BAB - 9

138K 12.2K 189
                                    


___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Pelajaran kelas XII IPS 3 sedang kosong. Tak ada guru yang mengajar di kelas itu sehingga Arya memanfaatkan waktu untuk menghabiskan satu jamnya di sana bersama Zaky, Vino, maupun Harry yang merupakan siswa-siswa kelas XII IPS 3.

Bagian belakang sudah diisi oleh beberapa siswa XII IPS 3 yang tertidur lelap di lantai. Beberapa siswi di barisan kanan sedang berkumpul sembari memandangi sebuah laptop yang memutarkan film. Di depan sana, ada Arya yang duduk di meja guru sembari memainkan gitar dengan suara yang fals. Pun dengan suara nyanyiannya yang membuat siswa-siswi di sana berulang kali berteriak menyuruhnya untuk berhenti. Semakin Arya disoraki, semakin membuat Arya bersemangat untuk membuat mereka semua kesal.

Di bangku keempat, Zaky dan Harry sedang asyik bermain game yang tersambung dari laptop. Entah sudah berapa kali mereka mengumpat karena melakukan kesalahan atau menggeprak meja dan bangku yang tidak begitu dipedulikan oleh yang lain.

Sementara Vino hanya diam memainkan ponselnya sembari duduk di lantai bagian belakang, di antara cowok-cowok yang terlelap.

Menghitung menit lagi istirahat akan berlangsung. Di luar kelas yang lengang, Ghali berjalan di koridor. Langkahnya berhenti di depan pintu kelas yang sedikit terbuka, lalu dia melangkah masuk. Sontak saja Arya menghentikan petikan dan nyanyiannya. Arya menaikkan alis, lalu terbahak setelah memandangi lamat-lamat sebuah buku bersampul merah muda yang ada di tangan Ghali sekarang.

"Oh, iya, iya. Gue mulai paham sekarang," kata Arya setelah menyimpan gitar milik Vino di atas meja guru. "Pasti ada guru yang nyuruh sampul buku mata pelajarannya di seragamin, kan?"

"Iya, kali." Ghali menggeleng. "Tapi, bukan buku gue."

"Terus?"

Ghali melirik Arya sekilas, lalu menatap Harry yang sedang berdiri dari bangku mendeklarasikan kemenangannya dari Zaky.

"Woi, pesenan gue mana?" tanya Ghali yang masih berdiri di ambang pintu. Beberapa orang di sana hanya melihat sekilas, kemudian kembali sibuk dengan urusan masing-masing.

Harry meremas rambutnya. "Argh. Kenapa mintanya sekarang, sih?"

"Orangnya udah nangis-nangis minta sekarang," balas Ghali cepat.

Arya mengernyit heran mengamati percakapan dua sahabatnya itu. "Kalian lagi transaksi narkoba?"

"Apaan?" Zaky tertawa. "Transaksi di tempat terbuka mana masuk logika."

Harry mendengkus. Dia mengambil sebuah bingkisan dari dalam tasnya. Bingkisan itu bening sehingga bando berwarna merah muda dengan motif bunga dan juga bando putih terpampang nyata. Membuat Arya dan Zaky tak bisa berhenti tertawa.

"Iya, mereka lagi transaksi narkoba, tuh," kata Arya lagi. Harry berjalan ke arah Ghali dan memberikan bingkisan itu. "Siapa yang mau pakai bando? Lo, Ghal?"

SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang