Ibu pernah bilang,
Bahwa Tuhan ciptakan luka dengan masing-masing penyembuhnya,
Waktu tanganku patah karena cerobohku saat bermain sepeda,Tapi patah yang kali ini,
Membuatku beribu-ribu kali merasa lebih resah
Lukanya tidak mampu aku lihat,
Entah sobek, lebam, atau mulai bernanahAku patah sepatah-patahnya
Saat aku lihat Ibu disemayamkan ke dalam tanahKarena sejak saat itu,
Yang tersisa dalam tubuh gadismu ini
Hanya seonggok harapan hampa
Yang menjelma menjadi tulang-tulang patah yang tumbuh tidak sempurnaPun tidak sempurna, aku tidak apa
Masanya akan datang dimana aku
Lebih peduli tentang aku dibanding pilu
Demi tumbuh dan utuhnya aku,
Demi waras dan sehatnya aku,
Barangkali nanti Ibu menengok ke bawah,
Aku tumbuh menjadi aku yang sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
aksara tanpa suara
Poetrykarena dengan tulisan, aku merasa dapat menggapai sesuatu yang sejatinya tidak nyata. © 2018 by sstylan