01

6.9K 575 28
                                    

***

Hanya dengan berbalut pakaian dalam, gadis itu melangkah keluar dari kamar mandi di apartemennya. Ia langkahkan kaki jenjangnya melewati ranjang queen size-nya, terus berjalan sampai ke jendela bertirai putih. Dari balik tirai itu, ia lihat siluet dari orang-orang yang berlalu lalang di bawahnya, begitu jauh di bawah sampai ia tidak dapat mengenali orang-orang itu. Tidak berapa lama, alunan lembut lagu Flower Road milik Big Bang terdengar memenuhi kamarnya– alarmnya berbunyi.

"Berhenti bermalas-malasan Lalisa, sudah saatnya berangkat kerja," ucapnya, pada dirinya sendiri. Kim Lisa yang sekitar empat tahun terakhir ini menamai dirinya sendiri dengan sebutan Lalisa Kim bukanlah seorang gadis biasa. Ia tidak tumbuh di sebuah rumah hangat bersama keluarga kecilnya yang penuh kasih sayang seperti kebanyakan orang lain.

Lalisa Kim adalah nama lahirnya, namun nama itu hilang seiring perjalanan hidupnya. Saat lahir, ia hanya tinggal berdua dengan ibunya, tinggal di jalanan sebagai tunawisma miskin yang bekerja dari restoran satu ke restoran lainnya. Semakin bertambah usianya, ia di tinggalkan, di depan sebuah rumah super mewah dengan sepucuk surat yang tidak bisa dibacanya. "Saat nanti seseorang datang dan bertanya siapa namamu, katakan pada mereka kalau namamu adalah Kim Lisa, mengerti?" ucap sang ibu, sebelum kemudian ia meninggalkan putri kecilnya di depan gerbang rumah mewah itu.

Singkat cerita, Lalisa Kim akhirnya di adopsi oleh pemilik rumah itu dan mereka menamainya sebagai Kim Lisa. Ia hidup bahagia di rumah itu, menjadi si bungsu dari dua orang kakak– Kim Heechul si sulung, dan Kim Jisoo si anak tengah. Mereka hidup rukun, walau tidak pernah benar-benar dekat. Menginjak usia sekolah menengah, Kim Heechul di kirim ke luar negri untuk sekolah. Kim Jisoo menyusul tidak lama setelahnya, namun Lisa... Ia harus tahu diri, anak adopsi tidak harus mendapat perlakuan yang sama. Sementara kedua kakaknya pergi menimba ilmu di negri orang, Lisa sekolah di sekolah-sekolah terbaik dalam negri. Tumbuh dewasa dengan kesadaran penuh akan posisinya. Tidak apa, aku memang hanya anak adopsi, yang harus selalu di rumah menemani ibu angkat yang mulai sakit-sakitan– pikir Lisa, sejak di tinggal pergi Kim Jisoo sampai empat tahun lalu.

Pernah ada masa dimana Lisa berpikir kalau ia juga akan di kirim ke luar negri seperti kedua kakaknya, namun saat di bandara, ketika Jisoo akhirnya pergi ke Australia untuk sekolah, gadis itu berucap– "Lisa-ya, aku akan pergi ke Australia untuk sekolah, Heechul oppa juga belum pulang dari Amerika... Jadi kau harus tetap disini, menemani eommaku sampai aku selesai sekolah dan kembali kesini, mengerti? Tapi jangan khawatir, aku akan mengajakmu keliling Australia kapan-kapan," pesan Kim Jisoo, yang membuat Lisa harus mengangguk dan membuang mimpinya jauh-jauh. Ia tidak akan bisa pergi belajar keluar negri seperti orang lain, putusnya.

Lisa terus menjaga dirinya, dalam kesendirian di rumah mewah itu. Kedua kakaknya pergi belajar sejak usia mereka masih belasan tahun. Sang ayah– pemilik perusahaan stasiun TV– sibuk luar biasa, sibuk bekerja, selingkuh dan menghamili kekasih-kekasihnya. Kemudian sang ibu yang sakit-sakitan membuatnya harus berkali-kali pergi ke rumah sakit. Dibanding seorang anak, Lisa pikir perannya saat itu adalah pengasuh nyonya rumah. Mengasuh wanita yang hampir gila karena harus menjalani kemoterapi sembari merindukan kedua anaknya. Sampai pada 4 tahun lalu, sang nyonya rumah akhirnya menyerah dan meninggal di depan seluruh anggota keluarganya. Semua orang bersedih, termasuk Lisa.

Setelah kematian sang ibu angkat, keluarga itu hancur. Sang ayah angkat menikahi wanita lain dua bulan setelah kematian istri sahnya. Kim Heechul yang luar biasa marah kemudian memutuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal sendirian di sebuah komplek apartemen mewah– Galleria Foret. Kim Jisoo yang juga marah pergi ke Australia dan si bungsu yang selama ini berperan sebagai seorang anak penurut di usir keluar oleh sang nyonya baru. Mereka tidak memerlukan Lisa lagi sekarang– karena si nyonya sakit-sakitan sudah tewas.

Empat tahun lalu Lisa kecewa, tapi apa boleh buat? Ia hanya anak adopsi yang merasa tidak memiliki hak apapun. Toh keluarga kaya itu masih punya hati nurani dengan tidak mengusirnya tanpa bekal sepeserpun. Lisa di izinkan membawa semua yang ia inginkan– surat-surat kelulusannya, sampai pakaian-pakaian dan beberapa perhiasannya. Sang ayah angkat juga memberikannya sejumlah uang yang bisa Lisa pakai untuk mencari tempat tinggal. Dan di sinilah ia sekarang– setelah hampir 4 tahun meninggalkan rumah keluarga kaya raya itu– tinggal di sebuah apartemen mewah yang tidak semewah Galleria Foret, bekerja di salah satu pusat perbelanjaan menjadi seorang staff senior di tim penjualan VIP. Ia hanya bekerja untuk para pelanggan VIP di pusat perbelanjaan itu.

Kembali ke rutinitas seorang Lalisa Kim pagi ini. Begitu alarm dari handphonenya berbunyi, dengan santai kembali ia langkahkan kakinya, kali ini mendekati meja rias dalam kamarnya– ia harus merias wajahnya sebelum berpakaian dan berangkat ke kantor.

Selesai bersiap, gadis itu kemudian berjalan ke depan gedung apartemennya, terus berjalan sampai ke tepi jalan untuk menghentikan sebuah taksi yang melintas. Dengan gajinya sekarang– yang tidak perlu ia pakai untuk membiayai orang lain selain dirinya sendiri– mobil bukanlah suatu benda yang mahal, namun mengemudi dalam kemacetan kota Lisa pikir akan merusak mentalnya.

"Selamat pagi," sapa Lisa, kepada rekan-rekan kerjanya, di mulai dari Jeon Somi si anak magang baru, kemudian Mark Lee yang baru saja melepas posisi karyawan magangnya,  Sandara Park si ibu beranak dua, Jennie Kim wakil manager timnya dan yang terakhir Lee Taeyong keponakan pemilik perusahaan sekaligus manager tim penjualan VIP itu.

"Bagus sekali kau sudah datang, bisa kau pergi ke fashion truck kita dan mengecek persiapan disana? Siang nanti G Dragon akan datang untuk melihat-lihat," tanya Jennie, bahkan sebelum Lisa sempat duduk di kursinya.

"Aku mengurus G Dragon? Lalu bagaimana dengan J Hope? Siapa yang akan pergi ke lapangan basket? Augh! Kenapa juga dia ingin berbelanja di lapangan basket, merepotkan," keluh Lisa yang kedua tangannya mulai sibuk dengan beberapa catatan di mejanya.

"Kau juga, kau bisa pergi ke lapangan basket setelah G Dragon selesai belanja, kan? G Dragon tidak akan lama, dia orang sibuk. Kirimkan saja draft-draft laporanmu, aku yang akan mengerjakannya," jawab Jennie sembari mengulurkan tangannya, hendak menerima beberapa berkas yang harus Lisa selesaikan hari ini. 

"Siapa yang bilang G Dragon tidak akan lama? Kau pernah menemaninya belanja wakil manager Kim?" tanya Lisa, sembari mengantarkan beberapa berkas ke meja Jennie. "G Dragon mamakai waktu 2 jam hanya untuk membeli spidol," tutur Lisa yang langsung menghentikan langkahnya karena suara familiar yang di dengarnya.

"Heish... Itu cerita lama nona Kim, kenapa kau terus mengungkitnya?" tegur suara familiar itu– di susul sapaan selamat pagi oleh seluruh anggota tim penjualan VIP. "Selamat pagi, aku hanya mampir untuk menyapa kalian... Aku punya jadwal syuting di sekitar sini,"

"Ah... Syuting di supermarket lantai dasar? Kalau begitu aku akan membuatkan anda kopi tuan Kwon, kopi apa yang anda inginkan?" balas Lisa, mencoba mencairkan suasana gugup diantara rekan-rekan kerjanya. Mulai dari Sandara Park sampai Jeon Somi, pasti berfikir kalau G Dragon akan marah karena digunjingkan pagi ini.

"Augh! Penjilat... Tapi aku tidak keberatan dengan segelas teh," balas Jiyong yang kemudian berjalan mengekori Lisa ke pantry  kantor dan duduk di salah satu kursinya. "Kenapa kau tidak menjawab panggilanku semalam?"

"Jangan bicara seperti itu, ini di kantor,"

"Baiklah baiklah, kalau kau tidak sibuk-"

"Aku sibuk,"

"Ya. Lalisa. Aku juga ingin bersikap profesional seperti biasanya, tapi kalau kau marah begini, bagaimana aku bisa bekerja dengan nyaman?" bisik Jiyong, melirik ke arah pintu pantry, memastikan tidak ada seorang pun yang mendengarkan mereka. "Aku benar-benar minta maaf karena mengabaikanmu seminggu terakhir ini, aku benar-benar sibuk. Ya? Maafkan aku, ya? Sayang~"

***

0.01%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang