Accidenti

226 53 13
                                    

 

   "Jadi novel apa yang akan saya garap bu?" Ucap ku sedikit lega karena sepertinya aku sudah terbebas dari hukuman, oh bukan tetapi seperti perkataan fanda hadiah besar yang di berikan Bu Ratu kepadaku. Tapi entahlah aku sedikit curiga.

   "Besok kamu ketemu langsung sama penulisnya kok han. Jadi siapkan mental kamu oke" Kata Bu Ratu untuk mengakhiri percakapan kami.

Akupun langsung kembali ke bilik kerjaku untuk menyelesaikan pekerjaan yang tadi sempat terbengkalai. Belum juga aku harus memberi tahu fanda atau mei untuk melanjutkan novel yang sedang aku garap. Padahal ingin sekali pergi kekantin tapi apalah daya pekerjaan ku meraung raung dimejaku. Toh sebentar lagi waktu jam masuk, nanggung kalo mau ke kantin juga.
....

   Akhirnya waktu jam pulang telah tiba. Sungguh hal yang paling membahagiakan dari semua aktivitas pekerjaan adalah saat pulang. Saat dimana para pegawai AMP berbondong-bondong untuk segera sampai rumah masing-masing. Rasa penat ini segera di bebaskan.

  " Pulang sama siapa han? Motor lo katanya di tilang sama polisi tadi pagi" Tanya fanda sambil menggendeng lengan ku untuk masuk lift. Pasti lift akan penuh saat pulang kerja, dengan orang yang tidak sabaran untuk segera turun dan pulang kerumah. Entah apa faedah nya, toh semuanya juga akan dapat giliran untuk turun tanpa harus berebutan. Kadang sampai kelebihan tumpangan.

   "Biasa sama mas reja" Ucapku sambil menoleh kebelakang dimana reza berada.

Jangan salah faham dulu, reza bukan pacarku ataupun saudara ku. Dia hanya lah teman dekatku dari smp hingga kini. Kenapa aku memanggilnya mas reza, karena dia satu tingkat lebih tua dariku dan dia memiliki jabatan yang tinggi, jadi aku lebih nyaman memanggil dia mas. Toh dia sudah ku anggap seperti keluarga, mungkin kakak laki-laki ku.

   "Idih, kek mau aja dia nya loh sama kao. Orang dia mau kencan dengan ku pulak. Iya tidak ja" Cela melani dengan logat medannya.

Dan aku yakin sekarang mas reza tengah meringis karena di gandeng, oh lebih tepat nya di paksa oleh melani. Karena aku tau, kalau perempuan asal medan itu sangat menyukai mas reza. Siapa sih yang akan menolak pesona mas reza, dia lumayan tampan dengan hidung bangirnya dan tinggi badan nya yang hampir menyamai galah. Yah mungkin berlebihan, tapi aku hanya sebatas pundaknya jika tidak memakai high heels. Jadi aku menyimpulkan bahwa mas reza tinggi. Walaupun kadang sifatnya seperti anak anak dan yang aku tidak sukai yaitu sifat lalainya.

   "Hei mel bukannya lo di suruh lembur sama mamih. Kan novel lo katanya mau target." Ucap fanda menahan tawa geli nya melihat reza yang terseok-seok karena di tarik melani. Dia memang memiliki tenaga seperti laki laki.

   "Apa pulak kao panda, siapa bilang kek mamih nyuruh lembur. Orang di bubarin semua. Keknya mamih lagi berbunga-bunga hatinya, seperti aku yang jatuh cinta sama reja ku" Ucapnya sambil melirik reza dangan kedipan mautnya. Bukan nya terpanah malah mas reza memperagakan sedang muntah. Sungguh konyol.

    "Iya, aku juga ngerasa ada yang aneh dari mamih. Tadi pas aku nganterin novel garapan ku ke ruangannya mamih, eh dia lagi joget joget kesenengan gitu. Kan aku jadi takut." Ucap mei, si kutu buku yang memakai kacamata tebal. Tapi dia karyawan teladan di tim ku.

   "Mas reza tau gak kenapa bu ratu begitu?" Tanya ku pada mas reza selaku wakil dari pimpinan direksi, bu ratu. Pasti dia tau alasan mengapa bu ratu tampak senang.

   "Mas juga ga tau han, dari tadi pagi dia kayak dapet durian jatuh" Balas mas reza cekikikan, membayangkan bagaimana atasannya itu terus saja bernyanyi dan kadang kala menggoyangkan badannya.

    " Aneh banget, pasti akan terjadi sesuatu." Ucapku penuh kecurigaan kepada atasannya itu, tapi yasudahlah. Mungkin benar kata Mas Reza, Bu Ratu lagi dapet durian jatuh.

Annoying LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang