20

2K 339 29
                                    

***

Tepat pukul 11 siang di hari Senin ini, Woojin berlari untuk pulang ke rumah. Ia tidak sabar untuk menerima video gamenya.  Bocah itu ingin segera pulang kemudian menerima video game barunya dari Jiyong. Namun sesampainya di rumah, tidak ada siapapun disana– eomma pasti ada di toko– pikir bocah itu yang lantas berjalan ke arahnya tokonya. Ia sapa seorang pria yang duduk di meja depan toko kemudian berjalan masuk ke dalam toko, menemui ibunya disana. "Eomma, apa Jiyong ahjussi sudah datang?" tanya Woojin, sedikit mengejutkan Lisa yang tengah menata air mineral di dalam lemari esnya.

"Kenapa kau mencarinya? Jiyong ahjussi belum datang," tanya Lisa, ia tunda dulu pekerjaannya kemudian membalas pelukan putra kecilnya itu. Lisa juga harus membantu bocah itu untuk menyimpan tasnya karena Woojin masih terlalu pendek untuk dapat meraih satu bagian di rak.

"Hm... Jiyong ahjussi bilang dia akan datang hari ini," gumam Woojin, yang kemudian kembali berjalan ke luar toko dan menemui seorang temannya disana– Lucas.

Lucas adalah seorang mahasiswa asing yang tinggal sendirian di sebelah toko. Di persimpangan itu, secara berurutan ada toko kelontong milik Lisa, rumah Lucas, sebuah rumah tak berpenghuni dan rumah Lisa. Kalau tidak sibuk, Lucas akan menghabiskan waktunya di toko kelontong milik Lisa itu, entah sekedar duduk-duduk atau membantu Lisa dengan pekerjaannya. Kalau tidak ada Lucas, Lisa mungkin akan sangat kesulitan dengan kardus-kardus beratnya. Sesekali Lucas juga membantu Lisa untuk mengantarkan beberapa pesanan– seperti siang ini.

"Lucas, apa kau sibuk?" tanya Lisa, sembari berdiri di pintu tokonya, bersandar pada daun pintu itu.

"Kemana aku harus mengantarkan belanjannya?" tanya Lucas, sebagai jawaban atas pertanyaan Lisa tadi.

"Tidak... Bukan mengantarkan belanjaan, tapi tolong bawa sepedaku ke bengkel di dekat pasar sana, rantainya terus saja lepas,"  pinta Lisa dan Lucas menyanggupinya. "Terimakasih banyak, aku akan membantu mengerjakan skripsimu nanti," lanjut Lisa, yang tentu saja langsung Lucas setujui. Pria itu merasa sangat bersyukur ketika bisa tinggal di sebelah rumah Lisa empat tahun lalu. Sejak semester awal kuliahnya, sejak ia meninggalkan negaranya– 4 tahun lalu– ia sudah tinggal disana. Awalnya ia kecewa karena tempat tinggalnya cukup jauh dari kampus, namun begitu ia mengenal Lisa– yang dapat memahami bahasa tanah kelahirannya– hari-harinya di perantauan terasa cukup menyenangkan. 

Sejak 4 tahun lalu, Lisa yang mengajarinya berbahasa, wanita itu juga membantunya mengerjakan tugas-tugas kuliahnya, belum lagi kalau ia kehabisan uang di akhir bulan, Lisa selalu ada untuk membantunya. Dan karena semua hal itu, Lucas sudi membantu Lisa– apapun permintaan wanita itu.

"Kau ikut atau tidak?" tanya Lucas pada Woojin, yang sudah naik ke atas sepeda Lisa, siap mengayuh sepeda itu ke bengkel.

"Ingin ikut... Tapi aku punya janji dengan Jiyong ahjussi," jawab Woojin, sembari memasang wajah kesalnya.

"Siapa itu Jiyong ahjussi?"

"Itu! Penyanyi yang dapat untung lima milyar, dia berjanji akan datang kesini jam 11," jawab Woojin sedang Lisa melirik arloji di pergelangan tangannya– Jiyong sudah terlambat 30 menit. Lisa sama sekali tidak terkejut, namun Woojin tidak bisa menerima keterlambatan itu. "Kenapa ahjussi itu ingkar janji?"

"Jiyong ahjussi akan sedikit terlambat, dia masih terjebak macet di jalan,"

"Jiyong ahjussi menelpon eomma?" tanya Woojin dan Lisa menganggukan kepalanya– berbohong. "Kalau begitu aku bisa ikut Lucas hyung dulu? Nanti kalau Jiyong ahjussi datang, bisa eomma minta dia untuk menungguku?" tanya Woojin dan lagi-lagi Lisa hanya mengiyakannya.

Woojin yang awalnya kecewa, kini kembali tersenyum dan pergi bersama Lucas. Namun Lisa mulai risau, sebab gadis itu khawatir kalau-kalau Jiyong tidak datang. Entah apa yang pria itu janjikan pada Woojin, tapi kalau Jiyong mengingkari janjinya, Woojin pasti akan sangat kecewa. Dan benar saja, hari ini Woojin sangat kecewa karena Jiyong tidak datang, bahkan tidak menelpon. Tapi wajar saja kalau Jiyong tidak menelpon, mereka belum sempat bertukar nomor telepon. Begitu malam datang, Woojin yang sangat kesal akhirnya tertidur di toko, bocah itu luar biasa kesal karena merasa Jiyong telah mencuri uangnya.

0.01%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang