Suara berat terdengar sayup sayup diantara kegelapan lorong ruang telpon. Aroma rokok tercium pekat disana.
"Ya aku sudah menemukan pelacur yang terbaik. Kau tau ternyata Phanthomhive memiliki pelayan baru. Ah bukan...bukan yang berkacamata tapi yang lain kau belum pernah melihatnya." Pria itu menghisap rokok serta membuang asapnya melalui bibir.
"Ah aku akan membawanya padamu. Hn sesuai perjanjian ya jangan kurangi nominal nya."
Sesuatu yang aneh muncul tepat di belakang pria tersebut, membuat ia merinding sekita. Respon pertamanya adalah menoleh ke belakang untuk mengetahui sesuatu yang membuatnya merinding seperti itu akan tetapi ia tak menemukan apapun.
"Ah tak apa disini agak dingin. Baik akan ku tutup telpon nya."
Setelah menutup telpon dan mematikan rokok, ia kembali menemui Chiel di ruang atas.
《♡●●♡●●♤●●》
"(Name)"
Suara berat Sebastian yang memanggil mengejutkan dirinya. Tumpukan piring kotor pada tangan nya itu hampir jatuh dan hancur jika saja Sebastian tak menahan nya dengan cepat. (Name) menoleh kearah sumber suara setelah meletakkan piring diatas meja.
"Ya Sebastian? Ada yang kau butuh-akh."
Sebastian memukul tengkuk (name) kencang hingga membuatnya pingsan. Pria itu segera menahan tubuh pendeknya lalu membopongnya ke suatu tempat.
"Maaf tapi ini perintah bõcchan." Bisiknya.
Ia kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut bersama (name) di dalam dekapan nya.
《◇●●◇●●◇●●》
"Terimakasih telah mengunjungi kediaman Phanthomhive." Ucap Chiel ramah.
"Ah sama sama, earl. Terimakasih juga atas hadiah yang kau berikan." Tamu Chiel menatap seorang gadis yang terduduk pingsan didalam kereta kudanya, tak lama ia kembali menatap si pemilik rumah besar tersebut.
"Ah...lagi juga dia sudah tidak di butuhkan disini, terimalah."
Tamu Chiel membungkuk hormat. "Baiklah kalau begitu saya pamit undur diri."
Setelah pria paruh baya itu masuk kereta kuda pun mulai beranjak pergi meninggalkan kediaman Phanthomhive. Senyum ramah yang Chiel dan Sebastian buat hilang sepenuhnya. Tatapan mereka berubah dingin dan tajam.
"Ayo, Sebastian."
"Ye, my lord."
《♡●●♡●●♡●●》
Pandangan nya gelap ia tak dapat melihat apapun, sepertinya kedua matanya telah tertutup sebuah kain. Mulutnya tak dapat bicara sebab sebuah kain yang lagi lagi mengekang mulutnya untuk berbicara. Kedua tangan dan kaki terikat pada sebuah kayu kursi yang tengah ia duduki saat ini. Wangi harum yang pekat bercampur menyengat menyeruak menusuk indra penciuman nya. Ia menggerang keras menyuruh siapapun yang ada diruangan tersebut untuk melepaskan nya.
Tiba-tiba sebuah tangan kasar menyentuh kedua rahang nya, meminta nya untuk mendongak. Berkat kain merah yang menutupi matanya ia tak dapat melihat wajah seseorang yang tengah berbicara padanya saat ini.
"Memang benar apa yang dikatakan Chiel Phanthomhive earl bahwa kau memang sangat cantik. Apa kau manusia? Atau dewi yang sedang menyamar?"
Perlahan tangan kasar itu bergerak turun perlahan hingga sampai ke area sensitif nya. (Name) memberontak dengan menggerakan seluruh tubuh, harap harap orang brengsek dihadapan nya tersebut dapat mengerti apa yang ia minta. Akan tetapi keberuntungan tak berpihak padanya. Bukan mendapat kebebasan melainkan sebuah tamparan keras yng mendarat di salah satu pipinya. Efek tamparan yang keras itu meninggalkan luka sobek pada ujung bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes My Lady {Book 1 End}
RomanceMata merahnya yang menyalak di kegelapan malam sangat membekas di memori. Wajah tampan nya menyunggingkan senyum sempurna, gadis itu tahu arti yang tersembunyi pada senyum pria bersetelan serba hitam tersebut. Padahal tubuhnya bergetar takut, hati k...