Avoir peur

63 16 4
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen.

Happy Reading

    "Apa kau juga tidak makan siang, karena akan mengantuk? Lihat makananmu masih utuh belum tersentuh."

Aku seperti kehilangan nafsu makan, biasanya akan memakan apa saja yang dihidangkan di depan ku. Tetapi, ayam geprek ini seperti tidak membuatku bernafsu menyentuhnya.

Aku masih kesal bercampur malu. Ditambah lagi tadi waktu memesan makanan cepat saji, pengantar makanannya memberikan selembar kertas promo dan membuatku kikuk.

'Terimakasih telah memesan di restoran kami, pak bu. Jangan lupa mampir ke restoran kami. Kami sedang memberikan diskon untuk satu keluarga yang mengunjungi restoran. Dan ada tambahan kalau bersama putra-putrinya. Selamat siang.'

Sebenarnya tadi aku tidak ingin membukakan pintu, karena bukan aku pemilik apartemen ini. Tapi suara bising itu memekikan telinga. Pantas saja tadi Keano sempat kesal kepadaku, karena memencet berulang kali bellnya. Dan Keano pun tak kunjung keluar dari kamarnya, untuk mengambil uang cash. Dengan inisiatif, aku membukakan pintunya, dan menerima kotak makanan yang bergambar ayam. Lalu Keano datang menghampiri.

Keano hanya tersenyum menganggapi pria gempal di depannya yang menawarkan restoran. Dia juga menjawab akan membawa serta anak-anaknya untuk mengunjungi restoran itu. Aku hanya mendelikan mataku ke arahnya, yang di sambut rangkulan mesra dan panggilan  sayang 'honey' . Ohh, rasanya ingin sekali ku tampar bibir seksinya itu.

...

   "Bagaimana kalau kita menulis novelnya di perpustakaan saja."

Dia menghentikan menekan tools di laptopnya. Dan menoleh kearahku dengan melepaskan kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya.

Kita sedang mamelanjutkan menulis kerangka novel yang sempat terjeda oleh makan siang, yang bahkan tidak kusentuh ayam menyebalkan itu.

'Ah tunggu dulu, aku mengingat kejadian di perpustakaan tak berjalan baik. Malah membuatku semakin tak ingin pergi kesana lagi.'

Aku mengajukan keinginan ku untuk memilih tempat menulis novelnya. Bukan tanpa alasan, karena aku tidak akan sanggup kalau selalu disisinya terus menerus. Tidak baik untuk kerja jantungku.
  
    "Aaa, jangan deh. Gimana kalau di cafe"

Ide yang brilian Hana, jadi kau tak harus berdekatan dengannya. Yah walaupun masih tetap duduk bersama. Hanya duduk bersama saja, toh di sana pasti rame.

   "Mengapa kau tidak mau di apartemen ku? Aku tidak akan menyuruhmu tinggal bersamaku Hana, aku hanya bergurau." Timpalnya disertai gelak tawa.

   "Tapi kalau kau maupun aku akan senang hati" Lanjutnya dengan menggumam.
Yang langsung ku balas dengan lirikan mata tajamku.

  "Hanya saja, perjalananku dari kosan ke apartemen mu terlalu jauh. Dan itu juga tidak adil bagiku. Aku merasa dirugikan."

  "Baiklah, bagaiman kalau aku akan menjemputmu setiap hari. Atau aku saja yang mengunjungi kosanmu."

  "Tidak!" Jawabku reflek.

Bagaimana mungkin aku mengundang laki-laki yang bahkan belum mengenalnya ke kosan. Apa bedanya denganmu Hana. Kau bahkan sekarang berada di Apartemen pria ini. Rasanya aku ingin merutuki diriku sendiri

    "Baiklah, kalau itu mau mu. Besok kita akan menulis novelku di cafe. Tetapi cafenya aku yang milih. Oke"

Aku tersenyum puas dengan kesepakatan akhirnya. Semoga saja aku dijauhkan oleh sentuhan ataupun tak sengaja bertemu mata dengannya. Karena sungguh tidak baik untuk kesehatan jantung ku.

