❣My Twin Brother II❣

759 76 4
                                    

"Lo ga bisa nolong gue Hyunjin, lo tega"

Sampai di kamarnya Hyuni pun menangis. Sekarang tidak ada gunanya. Ia mungkin tidak ada kesempatan sembuh.

Hyuni tidak mau lama-lama menangis dan berlarut dalam kesedihan. Ia mengambil bukunya dan mulai belajar. Ia tidak mau menyia-nyiakan waktunya, ia ingin lulus di kedokteran SNU saat CSAT nanti walaupun ia tidak tahu apakah umurnya sampai atau tidak untuk berkuliah.

Dari luar Hyuni mendengar ada yang mengetok pintunya. Hyuni melihat jamnya yang menunjukkan pukul dua belas lewat lima puluh menit. Ternyata dia sudah cukup lama belajar.

"Siapa?"

"Gue"

"Ngapain lo?" tanya Hyunjin.

Hyuni malas menjawabnya.

"Lo belajar? Tapi lo sakit! Gimana sih lo!" ucap Hyunjin.

Hyunjin sebenarnya kesal karena daritadi memikirkan Hyuni, sampai-sampai ia tidak bisa tidur. Karena itu ia memutuskan pergi ke kamar Hyuni.

Hyunjin terkejut saat Hyuni membuka pintunya. Hyuni tetap menutupi kepalanya dengan hoodie.

"Kenapa lo ribut di depan kamar gue?"

Hyunjin buru-buru mendorong Hyuni masuk dan ia pun masuk lalu mengunci pintu kamar Hyuni.

"Ngapain lo di sini?" Hyuni menatap Hyunjin curiga dan kesal.

"Gue mau ngobrol sama lo"

"Ngobrol? Gue mau belajar, keluar lo!" Hyuni mendorong tubuh Hyunjin ke depan. Tapi Hyunjin terlalu kuat untuk dilawan. Hyuni akhir menyerah dan membiarkan Hyunjin di kamarnya.

Tetapi Hyunjin bukannya duduk diam, malah naik ke tempat tidur Hyuni dan rebahan di sana. Sementara Hyuni lanjut belajar di meja belajar dan kursinya memunggungi Hyunjin.

"Hyuni, kamar lo rapi banget"

Hyuni menoleh ke belakang dan melihat tempat tidurnya yang mulai berantakan. Seprainya terbuka di sudut kanan, dan kusut di tengah.

"Ya! Tempat tidur gue berantakan! Turun lo"

Hyunjin malah tertawa bahagia melihat Hyuni marah.

Hyuni yang kesal memilih tidak peduli dan melanjutkan belajarnya.

"Hyuni, udah tidur lo sini!" ucap Hyunjin.

"Di samping gue"

"Lo ingin hiburan kan, gue bisa menghibur lo"

Hyuni mencoba fokus belajar, tapi Hyunjin terus berbicara dan membuatnya gagal fokus.

"Hyun, kita ga pernah kan ngobrol"

"...."

"Mungkin aja setelah ngobrol sama gue, pikiran lo tenang"

"..."

"Lo mau belajar sampai jam berapa sih?"

"..."

"Hyun!"

"Lo ga ngantuk?"

"Hyun, tapi lo sakit?"

"Kenapa sih lo semangat banget belajar"

"Lo kan udah pintar"

"Ga perlu belajar lagi"

Hyuni tidak menjawab satu pun celotehan Hyunjin. Dan mencoba tetap fokus mengerjakan soal-soal matematika di bukunya.

"Oh ya lo mau kemana besok?"

"Kok gue jadi ingin ikut sama lo, apa nama tempatnya, bisa buat tenang seperti itu?"

"Dasar bodoh!" sahut Hyuni.

"Akhirnya lo jawab gue, walaupun mengumpat"

"Lo sakit apa sih sebenarnya?"

"Kenapa rambut lo tipis banget?"

"Itu bukan karena gue kan?"

"Gue salah ya ga mau donor ke elo"

"Gue takut Hyun"

"Lo pasti juga takut kalau jadi gue, lo pasti ga mau sakit juga kan"

"Gue bingung Hyun, gue ingin nolong lo, tapi gue takut"

Hyuni menoleh ke Hyunjin kesal. Ia menutup bukunya kasar lalu meninggalkan Hyunjin di kamarnya. Hyuni keluar dan masuk ke kamar Hyunjin lalu menguncinya.

Hyunjin pun mengejarnya dan terlambat. Ia mengetuk pintu kamarnya agar Hyuni membukanya.

"Hyuni, lo kenapa jadi tidur di kamar gue sih"

"Hyun! Buka Hyun!"

"Hyun!"

Hyuni tetap tidak mau membukanya. Ia mencoba memejamkan matanya dan tidur di tempat tidur Hyunjin.

Hyunjin pun kecewa karena Hyuni tidak mau membukakan pintunya.

"Hyun, gue mau buang air kecil, gimana Hyun?"

Dari dalam kamar Hyuni mengumpati kebodohan saudara kembarnya.

"Hyun, tolong Hyun, gue sesak banget"
Hyunjin tidak berbohong, ia memang benar-benar ingin buang air kecil. Tetapi karena kebodohan dan kepanikannya ia jadi seperti itu.

"Hyun tolong Hyun!"

"Kalau gue ke bawah gue pasti pipis celana Hyun"

"Gue dah ga sanggup jalan"

Hyuni jadi kasihan mendengar kebodohan Hyunjin.

"Lo bisa buang air kecil di kamar gue, bego!" teriak Hyuni dari dalam kamar.

Bego banget kembaran gue, kenapa bisa muka gue kembar sama dia

Hyunjin yang tersadar, berlari ke kamar mandi Hyuni.

"Akhirnya" ucapnya.

"Gue bodoh banget, sampai lupa kalau di kamar Hyuni ada kamar mandi"

Mata Hyunjin terfokus pada tong sampah yang tutupnya terbuka di dekat pintu kamar mandi saat ia mau keluar dari sana.

Ia yang penasaran melihat hitam-hitam di sana pun mendekati itu. Hyunjin terkejut saat melihat ternyata hitam-hitam itu adalah rambut, rambut hitam yang banyak. Dan di bawahnya ada tisu-tisu yang bebercak darah.

"Astaga! Ini rambut Hyuni?"

"Ga mungkin kan rambut eomma? Rambut eomma coklat, rambut appa pendek, rambut gue? Ini kan kamar mandi Hyuni"

"Kenapa rambut Hyuni seperti ini? Rontok? Atau Hyuni potong rambut?"

"Ini darah, banyak banget, gimana dia ga lemes"

Hyunjin pun pusing memikirkannya, ia naik ke tempat tidur Hyuni dan merebahkan tubuhnya di sana. Lalu ia searching untuk mencari tahu penyakit Hyuni dengan gejala-gejala yang dilihatnya.

Hyunjin bingung saat membaca beberapa artikel, kepalanya semakin pusing, ia tidak bisa menyimpulkan apapun sama sekali.

Akhirnya ia yang kelelahan berpikir pun ketiduran di kamar Hyuni sampai pagi.
Mereka jadi bertukar kamar karena ulah Hyunjin.

***

Hyunjin & HyuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang