05 - Naik atau mati

34.6K 4.5K 1.9K
                                    

Mau cepet update?Cukup vote dan spam komen ❤❤Jadi voter ke berapa pasukan gercep? :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau cepet update?
Cukup vote dan spam komen ❤❤
Jadi voter ke berapa pasukan gercep? :)


yenykristina





Song Jina keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit kepala.

Tubuhnya berjalan gontai menuju lemari pakaian, memilah-milah koleksi gaun miliknya yang ada di sana tanpa minat sedikit pun. Puluhan cara telah Jina pikirkan sejak dari dalam kamar mandi, mengenai bagaimana cara melarikan diri dari acara makan malam. Salah satunya ide konyol menggambar titik-titik merah pada wajahnya dengan lipstik seperti penyakit cacar yang sangat menular.

Tapi hal itu tidak jadi Jina lakukan, karena ia bisa dengan mudah ketahuan jika ayahnya membawanya pergi ke dokter.

"Apa aku harus kabur menyelinap keluar jendela?" gumam gadis itu.

Jina berjalan mengendap dan berhati-hati hingga suara langkah kakinya tidak terdengar lalu mengunci pintu kamarnya diam-diam. Tidak lupa, sebelum melakukan rencana tersebut, ia menyalakan lagu agar sang ayah beranggapan Jina masih di dalam kamar. Bukankah itu ide brilian?

Jam dinding hampir menunjuk angka lima sore, itu artinya Jina tidak punya banyak waktu karena matahari akan segera terbenam. Dengan cepat, ia menyingkirkan handuk yang melilit kepalanya yang basah, berganti pakaian nyaman, dan tak lupa memasukkan beberapa keperluannya ke dalam tas ransel.

Oke, saatnya kabur.

Jina berjalan ke arah jendela besar di sisi tempat tidur. Sebelah tangannya bergerak menggapai gerendel jendela, namun ketika hendak membukanya, terjadi sesuatu yang janggal. Kunci gerendel itu macet, tidak mau terbuka. Jina mengerutkan dahinya bingung karena setahunya tadi pagi masih bisa terbuka.

Tapi, bukan Song Jina namanya jika menyerah semudah itu. Gadis tersebut terus berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan kunci, seperti menggunakan sebelah kakinya sebagai tumpuan dan menarik gerendel tersebut menggunakan dua tangan. Namun sekeras apa pun ia mencoba, usahanya tersebut sia-sia. Sepertinya seseorang sengaja mengunci jendelanya dari luar.

Oh, tentu saja.

Siapa lagi yang melakukannya jika bukan sang ayah? Ayahnya pasti sudah mengantisipasi hal ini sejak awal.

Pada akhirnya Jina hanya bisa mendengus pasrah, rencana untuk kabur terpaksa batal. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain selain duduk menyantap makan malam di rumah Na Jaemin malam ini.


***


"Kita sudah sampai," Song Il Woo mematikan mesin mobil ketika ia dan Jina sampai di pekarangan rumah keluarga Jaemin. Jina mengerjap beberapa kali dengan mata mengantuk. Setelah tadi siang gadis itu tidak bisa tidur, rasa kantuk malah menyerangnya di saat seperti ini.

Nothing Between Us - JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang