BAB - 14

109K 12.1K 1.1K
                                    

___

Rumah Agam sedang ramai malam ini. Harry dan Zaky mengungsi di ruang tengah setelah mengambil play station milik Agam di kamar, sementara sang empunya sedang tidak di rumah. Mereka begitu heboh, mengumpat sesekali disaat salah satu dari mereka salah mengambil langkah permainan. Saat kata kasar terucap dari mereka, maka Vino akan berteriak menyuruh mereka menjaga ucapan karena ada Agatha, adik perempuan Agam yang namanya mirip Agatha si sekretaris OISIS.

Papanya Agam sedang keluar, sehingga Agatha dititip kepada Vino dan Adrian karena dua teman Agam itu yang paling dekat dengan Agatha. Adrian dan Vino dipaksa Agatha bermain masak-masak. Di pojok ruang tengah, Ghali sejak tiba duduk di single sofa dan hanya sibuk memainkan ponsel.

Sementara itu, Arya tak pernah bicara sejak memasuki rumah Agam. Dia memarkirkan motor, lalu masuk ke rumah Agam dan menguasai sofa panjang. Berbaring dengan tubuh jangkungnya yang tak muat di sana. Tangannya memegang pipi, satu tangannya lagi memeluk bantal sofa. Tatapannya kosong.

Seperti orang galau.

"Lo ... kenapa semenjak di sekolah megang pipi mulu?" tanya Harry. "Habis dicium Om genderuwo?"

"Tiap ditanya dia bengong mulu, tuh. Kayaknya beneran dicium genderuwo," sahut Vino tak jauh dari mereka. "Iya, iya. Sekarang bikin kue ulang tahun, ya?" lanjut Vino, membalas perkataan Agatha.

"Gue keterlaluan banget ya jadi orang?" tanya Arya pelan.

"Pake nanya!" Harry berujar keras. "Lo manusia terkampret di dunia ini, kalau lo sadar."

"Dan harusnya lo sadar," tambah Zaky. "Tumben nanya ginian? Habis dapat hidayah?"

"Rifal—"

"Apa? Lo habis dicium cowok berengsek itu?" potong Zaky cepat.

"Gue belum selesai ngomong. Astagfirullah." Arya berdecak dengan wajah frustrasi. "Ya, pokoknya Alya suka sama dia."

"Lo suka sama Alya? Cemburu sama Rifal? Kan udah gue bilang!" teriak Harry geregetan. Entah karena Arya atau karena game.

Arya bangun dari sofa. Dia menatap Harry yang sibuk bermain game. "Lo pada kenapa nangkepnya setegah-setengah, sih?"

"Makanya cerita yang lengkap," kata Zaky.

"Gimana gue cerita lengkap kalau kalian semua motong omongan gue terus?"

"Oke, lebih baik lo jadi anak kampret daripada serius kayak gini." Harry menoleh setelah menekan pause. Dia bergidik. "Aneh, lah. Anjir." Harry kembali bicara. "Ya udah. Ya udah. Gue nggak bakalan motong lagi."

"Alya nampar gue." Arya berhenti sesaat. "Dan gue galau."

Harry dan Zaky sama-sama menjauhkan stik PS mereka, lalu menatap Arya penuh curiga. Meski sudah sama-sama penasaran setengah mati, mereka tetap diam menunggu Arya lanjut bicara. Mereka takut Arya tiba-tiba mengamuk.

"Bukan karena gue udah mulai ada perasaan jatuh cinta seperti yang Agatha bilang, ya!" Arya tiba-tiba bangun. Duduk bersila di atas sofa dengan muka serius yang jarang dia munculkan. "Tapi, karena gue tiba-tiba mikir apa gue bener-bener keterlaluan selama ini? Gue mulai ada perasaan bersalah. Menurut lo pada, gue keterlaluan sama dia nggak?"

Harry dan Zaky mengangguk mantap.

Sementara Vino, Adrian, dan Agatha sama-sama berteriak, "keterlaluan!"

