10

2.1K 283 33
                                    

Nafas hangat menggelitik leher, meninggalkan tanda kemerahan disana. Satu persatu pakaian dilucutinya, hanya meninggalkan sebagian untuk menutupi daerah sensitif.

(Name) tak bisa bergerak dan juga tak bisa bicara. Kaku, seakan titik syaraf gerak sudah dilumpuhkan. Diatasnya Sebastian sedang menyeringai lebar menatap tubuh indahnya yang terekspos.

Iblis

Iblis itu mencoba meniduri nya

Iblis itu mencoba merenggut sesuatu yang berharga baginya.

Raga yang terkunci membuatnya terlihat pasrah. Ia juga tidak mengerti mengapa Sebastian melakukan nya secara tiba-tiba.

"Mari kita mulai permainan menyenangkan nya."

●●●●●

Dirinya terbangun, tersentak dengan kedua mata yang terbuka secara mendadak. Nafasnya tersenggal serta peluh yang membasahi kening. Ruangan gelap, cahaya temaram dari lilin sudah dimatikan. Pandangan nya pada langit langit kamar teralih ketika mendengar suara dengkur seseorang.

Pria yang menjadi mimpi buruk nya tadi mendadak hadir disebelahnya. Hanya melihatnya saja mimpi itu kembali berputar.

Dia iblis jadi wajar jika mimpinya itu benar benar menjadi sebuah kenyataan.

Ia tak ingin mengambil resiko dengan membuat suara gaduh yang dapat membangunkan nya. Maka dari itu (name) memilih berbalik, menutupi seluruh tubuh dengan selimut.

"Dasar iblis."

Ruangan kembali hening.

Tak berselang lama setelah (name) mengucapkan nya. Pria yang kini tengah tertidur diatas meja mendadak membuka matanya. Menatap punggung gadis itu dalam diam seraya mendengus kecil.
Matanya berpendar merah.

●●●●●●

"Selamat pagi Sebas." Ucap suara lembut dari arah pintu masuk dapur. Ia menoleh, menatap sang sumber suara sekilas seraya tersenyum.

"Selamat pagi (name). Apa tidur mu nyenyak?" Ia kembali berkutat dengan kegiatan di dapur.

Tak ada jawaban untuk beberapa saat. Suara kursi yang ditarik terdengar, kemudian disusul oleh jawaban sang gadis.

"Nyenyak, bagaimana dengan mu?"

Sebastian berjalan mendekat, meletakkan sepiring roti ber selai coklat dan teh camomile di depan (name) yang terlihat menggiurkan. Sebastian ikut duduk di kursi makan.

"Aku iblis, tidak membutuhkan tidur."

"Benar juga."

"Bagaimana makanan nya?"

"Enak seperti biasanya. Selanjutnya apa rencana kita?"

"Bagaimana dengan luka mu?"

Pertanyaan tersebut refleks membuat (name) menyentuh luka di kepalanya.

"Sudah mendingan, terimakasih."

"Rencana selanjutnya kita harus menunggu perintah bõcchan. Aku akan kesana setelah ini. Kau tidak apa ku tinggal?"

"Tumben sekali kau mengkhawatirkan ku? Ada apa ini?" Tanya nya seraya terkekeh pelan. Ia kembali melahap roti selai nya.

Bukan nya menjawab justru Sebastian hanya terdiam menatap gadis di hadapan nya. Perlahan ia tersenyum kecil mendengus kecil. Gadis yang menarik.

●●●●●●

"Sebastian hhnn~"

Suara khas kecupan terdengar mendominasi ruangan. Beberapa tanda kemerahan terlihat jelas di leher jenjang gadis di bawahnya. Ia mendesah kecil, menggigit bibir demi menahan suara laknat yang akan membuatnya semakin menggila.

Yes My Lady {Book 1 End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang