Kata orang sakit itu hanya berlaku untuk orang pintar sepertinya Sebastian tidak mempercayai hal seperti itu. Sakit bisa datang kepada siapapun termasuk iblis sekalipun.
Pria berpakaian serba hitam itu memeras kain hangat kemudian meletakkan nya pada dahi (name). Ia menghela nafas mendapati peristiwa seperti ini. Sempat juga gadis ini sakit padahal tadi Elizabeth berniat menemui nya. Sebastian masih mengingat wajah tertekan Ciel karena bingung menghadapi rengekan Lizzy, tunangan nya. Ya..dia masih tidak menyangka jika bõcchan nya tersebut tak dapat berkutik dihadapan seorang lady.
Ia perhatikan wajah damai gadis dihadapan nya sebelum memeriksa jam dari sakunya.
"Sudah saatnya afternoon tea."
Sebastian memeriksa suhu badan (name) dengan santai. Pria itu beranjak membuka jendela, membiarkan udara sejuk masuk.
"Sepertinya aku harus pergi dulu, akan ku panggilkan Mey-rin untuk merawat mu." Ucapnya. Tak peduli akan didengar atau tidak.
Dirinya bisa berfikir lebih tenang ketika melihat wajah damai (name). Deru nafasnya juga terdengar lebih teratur.
"Aku heran mengapa manusia bisa tetap cantik walau dalam keadaan apapun." Jari Sebastian mengusap lembut pipi (name) seraya menatapnya datar.
"Disaat tidur pun kau masih terlihat anggun."
Dirinya terpana untuk sesaat namun segera tersadar ketika mengingat ia telah membuang banyak waktu. Setelah berdehem kecil barulah Sebastian beranjak meninggalkan kamar. Berharap gadis itu benar-benar tertidur, terbuai akan mimpi indahnya.
《♡●●♡●●♡●●》
Ciel menyeruput teh dengan beberapa lembar koran di depan wajahnya. Ekspresi tenang itu berubah secara perlahan. Safir indahnya bergerak, membaca tiap deret kalimat dengan khidmat. Menurutnya tak ada yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan mengetahui informasi lewat lembaran koran seperti ini. Ia letakkan cangkir diatas meja dan kembali membaca koran.
"Pesta lady kemaren ternyata mereka tulis juga di dalam koran seperti ini. Seperti inikah rasanya jadi manusia terpandang?" Ucap Ciel. Tak peduli Sebastian akan menanggapinya atau tidak.
Pelayan serba hitam itu kembali mengisi teh kedalam cangkir nya.
"Itu artinya anda harus lebih berhati hati dalam bertindak. Kesalahan sekecil apapun bisa dibesar besarkan oleh mereka." Tanggap Sebastian.
Ciel melipat koran dan meletakkan nya diatas meja. Cangkir teh kembali diraihnya. Ia tatap bayangan dirinya dari dalam cangkir.
"Ah...mereka memang merepotkan. Akan ku singkiran orang orang yang ingin menghilangkan keluarga Phanthomhive." Ciel menyeruput teh nya.
"Bagaimana keadaan nya?" Lanjutnya.
"Masih demam tuan ku. Mungkin besok dirinya sudah lebih baik."
"Kabari saja setelah sembuh karena Lizzy ingin bertemu dengan nya."
Sebastian membungkuk hormat "yes my lord."
"Dan satu lagi." Tuan muda menoleh kearah pelayan nya.
"Singkirkan semua kucing dari sekitar ku. Cuci baju mu itu, ada bulu kucing dimana mana."
Sebastian menatap pakaian nya sekilas sebelum akhirnya membungkuk hormat seraya tersenyum.
"Dimengerti."
《♡●●♡●●♡●●》
(Name) menoleh kearah pintu kamar, muncul Sebastian dari sana dengan sebuah ember merah ditangan nya dan tempat lilin di tangan yang lain. Setelah meminta izin dari si pemilik kamar ia pun melangkah masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes My Lady {Book 1 End}
RomanceMata merahnya yang menyalak di kegelapan malam sangat membekas di memori. Wajah tampan nya menyunggingkan senyum sempurna, gadis itu tahu arti yang tersembunyi pada senyum pria bersetelan serba hitam tersebut. Padahal tubuhnya bergetar takut, hati k...