...

Seperti biasa, aku diantar pulang ke kosanku dengan mobil roger rover sport nya. Kali ini aku sedikit terlambat pulang, karena tadi kami lupa waktu. Ternyata Keano pria yang workolid, buktinya saja dia sampai lupa kalau hari sudah muali gelap, ketika kami sedang berbincang mengenai tokoh yang akan ditentukan dan perannya. Akupun jadi lupa waktu, kalau sudah membicarakan novel.

   "Jadi besok perlu ku jemput Han?"

   " Tak perlu, kamu bisa sharelock aja tempatnya. Nanti aku bawa motor sendiri."

    "Baiklah kalau itu maumu."

Benar bukan kalau dia hanya basa-basi saja denganku, buktinya dia tidak memaksaku untuk mengikutinya. Sungguh, aku tidak peduli. Memang begitukan sifatnya. Aku pamit dan turun dari mobilnya.

    "Sampai jumpa besok Honey" Ucapnya samar.

Tapi ucapannya berhasil masuk ke indra pendengarku walaupun samar-samar. Ketika aku membalikan badan, ia hanya tersenyum manis dan melajukan mobilnya. 'Mungkin kau salah dengar han.' ya mungkin dia mengucapkan namaku, han bukan honey. Tapi ketika aku berfikir, dia memanggilku seperti ucapan 'Hont' bukan 'Han'. Sudahlah mengapa aku memusingkan nama panggilan.

   "Baru pulang Han?" Aku sedikit terjutkan oleh sapaan hangat dari arah kosan di sebrang jalan. Ternyata Mas Reza rupanya.

Dengan memakai pakaian kasualnya, dia tampak habis mandi. Memang kosan aku dan Mas Reza hanya dibatasi oleh jalan, yang tidak terlalu lebar.

   "Iya Mas,"

Aku jadi merasa sedikit gugup. Mas Reza bekerja di departemen ku, dan tadi aku tak masuk kantor. Apakah dia tau kalau aku bekerja jadi ghost writer.

   "Gimana kerjaan kamu? Enak. Aku denger dari Bu Ratu dapat projek besar, dan membesakan dimana kamu ngedit garapanmu itu. Karena kamu juga udah menjadi karyawan terbaik di departemen editor. Aku bangga Han sama pencapaianmu itu"

Jadi seperti itu alibi yang dipakai oleh Bu Ratu untuk menipu semua rekan kerja ku, termasuk Mas Reza. Baiklah, jadi aku tidak mengkhawatirkan lagi untuk tidak masuk kantor. Tapi tetap saja ini penipuan.

   "Oh ya, tadi yang nganter kamu?" Ucapnya menggantung, seperti penasaran siapa yang sudah mengantarkan aku.

    "Oh tadi, ehmm, penulis dari novel yang ku garap Mas." Keano memang penulis dari novel yang akan aku tulisakan. Jadi aku tidal berbohong bukan.

    "Ohh, cowok apa cewek Han?" Tanya Mas Reza lagi. " Ah maksduku, mungkin saja aku mengenalnya. Karena kata Bu Ratu novel ini akan melejit seperti novel sebelumnya. Jadi aku fikir mungkin penulis itu terkenal." Jelasnya.

   "Cowok Mas, tapi kayaknya ga bakal kenal deh. Aku aja nyari di website ga ketemu-ketemu."

Mas Reza hanya menganggukan kepalanya, dan sesekali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Entah mengapa, aku merasakan ada yang aneh dari tingkah Mas Reza. Biasanya dia tidak akan menanyai sampai sedetail itu. Ya sudahlah, lebih baik aku membersihkan diri lalu istirahat. Hari ini sangat melelahkan, semoga besok lebih tenang kerja jantung ku ini.

....

avoir peur (Bahasa Perancis) artinya Menghindar

Jangan lupa Vote dan Komen

Annoying LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang