BAB - 19

103K 10.7K 766
                                    


___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Setelah pintu gudang tertutup, Arya langsung berjongkok di belakangnya dan menaruh kedua tangannya di atas kepala.

"Anjir. Anjir. Anjir. Kayak orang bego gue!" serunya sambil memikirkan apa yang barusan dia lakukan kepada Alya.

"Lo kenapa?" tanya Harry bingung. Vino menatapnya heran.

"Gila. Gila." Arya berdiri dan menggaruk kepala belakangnya dengan gelisah. Kesal, dia menatap Satria dan melampiaskan emosinya. "Woi, Sat! Apa sih alasan lo ngelakuin hal yang kayak gitu?"

"Sumpah, Bang. Gue cuma suka sama dia. Itu aja," kata Satria penuh ketakutan.

"Sampai foto di toilet, ya? Nyari pemandangan apa di sana, hah?" bentak Arya.

Satria menunduk dan diam. Harry segera menatap Arya. "Diem dia. Wah, nggak beres. Mau diapain, Ar?" tanya Harry, mengompori.

"Udahlah. Lepasin aja," kata Arya pada akhirnya. Pikirannya sedang tidak fokus. Dia mengangkat kedua tangannya; menyerah.

"Loh? Nggak bisa gitu, dong. Hah." Harry mengusap tinjunya. "Gue udah capek-capek minta kunci ke Pak guru, nih. Masa gini doang? Nggak asyik."

"Lepasin aja." Arya memandang Satria kesal. "WOI!"

Satria mendongak cepat. "Ya—ya, Bang?"

"Abang. Abang. Gue bukan abang lo."

Kedua kaki Satria terlihat gemetar.

"Awas ya kalau lo ulangi lagi?" ancam Arya. "Lo tahu nggak kalau lo ngulangin hal kayak gitu, lo mampus di tangan siapa?"

"Gue. Gue." Harry mengangkat tangannya dengan semangat.

Arya menunjuk Harry. "Tuh, temen gue yang goblok itu tuh udah nggak sabar banget bikin orang babak belur."

"Sialan lo, Ar." Harry berteriak. Dia menarik kerah kemeja sekolah Satria, memaksanya berdiri. "Udah sana lo balik kelas."

Saat itu juga Satria bangkit dari kursi. Dia menunduk saat ingin melewati pintu. Sementara Arya berdiri di pintu gudang itu. Arya pun menyingkir sambil menghela napas. Satria membuka pintu dan langsung lari terbirit-birit.

Arya keluar dari sana disusul Vino. Juga Harry yang sedang mengunci gudang kembali.

"Udah? Ah, mampus PR gue belum selesai." Vino berjalan keluar dari gudang itu.

"Pasrah aja, deh. Tanggung jawab lo, Ar!" teriak Harry.

Sementara Arya hanya terus berjalan sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.

***

SAYANG

Arya. Sent a photo

SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang