Cahaya bulan purnama menutupi bayangan tubuhnya. Dengan postur tubuh tegap nan anggun ia terlihat bagai perhiasan paling indah di malam hari. Rambut panjangnya terurai bebas terbawa angin, pakaian nya yang terlihat indah namun terkesan kuat secara bersamaan membuat ia mudah di kenali. Hanya saja terdapat topeng yang menutupi setengah wajahnya. Topi biru lebar dengan hiasan bulu indah menambah kesan cantik padanya. Tapi tunggu dulu jika dilihat secara sekilas wanita itu memang terlihat seperti wanita baik baik pada umumnya namun percayakah jika julukan si pedang hitam ratu melekat padanya?
Berdiri disalah satu atap rumah seseorang ia perhatikan keadaan dibawahnya. Jam besar yang menjadi primadona kota bangsawan itu sudah menunjukan pukul sepuluh malam namun masih saja ada beberapa warga yang berlalu lalang. Target nya juga tengah berbincang ria di salah satu pintu toko roti.
Malam ini menjadi kasus ke dua puluh untuknya. Pembunuh hebat sepertinya harus bisa menyingkirkan keresahan ratu tanpa dicurigai siapapun, bahkan polisi Inggris. Semua tugas yang telah ia jalani biasanya berakhir rapih dan sempurna.
"Baiklah sudah waktunya mengucapkan selamat tinggal." Setelah mengasah pisau kecilnya ia bersiap turun menghampiri target.
Agak menyebalkan rencana nya kali ini akan tetapi demi hasil yang sempurna mau tidak mau ia harus melakukan nya.
Pakaian nya kali ini berubah menjadi serba mini. Ia sempat menggantinya di sebuah gang kecil dan gelap. Topeng itu masih melekat di wajah cantiknya.
Perlahan serta anggun begitulah caranya berjalan menghampiri sang target ketika dirinya sudah di tinggal sendiri. Seorang pria bertubuh gempal serta sebatang rokok yang di hisapnya menjadi makan malam nya kali ini.
Gadis itu sengaja menabrakan bahunya pada sang target hingga ia sendiri harus terjatuh.
"Hei apa kau punya mata saat berjalan?" Hardiknya kasar.
"Ma-maafkan saya tuan tapi karena pakaian ini yang terlalu minim membuat saya susah berjalan." Gadis itu mencoba menurunkan roknya yang kelewat minim.
Perkiraan nya berhasil, sang target mulai terpancing. Pria bangsawan itu entah iba atau menjadikan kesempatan ketika melihatnya.
"Baiklah mari saya bantu."
"Terimakasih tuan." Gadis itu sedikit membersihkan pakaian nya yang kotor.
"Karena tuan sudah membantu saya bagaimana jika saya berikan layanan spesial?"
"Layanan spesial?" Tanya nya dengan wajahnya yang sedikit memerah.
"Ya, misalnya memijat tubuh anda ini." Dengan berani gadis itu mulai menyentuh tubuh sang target dari atas hingga bawah, mencoba merangsang nya.
"Baiklah saya terima. Mari ikut ke kediaman ku."
"Dengan senang hati tuan."
Sang gadis serta target berjalan memasuki kereta kuda yang telah tersedia. Setelah kedua orang itu masuk dan kereta kuda berjalan meninggalkan area muncul seorang pria berpakaian serba hitam yang keluar dari gang kecil. Memperhatikan tingkah mereka sedari tadi. Wajah dingin nya menampilkan senyum mengerikan serta matanya yang menyalak terang.
《♡●●♡●●♡●●♡●●》
Sentuhan itu mulai membuat seluruh tubuhnya menggigil. Bibir merah yang digigit kuat mencoba meredam suara laknat yang akan membuat sang target semakin terbuai. Gadis itu tak ingin sang target menyentuhnya lebih jauh. Semakin di sentuh ingatan buruk itu semakin teringat. Peluh mengalir di wajah hingga leher.
"Mengerang lah dan sebut nama ku."
Tak ada respon, gadis itu semakin berontak ketika sang target mulai menyentuh area sensitif nya. Sebenarnya rencana nya tidak seperti ini. Setelah membawa sang target kerumah ia langsung menghabisi nyawanya akan tetapi siapa sangka targetnya kali ini begitu pintar. Ruangan yang dimasuki nya pertama kali tadi ternyata menyebarkan gas penghantar tidur, ketika terbangun tubuhnya sudah terikat tali dan rantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes My Lady {Book 1 End}
RomanceMata merahnya yang menyalak di kegelapan malam sangat membekas di memori. Wajah tampan nya menyunggingkan senyum sempurna, gadis itu tahu arti yang tersembunyi pada senyum pria bersetelan serba hitam tersebut. Padahal tubuhnya bergetar takut, hati k...