Almejar

62 27 1
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen:)

Happy Reading

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, yang artinya sudah waktunya masuk kerja setalah beristirahat. Tetapi mobil yang ku tumpangi ini tak kunjung berhenti. Ketika sampai di depan gedung AMP, mobil terus berjalan bukannya berhenti di tempat parkiran. Aku heran sebenarnya akan di bawa kemana aku ini.

   "Kita mau kemana? Gedung AMP udah lewat beberapa meter itu." Tanyaku kesal.

  "Kau harus menyelesaikan tugas pertamamu, jadi sudah menuruti saja." Dan semakin membuat ku kesal dengan jawabannya.

Akupun memutuskan untuk tidak mempedulikan lagi, mau kemana tujuan mobil ini berhenti. Aku menyilangkan tangan didepan dadaku, seraya mengatur kekesalanku. Berada di sebelahnya selalu saja membuatku kesal sendiri.

Ketika aku sedang asyik menscroll handphoneku, Tiba-tiba mobil berhenti. Tidak jauh dari kantorku ternyata, aku kira akan jauh. Mobil ini berhenti di perpustakaan yang kemarin kita bertemu secara tak sengaja. Mengingat kejadian kemari membuatku kesal sekaligus malu.

  "Ayo turun." Ajaknya seraya melepaskan safety beltnya.

  "Mengapa kita turun disini, bukan di kantorku. Aku harus segera bekerja." Ucapku menolak untuk turun.

   " Bukannya aku sudah bilang, kau akan menyelesaikan tugas pertamamu. Dan lagipula sekarang pekerjaanmu menjadi ghost writer ku, jadi buat apa kau ke kantor."

   "Tapi bagaimana nanti kalau rekan kerjaku bertanya, pasti mereka menghawatirkanku." Semoga saja pria ini dapat mengembalikanku ke kantor.

   "Tinggal kau beri pesan saja kepada temanmu itu. Tapi ingat, kau tidak boleh membocorkan bahwa kau seorang ghost writer ku. Di surat kontrak juga sudah tertera peraturan itu."

Ah sudah lah, Aku akan kalah setiap berdebat dengannya. Biasanya aku akan memenangkan perdebatan dengan siapapun. Karena aku orangnya keras kepala, dan tidak suka di atur. Tapi kali ini aku menerima kekalahan, yang menyebalkan lagi dari orang yang mudah memancing emosiku.

Akupun ikut turun, dan menyusulnya dari belakang. Ketika aku memasuki perpustakaan, seperti biasa briyan akan menyapaku dan sedikit kaget karena pasalnya ini jam kerja. Aku hanya beralibi sedang keluar sebentar. Lalu setelah berbincang dengan briyan, aku memutuskan untuk menyusul pria menyebalkan itu.

   "Jadi kau sering kesini karena pria penjaga perpustakaan ini kekasihmu?" Ucapnya mengagetkanku.

Bagaimana tidak, sedari tadi aku mencari nya kesudut perpustakaan dan nihil tidal ada, sekarang dia malah mengagetkanku. Dengan raut muka datarnya. Tempat yang sama seperti waktu kemarin digunakan untuk tidur siangnya.

   "Bukan, aku mengenalnya karena sering berkunjung ke perpustakaan ini. Sampai dia hafal namaku" Entahlah apa alasannya menanyakan hal itu.

Dia hanya acuh, lalu duduk di depan jendela seraya melihat kearah jalan raya. Disini terdapat dua kursi yang menghadap langsung ke jendela, aku baru tahu kalau ada tempat membaca di sudut ini. Kemudian dia melanjutkan membaca buku yang berada di tangannya. Akupun ikut bergabung bersamanya setelah mencari beberapa novel tadi, ketika aku sedang mencari keberadaan pria menyebalkan ini.

  "Apakah kau suka novel fantasi?" Tanya nya serasa mengubah posisi duduknya kearahku. Karena aku sedang membaca salah satu novel fantasi yang terkenal. Dan semua novel yang ku bawa tadi novel fantasi, kecuali satu novel romance.

  "Yah, aku sangat suka novel fantasi. Penulisnya sangat hebat dalam mengimajinasikan ceritanya."

   "Aku tak terlalu menyukainya. Karena menurut ku ceritanya itu di luar nalar. Tidak logis jika di pikirkan. Aku lebih suka romance" Ujarnya.

