Why? 2

81 12 0
                                    

Happy Readinggggg!!

-----

Setelah menanyakan seseorang yang kecelakaan, aku dan Gerald menunggu di depan UGD.

Suatu kenyataan yang membuatku seakan dipukul palu godam, suster itu mengatakan jika dia seorang laki-laki.

Entah kenapa air mataku mengalir, aku menangis tanpa suara, Tuhan ku mohon selamatkan dia. Apapun yang terjadi yang terpenting dia masih bisa hidup dan bernafas. Dadaku semakin sesak saat melihat beberapa barang yang diantarkan suster kepada kami.

Disana ada.

Ponsel yang telah retak, kotak berwarna coklat yang terkena noda darah, dan paper bag yang aku pun tak tahu isinya apa.

Aku tahu itu milik siapa.

Tubuhku ambruk, dengan segera Gerald menahanku, dia memelukku, sesekali kurasakan dia mencium keningku lembut.

Seseorang yang sedang terbaring lemah disana, adalah, Iqbaal.

Pria yang beberapa tahun lalu mengisi hati dan pikiranku. Aku rasa semua karena aku. Jika aku menemuinya mungkin semuanya tak akan terjadi, mungkin dia baik-baik saja.

"Gerald aku yang salah, semua gara-gara aku, gimana kalo dia kenapa- napa?" Tangisanku pecah, Gerapd mengelus punggungku.

"Sst semuanya akan baik-baik saja" ucapnya lalu mencium kembali keningku.

Akan ku ceritakan sedikit tentangnya, dahulu kita pernah menjalin kisah kasih dan itu tidak berjalan baik seperti harapan kita.

Berawal dari malam itu, aku menunggunya di taman, dan aku malah melihatnya memeluk seorang gadis, aku berlari tak ingin melihat itu dan tubuhku melayangtertabrak truk.

Saat aku membuka mata setelah koma 3 hari semuanya berubah.

Tak lagi sama. Iqbaal menjadi orang yang berbeda dia bukan pria yang kukenal.

Aku kecewa padanya, namun banyak hal yang harus diluruskan.

Pada suatu hari aku mendatangi rumahnya, aku terus meminta dan memaksa ingin bertemu dengannya tapi pwtugas itu melarangku.

Sampai seorang wanita yang kukenali mama dari Iqbaal keluar, dia mengusirku, mengatakan kata- kata yang membuatku sakit. Tak lama Iqbaal keluar dengan seorang gadis yang ku lihat bersamanya sebelum kecelakaan, mataku memanas, dadaku sesak.

Dia mengatakan jika hubungan kami berakhir secara sepihak, lalu mama Iqbaal mengusirku, kata-katanya menusukku, kemana perginya pria yang selalu berucap hangat dan tersenyum padaku.

Lamunanku buyar saat seseorang membuka pintu UGD, lengkap dengan pakaian dokternya dia tersenyum padaku.

Gerald berdiru an mengahmpirinya, diikuti aku.

Dokter itu menjelaskan jika keadaan Iqbaal sangat kritis, dan tidak memungkinkan untuk selamat, dia meminta kami menghubungki keluarganya.

Lalu dia pamit.

Tangisku kembali pecah, Gerald memelukku erat, dia sangat baik.

Sharen Aninditha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang