___
Alya berlari mengejar Diba, Lia, dan Saphira yang sengaja meninggalkannya sendirian di kelas. Ketiga temannya—yang kini hampir tak terlihat karena sebentar lagi menginjakkan kaki di tangga—terus menertawai Alya. Alya mendengkus sebal. Dia mulai memelankan langkah karena lelah saat menginjak tangga teratas.
Lia, Diba, dan Saphira sudah pasti tak terlihat. Namun, kehadiran seseorang yang paling Alya hindari justru berdiri di tengah tangga. Sontak saja membuat Alya berbalik seperti robot dengan mata yang sedikit terkejut. Baru beberapa langkah, ujung rambutnya yang terikat ekor kuda ditarik seseorang dari belakang. Langkahnya pun berhenti dengan jantung yang berdegup kencang.
"Ngapain malah balik lagi? Temen-temen lo udah pada kabur, tuh," kata Arya.
Alya menepuk punggung tangan Arya yang masih memegang rambutnya yang terikat. Setelah Arya melepasnya, Alya berlari kabur dari cowok itu menuju kantin di mana ketiga temannya sudah tiba.
Alya mengedarkan pandangannya dan menemukan Diba dan Saphira yang sudah duduk manis di bangku. Lia pasti sedang memesan makanan.
"Pada ngapain, sih? Bocah-bocah." Alya duduk di depan Diba dan langsung mengomel.
"Si Saphi, nih! Dia tadi yang ngajakin gue dan Lia buat kabur. Soalnya dia ngelihat Kak Arya lagi jalan ke gedung kelas sepuluh." Diba berbinar melihat Lia datang membawa makanan. Dia bertepuk tangan.
Alya langsung mencomot gorengan di mangkuk dan memakannya kesal. "Awas aja, ya, kalian."
"Pasti lo habis didatengin Kak Arya, ye, kan?" Lia cekikikan saat duduk di bangkunya.
"Pake nanya?" balas Alya malas.
"Alya, Alya! Lihat, tuh, siapa yang datang!" bisik Saphira.
Alya tidak mau menoleh sedikit pun. Dia mengunyah makanannya tak terkendali. Perasaannya campur aduk. Melihat Diba tiba-tiba menggeser duduknya membuat Alya mulai merasa ada yang tidak beres. Belum bertanya, tempat kosong yang berhadapan langsung dengannya itu baru saja diisi oleh Arya. Cowok itu duduk dengan santai dan menatapnya dengan senyuman tertahan. Alya menunduk dan menghela napas pasrah.
"Woi. Lihat ke sini, gih," kata Arya. Alya jelas tidak menuruti perintah itu. Arya menyeringai. "Nggak mau beliin gue makanan? Eh, sekalian minum, dong. Haus, nih."
Alya mengerutkan kening. Dia menatap cowok itu dengan tatapan heran. Dia menggeleng-geleng dan kembali menggigit gorengan di tangannya dengan kesal.
Arya berdeham. "Nggak mau nurutin gue?" Arya menatap sekelilingnya. "Cowok itu nggak ada, sih, tapi di sini ada...." Saat Alya memelototinya, Arya tersenyum puas. "Mau nggak, nih?"
"Pergi aja sana! Lo ganggu banget tahu nggak, sih?" bentak Alya.
Diba menunduk, pura-pura sibuk dengan makanannya. Lia sudah tak bisa menahan tawa. Sementara Saphira sejak tadi senyum-senyum sendiri melihat temannya diganggu oleh salah satu cowok tertampan di sekolah versinya.
"Eh, eh, eh. Lidah gue hampir keceplosan nyentuh langit-langit mulut."
"Maksud lo?" Alya menatap cowok itu dengan tatapan curiga dan takut.
Arya tersenyum penuh arti. "Er?"
Wajah Alya langsung kusut setelah mengerti apa yang Arya maksud. "Mau pesen apa?" bentaknya.
"Apa, ya?" Arya pura-pura berpikir. "Makanannya terserah lo aja, deh. Terus minumnya es teh kayaknya seger, tuh."
Alya berdecak. Dia bangkit dari bangku setelah melemparkan tatapan setajam leser kepada Arya. Arya yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Tak lama kemudian, Alya datang membawa makanan dan minuman. Dia menaruhnya di meja depan Arya dengan kasar. Alya benar-benar mual melihat bagaimana cowok itu meresponsnya dengan senyuman. Sejak tadi Alya diam karena tak ingin salah ucap. Jika ketiga temannya tahu mengenai Rifal, entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Kepada Arya saja yang jelas tidak Alya sukai, ketiga temannya itu senang mengejeknya sampai melakukan hal-hal yang Alya tak sangka. Bagaimana respons dan tindakan mereka jika tahu bahwa dia menyukai seseorang yang ada di sekolah ini?
"Suapin, dong!"
Lamunan Alya buyar mendengar perintah itu. Lia, Diba, dan Saphira hampir tersedak makanan.
"Suapin, gih," kata Lia sambil menyenggol kaki Alya di bawah meja. Alya melihat temannya itu dan melotot kesal. Lia cekikikan. "Su-a-pin."
"Nggak mau. Lo kenapa, sih? Gabung sama temen-temen lo sana. Ngapain di sini?" tanya Alya heran.
Arya berdeham. "Rrrr—" Arya berhenti saat Alya menepuk mulutnya dengan sendok.
Alya menarik tangan Arya sementara satu tangan Alya memegang mangkuk. Dia membawa Arya pergi dari sana mencari meja kosong. Setelah menemukan meja kosong yang lumayan jauh, dia mendesak Arya untuk duduk. Dia kembali ke meja tadi untuk mengambil barang-barang yang tersisa. Sebelum kembali ke meja baru, dia melihat Lia tak bisa berhenti menertawainya.
"Mau lo apa, sih?" tanya Alya saat duduk di bangku baru. Dia menghentakkan gelas dan piringnya di atas meja.
"Kan lo sendiri dulu yang bilang kalau pasti gue mau manfaatin keadaan?" Arya cengengesan dan itu membuat Alya mendesis.
"Hari ini gue males banget ngomong. Hehe. Kalau diajak ngomong rasanya pengin nyebut R," lanjut Arya sambil menyeringai.
Alya diam. Di benaknya terus mengumpat cowok di depannya itu. "Oke, oke," katanya setelah diam lama. Dia mengucapkannya dengan suara pelan karena sudah pasrah.
"Tangan gue lagi males megang sendok, nih."
Alya sudah seperti banteng yang sedang marah, siap mengejar Arya dengan tanduknya. Namun, dia menahan amarahnya agar Arya tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
Terpaksa, antara meringis dan geli, akhirnya dia mengambil sendok dan melakukan apa yang Arya perintahkan tadi. Disaat Arya tertawa-tawa menikmati semua itu, Alya justru ingin waktu cepat berlalu agar Arya segera lulus dan tak akan mengganggunya lagi di sekolah ini.
"Suapin. Lagi. Aaa." Arya membuka mulutnya dan Alya menatap cowok itu dengan tatapan tajam.
"Harus tebal muka nih gue," gumam Alya.
Arya cuma senyum-senyum tak jelas. Alya memutar bola mata.
"Minum, dong," kata Arya lagi.
"Bawaannya pengin nonjok orang aja." Alya terus bergumam kepada dirinya sendiri.
Arya berdehem.
"Iya, gue diem," kata Alya, kali ini lumayan keras.
"Kok bisa sih gue tertarik sama cewek kasar kayak lo?"
Alya yang tak mendengar jelas karena sibuk dengan isi pikirannya segera mendongakkan pandangannya dari es teh. "Ngomong apa lo barusan?" tanya Alya, ngegas.
"Emang tadi gue ngomong apa?" tanya Arya balik.
"Ngapain gue nanya kalau gue udah tahu? Au ah." Alya bersungut-sungut sementara Arya diam-diam tersenyum.
***
NOTE:
Apakah Alya dan Arya akan berakhir bareng?
Masih abu-abu.
Harapan kalian emangnya gimana?
Kalau mau intip cuplikan-cuplikan part berikutnya s
ebelum aku update di wattpad, nanti aku sering post di instagram
thanks for reading!
love,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang
Teen FictionTERBIT 📖 - "Siapa yang bernama Sayang di sini?" teriak panitia itu, membuat sebagian orang di sana menahan tawa sekaligus penasaran. "Ayo ngaku aja." Alya mengangkat wajahnya. "Sayang...," panggil cowok itu lagi, membuat Alya melihat ke sekelilingn...