Dia melihat ke arahku, dengan kepala yang disangga oleh tangan kanannya dan posisi duduknya pula sudah sepenuh mengarah kepadaku. Dia sangat tampan kalau sedang tersenyum geli ataupun mengejekku.

Sadarlah Hana, dia sedang menjebakmu. Pasti sebentar lagi dia akan tertawa terbahak-bahak karena melihat tingkahku.

  "Mengapa pipimu memerah?" Dia merebut paksa novel yang sedang aku baca. Sungguh menyebalkan. Aku mengehela nafas sebentar, untuk menetralisir panas di pipiku.

  "Jadi apa tujuan kita kesini tuan" Yang menyebalkan, lanjutku dalam hati, seraya tersenyum manis.

  "Aku akan sedang mencari inspirasi untuk novelku. Seperti kemarin, tetapi sayangnya ada seorang pengganggu ketika aku sedang mencari inspirasi" Ucapnya menyindir ke arahku, dengan senyum jailnya itu semakin membuat nya tampan. Ah dia memang selalu tampan.

Dia merebahkan kepalanya di meja. Dengan salah satu tangannya sebagai tumpuan, dan tangan lainnya di luruskan kedepan. Tapi yang membuatku gugup, ia mengarahkan mata nya ke arah ku. Seperti sedang di leser oleh kedua mata cokelat keemasan itu.

Setelan formal tadi pun sekarang sudah berubah menjadi acak-acakan. Jas hitam yang dia pakai sudah ditinggalkan dimobil, hanya menggunakan kemeja dengan 2 kancing teratas nya sudah terbuka. Dan rambutnya yang tadinya rapi, sekarang sudah acak-acakan, tapi malah terlihat manly dan seksi.

  "Tetapi kau tidak membawa laptopmu atau alat tulis. Bagaimana kalau tiba-tiba mendapatkan inspirasi, san tidak ada alat tulisnya?" Aku mencoba mengalihkan pandanganku, agar tidak kelepasan untuk menyentuh rambutnya yang lembut itu.

  "Kau sangat cerewet sekali ketika berbicara"

Aku terkejut dengan tarikan tangannya yang terlalu mendadak. Karena dia menarikku untuk merebahkan kepalanya di meja tempat tadi aku membaca novel. Wajahku menegang di tambah detak jantung seperti akan meloncat dari tempatnya. Aku takut dia mendengar detak jantung ku, karena jarak nya dekat sekali.

Dia menutup kedua mata indahnya itu. Apakah dia tertidur? Tapi aku tidak perduli lagi. Karena sekarang seakan fokusku semuanya terpusat oleh manusia di depanku ini. Aku mengamati setiap inci ciptaan Tuhan di depanku ini.

Hidungnya yang bangir seperti akan tertancap pada meja yang dia gunakan untuk rebahan, karena terlalu runcing. Dan sekarang aku tau kalau bulu matanya memang panjang dan indah, ketika ia menutup netra berwarna cokelat keemasan itu. Apalagi bibirnya yang tebal di bagian bawah dan berwarna merah kecokelatan, tidak hitam. Mungkin dia bukan pecandu rokok. Rasanya tangan ini gatal untuk tidak menyentuh rahangnya yang kokoh itu, tapi aku masih cukup waras untuk tidak melakukannya.

Ketika sedang berfantasi dengan pikiranku, netra mata pria itu tiba-tiba membuka. Dan sontak aku terbangun karena terlalu terkejut. Kursi yang ku dudukipun bergoyang karena adanya pergerakan tiba-tiba. Mungkin aku akan terjengkang kebelakang, kalau saja tangan kekar itu tak menariku kepelukannyaa.

Aku merasa dejavu dengan keadaan ini. Tetapi bedanya dia tak melepaskan pelukan yang hangat ini. Malah memperdalam netra cokelat keemasan itu untuk menyelami mataku yang melebar karena terkejut. Nafasku tercekat, karena sapuan halus nafasnya yang sengaja ia tiup ke wajahku.

  "Karena kau yang seharusnya menyiapakan semua perlengkapan itu Hana Oktaviani."

....

Almejar (Bahasa Portugis) artinya mendambakan.

Jangan lupa vote dan komen:)

Salam,
Masadepannya Taeyong ❤

Annoying LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang