dah sampai pulak. Jangalah kau marah-marah sama kawan ku." Ucap Melani dengan logatnya, ditambah nada manja di akhir kalimat nya.

Aku berusaha menahan tawaku agar tidak terdengar, saat melihat Mas Reza tampak acuh dan tidak menjawab ucapan Melani. Tampak lucu sekali raut wajah kesal Melani. Para pegawaipun kembali ke meja masing-masing. Begitu pula Fanda.

  "Fan, pada gosip apa sih kok sampe rame gitu tadi." Tanya ku kepo kepada Fanda, yang baru saja menempati tempat duduknya. Bahkan mungkin pantatnya belum mendarat sepenuhnya dikursi.

  "Aduh lu ketinggalan berita besar Han." Fanda hanya bertele-tele, untuk membuat semakin penasaran saja "Tau gak, Pak Anthony punya anak cowok." Ujar Fanda tampak antusias. Pak Anthony adalah owner gedung ini.

  " Kalo itu sih gue udah tau Fan, kan anaknya kuliah di luar negeri." Balasku tampak malas.

  "Bukan itu yang mau gue ceritain." Ucap Fanda dengan kesal, pasal nya aku telah menyela ceritanya. " Jadi, anak nya Pak Anthony udah pulang ke Indonesia. Dan konon katanya dia seorang penulis yang sukses dan tampan. Menghasilkan karya-karya yang luar biasa dan terkenal di luar negeri."

   " Terus apa hubungannya dengan kita Fanda. Percuma mau seganteng apa anaknya Pak Anthony itu toh kita ga bisal liat kan."

Tanyaku masih saja tidak mengerti dengan jalan pemikiran sahabatku ini. Kita memang memiliki sifat yang hampir sama. Seperti menyukai makhluk cogan, menjadi fangirl dengan beberapa fandom, menyukai novel, dan memiliki pemikiran yang liar. Fanda memutar bola matanya, dan tampak kesal.

   "Dan lu harus tau. Dia bakal nerbitin salah satu karya nya di perusahaan ini Han. Pastinya dia akan terlibat dalam percetakan nya. Semoga saja aku yang dipilih jadi editornya, agar bisa bertemu langsung dengan pria tampan itu." Ujar fanda yang masih berhalusinasi bertemu dengan anak owner gedung ini.

Anak pemilik perusahaan ini seorang penulis terkenal, tapi mengapa aku tidak mengetahuinya. Padahal alu sudah bekerja disini selama setaun lebih. Mungkin aku mengenal siapa penulis terkenal itu, tapi tidak tahu kalau dia anak Pak Anthony. Siapa yang tau. Pernah aku mendengar dari gosip Fanya, kalau anak Pak Anthony besar di New York. Tetapi waktu kecilnya di Indonesia, saat lahirpum si negara ini. Hanya saja, setelah lulus Sekolah Menengah Pertama, ia pindah ke New York dan melanjutkan pendidikan di sana.

Ketika aku sedang bergelung memikirkan Anak Pak Anthony, Bu Ratu masuk dan mengagetkan dengan berdiri di depan meja kerjaku.

   "Han, ke ruang saya sekarang"

Annoying LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang