____
Alya bahkan sudah lupa dengan kejadian beberapa jam yang lalu. Di kantin itu dia mengobrol dengan teman-temannya dengan luwes tanpa harus dihantui oleh sosok cowok menyebalkan di dunianya. Ada satu senior di antara mereka, yaitu Ghali karena baru saja cowok itu dipanggil oleh Lia, sepupu Ghali.
Sampai akhirnya, segerombolan cowok memasuki kantin dan salah satu di antara cowok-cowok itu adalah seseorang yang paling Alya ingin hindari di dunia ini. Diba tiba-tiba berseru ingin kembali ke kelas karena melihat Agam, sementara Lia memprotes keinginan temannya itu. Alya masih duduk di bangkunya, memandangi tajam ke arah Arya yang langsung menyeringai ke arahnya.
Lia mendekat, membisikkan sesuatu ke telinga Alya. "Lo kenapa? Komat-kamit dari tadi?"
"Lo nggak lihat siapa yang datang, hah? Si kunyuk," balas Alya sembari mengepalkan kedua tangannya ke arah Arya.
"Eh, di sini aja, cukup nih buat kita," kata Arya dengan santainya menunjuk meja panjang yang dipakai Alya dan teman-temannya. Benak Alya terlalu sibuk mencaci maki cowok itu sampai dia tak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang di sekelilingnya.
"Balik, yuk?" ajak Diba sehingga yang lain memutuskan untuk segera pergi dari kantin itu, terutama Alya yang sudah sangat tidak tahan untuk segera pergi dari sana.
"Kak, gue balik, ya?" Diba berpamitan kepada Ghali sebelum pergi dari sana.
"Kok, pamitnya cuma ke Ghali, sih, Dek?" tanya Arya.
Alya menatap Arya dan meluapkan emosinya dengan bentakan kesal. "Heh! Lo jangan godain temen gue, ya!"
"Alya, udah!" seru Diba pelan sembari berusaha menarik Arya pergi.
Arya tersenyum. "Kenapa? Cemburu ya, Babe?" goda Arya.
LO! Alya menggerakkan bibirnya tanpa suara. Tangannya sedang ditahan oleh Diba, makanya dia tak bisa berbuat apa-apa. "Bodo, ah," katanya kemudian menjauh dari sana.
Tak lama setelah itu, Diba datang dan menariknya pergi. Sama seperti dirinya, temannya yang satu itu juga sedang menghindari seseorang; Agam. Berbeda dengan Saphira yang sejak tadi selalu menjaga image di depan Adrian. Keempat cewek itu meninggalkan kantin setelah membayar bakso mereka. Alya dan Saphira tertawa. Diba sedang salah tingkah karena Agam terang-terangan mengatakan akan ke rumahnya padahal mereka baru saja putus. Namun, bukan itu penyebab mengapa Alya dan Saphira tertawa. Melainkan karena melihat Lia diseret oleh Diba.
"Aaa! Malu banget! Suer!" Diba langsung berteriak setelah mereka keluar dari kantin. Dia sampai menutup wajahnya di sepanjang perjalanan menuju kelas. Yang lain menertawainya dengan puas. "Nggak usah pada ketawa!" teriaknya lagi.
"Lagian, ngapain sih Kak Agam masih aja ngomongin hal yang bikin baper? Padahal dia udah mutusin lo," kata Lia, masih tak bisa menahan otot pipinya untuk tidak tertawa.
"Diem, ih!" seru Diba. "Udah. Gue lagi nggak mood banget hari ini. Mana gue diharusin ke ultahnya Kak Agatha lagi. Ah, bikin sebel aja, tahu?"
Di sepanjang perjalanan menuju kelas pembahasan tak ada henti-hentinya. Entah bagaimana awalnya, tapi menurut Alya, Diba terlalu pintar membelokkan pembahasan. Sehingga yang tadinya membahas Diba dan Agam, kini berubah topik membahas Arya dan Alya.
"Nggak usah ngeledekin, deh," sahut Diba sembari menoleh ke belakang. "Sayang-nya Arya."
"Apa lo bilang!" teriak Alya jengkel dan itu berhasil membuat yang lain tertawa. Alya berjalan lebih dulu meninggalkan ketiga temannya.
"Cie, sayang-nya Arya lagi ngambek!" teriak Saphira dengan semangat.
Alya tak mengatakan apa-apa. Kalau dia mengatakan sesuatu, yang ada malah akan membuat mereka mengatakan hal yang tidak-tidak. Alya memasuki kelasnya yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswi karena sebentar lagi bel istirahat berakhir. Belum duduk di bangkunya, kedatangan Lia dan yang lain sambil berlari dengan napas pendek-pendek membuat Alya mengernyit bingung.
"Alya! Alya! Alya!" panggil Saphira berulang-ulang sambil menepuk meja siswi lain. "Itu ... di depan!" telunjuk Saphira mengarah ke pintu.
Diba dan Lia sedang berdiri di dekat meja guru, sedang waswas akan terjadi perang dunia ketiga karena kondisinya sangat tidak tepat untuk mengganggu Alya yang sejak pagi tadi disulut emosi oleh orang yang sama.
Saphira menurunkan telunjuknya cepat dan dia sedang menahan kegelisahan. Lia dan Diba saling pandang, mereka mengenyir kaku. Sementara Alya memandang cowok di ambang pintu dan memasang poker face.
"Nggak usah sok cool gitu, deh," kata Alya datar ketika melihat bagaimana cowok itu bersandar di ambang pintu dan Alya yakin dia sedang menebarkan pesonanya di depan para siswi X-3. "Mau ngapain lagi lo? Sampai ngikutin ke sini. Nggak usah nyari gara-gara, deh."
"Aduh galak." Arya pura-pura bergidik ngeri. Dengan tampang sok cool—seperti yang dikatakan Alya—Arya memasukkan tangannya ke saku celana, lengan kanannya bersandar di ambang pintu dengan tubuh sedikit miring ke kanan. "Mau nagih permintaan tadi. Ingat nggak?" Arya melemparkan senyum devil. "UKS."
Alya menunduk dan merapatkan bibirnya. "NGGAK!" bentaknya.
"Nggak bisa nolak maksud lo?" Arya berjalan memasuki kelas dengan kedua tangan yang sengaja dia masukkan ke saku celana. Dia semakin berjalan ke arah Alya dan membuat Alya segera mundur.
"Ngapain, sih? Sana balik ke kelas lo!" teriak Alya geram. Namun, Arya tak berhenti melangkah. Dia bahkan memberikan senyuman yang membuat Alya jadi takut. Alya teringat percakapan pagi tadi. "Gue laporin ke BK!"
"Lo pikir tadi gue nggak serius?" tanya Arya setelah berdiri di hadapan Alya. "Seperti yang gue bilang tadi pagi, kalau lo nggak ke UKS, gue bakalan ke kelas lo dan jemput lo ... secara paksa?"
"Udah sana balik—" Ucapan Alya berhenti. Selama beberapa detik dia tak bisa berkata-kata sampai akhirnya dia melihat lantai, meja, kursi, dan kaki-kaki murid lain di kelas itu seperti terbalik. Arya benar-benar mengangkutnya menuju ke UKS!
"ARYA BEGO! NGAPAIN, SIH, LO! TURUNIN GUE BILANG! BU GURU! PAK GURU TOLONGIIIN!"
***
thanks for reading!
love,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang
Teen FictionTERBIT 📖 - "Siapa yang bernama Sayang di sini?" teriak panitia itu, membuat sebagian orang di sana menahan tawa sekaligus penasaran. "Ayo ngaku aja." Alya mengangkat wajahnya. "Sayang...," panggil cowok itu lagi, membuat Alya melihat ke sekelilingn...