"Anak kecil aja tahu lo keterlaluan," kata Ghali masih tak mengalihkan perhatian dari ponsel.

"Agatha masih polos, woi. Lo berdua yang nyuruh Agatha teriak, kan?" tuduh Arya kepada Vino dan Adrian yang tak menghiraukan ucapannya. Mereka pura-pura sibuk bermain dengan Agatha.

"Perasaan ini mengganggu gue banget," kata Arya, mulai kambuh dengan bersikap lebay. Dia bicara bahkan sambil memegang dadanya.

"Ya udah, tinggal nggak usah lebay lagi di depan Alya. Kasihan juga, sih. Nanti dia cepat tua karena marah-marah mulu." Harry duduk bersila, mengambil snack di atas meja dan memakannya. "Dan jangan ulangi kesalahan yang sama."

"Kesalahan yang sama?" tanya Arya.

"Iya, kesalahan yang sama. Gangguin Alya. Itu kan alasan kenapa Arya nampar lo?" tanya Harry.

Arya terdiam. Merenung. Dia kembali berbaring di sofa dengan tatapan mengarah ke plafon ruang tengah. Beberapa detik kemudian dia menggeleng kencang. "Nggak bisa! Nggak akan bisa!"

"Kenapa nggak bisa?" tanya Harry heran.

"Itu obat." Arya pura-pura menangis. "Gue nggak semangat lagi dong ke sekolah nanti? Hiks."

"Obat. Obat." Zaky mengomel. "Kan bagus buat Alya. Kalau lo nggak ke sekolah, hidup Alya akan damai. Gue juga bakalan damai karena nggak bakalan ada bencong Medusa yang masuk ngerusuh di kelas gue. WOI!" teriak Zaky karena mendapatkan lemparan remote TV. "JIDAT GUE!"

Arya mengambil ponselnya dan melihat pesannya belum dibalas oleh Saphira. "Adrian! Bilangin dong ke cewek lo buat balas chat dari gue. Penting, nih. Banget."

"Elah. Paling berhubungan dengan Alya," sahut Harry. Dia dan Zaky kembali melanjutkan permainan mereka yang sempat berhenti sesaat.

"Iya, dong." Arya tiba-tiba duduk dan jantungnya berdegup kencang saat melihat balasan dari Saphira. "DIBALES WOI DIBALES! THANK ADRIAN! I LOVE YOU!"

"Mulai, deh, mulai," kata Vino sambil menggoreng ikan—mainan.

"Nggak gitu, Kakak Vino," kata Agatha. Dia mengambil spatula mainan. "Nggak pake tangan. Pake ini. Nih."

"Gue nggak nge-chat Saphira," kata Adrian.

"Oh, iya, iya. Agatha pinter masak, ya," balas Vino sambil menepuk-nepuk pelan kepala Agatha.

Terlalu takut mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan, Arya sampai menunggu tenang dulu. Dia menutup wajahnya dengan tangan. Sementara ruas antara jari tengah dan jari manisnya terbuka.

Ar. : Woi pacarnya adrian

Ar. : Mau tanya nih. Tapi jawab jujur, ya?

Ar. : Alya orangnya suka dendam nggak? Baperan nggak?

temennya sayang: Alya gak gitu kok kak. Alya anak yang baik dan rajin nabung ^^

"Lo kenapa lagi?" tanya Ghali heran melihat Arya cengar-cengir sendiri.

Arya tak menjawab. Dia melempar ponselnya, lalu menghambur ke pelukan Harry dan berusaha mencium pipi sahabatnya itu.

"NGAPAIN LO JIJIK WOI!" teriak Harry panik sambil berusaha menjauhkan wajah Arya dengan kedua tangannya. "ASTAGFIRULLAH ASTAGFIRULLAH PANGGIL USTAZ ADA YANG KERASUKAN JIN TOMANG."

***

LANjut Selasa! Jadwal update bulan Desember udah direfresh <3


thanks for reading!

love,

sirhayani

SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang