09

2K 307 8
                                    

***

Lisa duduk memandangi benda persegi di tangannya. Di dalam kamar mandi rumahnya gadis itu duduk, raut wajahnya terlalu tenang untuk ukuran seorang yang sedang buang air namun raut wajah itu juga terlalu tegang untuk ukuran seorang yang sedang diam saja. Kejadian-kejadian selama beberapa jam terakhir tadi kembali berputar di kepalanya. Sekitar pukul 6 tadi, ia bicara dengan Taeyong– membicarakan mengenai perselingkuhan pria itu– di lanjut dengan makan malam super menyenangkan bersama kekasihnya dan berakhir di sini– di kamar mandi rumahnya.

Dari luar, terdengar suara TV yang samar. Kekasihnya masih disana, menonton TV. Ia pandangi terus benda persegi di tangannya itu. Belum pernah ia mengalami hal semacam ini. Perasaannya jadi tidak enak. Ada test pack di tangannya. Satu garisnya terlihat begitu jelas, tapi garis lainnya terlihat samar.

Lisa masih menatap benda di tangannya itu, alisnya berkerut karena tak senang, ketika pintu kamar mandinya di ketuk dan suara Jiyong merayap masuk, "Lisa! Kau baik-baik saja? Kenapa kau lama sekali? Kau tidak pingsan atau semacamnya kan?" ucapnya.

Suara Jiyong yang nyaring dan enak di dengar menyadarkan Lisa dari lamunannya. Suatu gairah yang tak tertahankan tiba-tiba muncul, mendesak-desak dan bersamaan dengan itu muncul juga suatu perasaan yang memaksanya untuk bersikap wajar. Sebab jelas, meskipun Jiyong mencintainya, tapi perasaan pria itu tidak sedalam miliknya. Setiap kali sesuatu terjadi pada Jiyong, hatinya bagai diperas, sakit dan nyeri. Satu hal yang sudah jelas, seseorang harus bersikap apa adanya dan tidak terlalu memikirkan hal itu. Pria tidak suka terlalu dipuja dan disembah. Jiyong pasti tidak menyukainya.

"Ya, sebentar lagi," Lisa berkata dengan ringan. Ia masukan test pack dengan dua garisnya itu ke dalam saku sweaternya, kemudian membuka satu test pack lainnya dan membasahinya dengan air dari kran wastafel. Tentu hasilnya kali ini akan berbeda dari hasil test pack sebelumnya.

Hatinya luar biasa nyeri, terbayang-bayang akan masalah yang mungkin akan datang beberapa waktu ke depan. Begitu pintu ia buka, seperti sihir rasa nyeri itu disembunyikannya dalam-dalam. Memang sialan Lee Taeyong, karena ceritanya sore tadi, kini ia harus berada di situasi sulit begini.

"Bagaimana hasilnya? Kenapa sangat lama? Kau hamil?" tanya Jiyong, sembari memperhatikan kedua tangan Lisa yang disembunyikan dalam saku sweaternya.

"Oppa ingin aku hamil atau tidak?"

"Beritahu saja hasilnya, jangan mempermainkanku," desak Jiyong. "Jantungku berdegup sangat cepat karena ide gilamu. Bulan lalu kau masih datang bulan, kenapa tiba-tiba ingin mengecek kehamilan seperti ini? Kenapa kau harus mengikuti Manager Lee? Ayo cepat beritahu... Aku penasaran,"

"Aku tidak hamil," jawab Lisa, yang sengaja memberikan test pack keduanya.

"Sungguh? Syukurlah! Whoa! Sudah ku duga kau tidak hamil!" seru Jiyong, ia pandangi test pack dengan satu garis itu kemudian mengekori Lisa. "Ini artinya tidak hamil? Bagaimana kalau hamil? Apa akan ada tulisan hamil di atasnya?"

"Astaga... Bodohnya... Ini kali pertamamu melihat test pack?" tanya Lisa sembari berjalan ke dapur, mengambil segelas air dan bergegas meminumnya– untuk menelan kembali kebohongan yang baru saja ia ucapkan. Kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Jiyong karena kehamilannya, sepertinya ia tidak akan bisa bertahan. "Baca saja petunjuk pemakaiannya," lanjut Lisa, setelah segelas air meluruhkan kebohongan yang tertahan di pangkal kerongkongannya.

Jiyong mengerutkan dahinya, "ini bukan kali pertamamu memakai test pack?" tanyanya curiga. "Kau pernah-"

"Aku selalu mengeceknya satu atau dua minggu setelah bertemu denganmu, tapi ini kali pertama aku memberitahumu, oppa. Berjaga-jaga tidak ada salahnya, 'kan?"

"Dan hasilnya pernah positif?"

Hari ini– jerit Lisa, dalam hatinya. Namun apa yang ia katakan justru sebaliknya, "tidak pernah, untungnya."

"Untungnya, publik pasti akan murka kalau sampai mereka tahu aku menghamili seseorang. Yongbae baru saja menikah, kalau mereka dengar aku akan punya anak, orang-orang itu pasti akan mulai menduga-duga perihal pernikahan Yongbae. Mereka akan bilang kalau Hyorin noona juga hamil di luar nikah. Mereka akan mengutuk Big Bang dan segalanya hancur berantakan," oceh Jiyong yang bicara dengan sangat santai dan sedikit melebih-lebihkan.

"Fansmu mengerikan," balas Lisa, meremas kuat-kuat benda sialan yang masih ada di dalam saku sweaternya. "Oh ya! Aku akan ke Jepang minggu depan, untuk membeli lukisan yang ku ceritakan kemarin," kini Lisa mengalihkan pembicaraan mereka, setelah melangkah dengan santai, ia lantas bergabung bersama Jiyong di sofa rumahnya. "Apa yang oppa katakan pada manager Lee? Sampai ia mau pergi ke Italia untuk menggantikanku?"

"Aku tidak mengatakan apapun pada Manager Lee. Aku hanya menelpon Takashi dan mengatakan padanya untuk tidak menjual lukisannya kecuali nona Lalisa Kim mau terbang ke Jepang dan menemuinya sendiri secara langsung. Kemudian setelah itu semuanya berjalan sesuai keinginanku,"

"Whoa... Benar-benar luar biasa, ku pikir kau menelpon manager Lee dan menyuruhnya untuk mengirimku ke Jepang atau kau akan berhenti jadi pelanggan VIP,"

"Bukankah itu terlalu jelas? Ah G Dragon pasti punya hubungan spesial dengan Lisa, managermu akan berfikir begitu dan segalanya akan terbongkar," balas Jiyong, Lisa menyetujui ucapannya itu, namun rasa sesak tetap tidak dapat dihindari.

"Malam ini oppa akan menginap kan?" tanya Lisa, yang kemudian memeluk Jiyong– ia memang ingin merahasiakan test pack dan rasanya nyeri yang ia rasakan, namun perasaan itu tetap sulit untuk disembunyikan.

"Hm... Kenapa? Kenapa kau jadi terdengar lesu?"

"Tidak apa-apa, hanya sedikit sedih saja,"

"Kenapa? Karena hasilnya negatif atau karena ucapanku?"

"Karena ucapanmu," jawab Lisa, yang justru meraih tangan Jiyong dan meminta pria itu untuk memeluknya. "Aku tahu, aku tidak boleh hamil sekarang, tapi membayangkan apa yang akan terjadi nanti, mengenai fansmu dan tanggapan mereka, membuatku sedikit sedih. Seharusnya cinta membuat kita bahagia tapi kenapa hubungan ini terasa sedikit menyedihkan?"

"Maafkan aku-"

"Bukan salahmu, hanya perasaanku saja... Karena itu tetaplah disini dan temani aku malam ini, ya?"

"Aku akan tetap disini," balas Jiyong.

***

0.01%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang