11

1.9K 322 9
                                    

***

Celana pendek merah berpadu dengan kemeja putih serta blazer berwarna merah senada dan sepatu hak tinggi yang juga merah membuat Lisa benar-benar mudah ditemukan. Begitu ia melintas, semua mata menatapnya– kagum. Rambut lurusnya, jatuh tergerai indah di punggungnya, sebelah tangannya menarik sebuah koper putih dan sebelah tangan lainnya sibuk memegangi handphone serta tiket pesawat dan paspornya. Satu demi satu langkahnya yang penuh rasa percaya diri memukau semua orang. Tidak semua orang terlihat mempesona dengan warna merah, namun Lisa terlihat sempurna bersamanya.

Ia berdiri di sebrang pintu masuk, menunggu gilirannya menyebrang sembari masih sembari menatap layar handphone di tangannya. Hari ini ia akan berangkat ke Jepang untuk sebuah perjalanan singkat, namun lagi-lagi pekerjaan membuat dirinya kesal. Lagi-lagi karena Sandara dan ambisinya untuk di promosikan. Handphonenya bergetar, sebuah pop up pesan baru saja muncul di bagian atas layarnya– "lihatlah ke depan saat berjalan," begitu isi pesan yang ia terima dan tentu saja pesan itu dari Jiyong.

Membaca pesan itu lantas membuat Lisa mengangkat kepalanya, melihat lurus ke depan dan menemukan Jiyong disana. Pria itu berdiri bersama rombongannya, baru saja keluar dari mobil dan di sambut oleh beberapa fansnya. Di balut celana jeans hitam dan sepotong kaos kebesaran yang harganya sepuluh kali lipat kaos biasa, ia berdiri dengan sangat memukau hanya dengan pakaian sederhana itu. Jantung Lisa jadi berdegup sangat kencang karenanya. Ini kali pertama mereka berdiri di tempat yang sama bersama kamera-kamera fans dan itulah alasan Lisa jadi lebih gugup daripada sebelumnya.

Lampu hijau untuk pejalan kaki akhirnya menyala dan Lisa berjalan ke arah Jiyong. Keduanya bertemu tatap, kemudian saling tersenyum– sedikit canggung namun tetap terlihat santai seolah mereka tengah bekerja.   "Oh? Siapa ini? Apa ini nona Kim yang biasanya?" sapa Jiyong, seolah pertemuan itu sama sekali tidak direncanakan. Keduanya memang tidak merencanakan pertemuan itu, namun keduanya sama-sama tahu kalau mereka akan bertemu di bandara kemudian menaiki pesawat yang sama.

"Selamat siang tuan Kwon," sapa Lisa, ia tekan bagian depan blazernya dengan kedua tangannya, kemudian sedikit menundukan kepalanya untuk menyapa Jiyong dengan sopan– seperti yang selalu ia lakukan di tempat kerjanya.

"Selamat siang, nona Kim, kau akan melakukan perjalan bisnis hari ini?" tanya Jiyong, yang membalas sapaan Lisa dengan sikap yang sama. Keduanya terlihat sangat nyaman dengan sopan santun serta jarak yang mereka buat, walau debaran jantung masing-masing tetap sama kuatnya.

"Ya, aku akan pergi ke Jepang-"

"Jepang? Whoa! Aku juga akan pergi kesana. Berarti kita satu pesawat?" tanya Jiyong dan Lisa tersenyum canggung karenanya.

"Sepertinya begitu," jawab gadis itu sembari menyisipkan rambut yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga. Jiyong mengepalkan tangannya, ia ingin sekali menyentuh rambut halus itu, namun saat ini ada belasan kamera handphone yang diarahkan kepadanya.

"Hei hyung! Bisakah kau bantu membawakan koper nona Kim? Dia juga akan pergi ke Jepang," teriak Jiyong– kepada seorang asistennya yang masih sibuk dengan beberapa koper di bagasi mobil agensi.

Setelah hampir 20 menit berjalan di bandara bersama kamera para fans, akhirnya Lisa dan Jiyong tiba di ruang tunggu bandara. Pesawat mereka akan siap sebentar lagi namun keduanya tetap harus menunggu di ruang tunggu– yang tentunya ruang tunggu VIP dengan keamanan super ketat untuk privasi mereka. "Duduklah," suruh Jiyong, ia persilahkan kekasihnya duduk lebih dulu kemudian menutupi kaki gadis itu dengan jaket yang sebelumnya dibawakan managernya.

"Aku hampir pingsan saat melihatmu tadi, nona Kim," komentar seorang manager Jiyong. "Ku pikir, bagaimana ini? Jiyong tidak bisa mengalihkan pandangannya darimu, dia bilang kalian akan berpura-pura tidak sengaja bertemu tapi dia menatapmu terus-menerus, sangat jelas terlihat kalau dia terpesona tadi,"

"Aku juga terkejut, aku pikir kita akan bertemu di dalam bandara, bukan di depan fans-fansnya seperti tadi," balas Lisa sembari memperhatikan Jiyong yang berdiri canggung di depannya– malu karena tidak bisa menyembunyikan perasaannya tadi.

"Tapi kau tidak terlihat terkejut saat melihatku tadi, kau terlalu tenang... Apa kau tidak gugup? Setidaknya berpura-puralah gugup agar aku tidak gugup dan malu sendirian," protes Jiyong yang justru membungkuk di depan Lisa, merapikan jaket yang menutupi kaki gadis itu. "Diamlah sebentar, aku ingin mengambil fotomu, kau sangat cantik hari ini,"

Lisa tersenyum geli di depan kekasihnya yang sekarang sibuk mengambil gambarnya seolah ia adalah fotografer profesional. "Sudahlah, hentikan, kau membuatku malu," suruh Lisa, yang tentu saja malu karena semua orang yang akan pergi bersama Jiyong hari ini menonton mereka. Namun Jiyong tidak peduli, tidak ada fans atau reporter disana, privasi mereka aman disana. Jiyong bahkan meminta managernya untuk mengambil foto mereka– tidak ada banyak kesempatan bagi mereka untuk berfoto bersama dan Jiyong menginginkannya sekarang.

Di dalam pesawat mereka seharusnya berpisah, Lisa berada di kelas ekonomi sedang Jiyong ada di kelas bisnis. Namun karena seorang pria baik hati– manager Jiyong– Lisa bisa duduk di kursi bisnis bersama Jiyong. Sayangnya, selama di pesawat keduanya tidak bisa berbincang, keduanya terlalu sibuk dengan pekerjaan di handphone masing-masing. "Foto tadi sudah keluar di internet," ucap Jiyong di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Ya, followers ku juga sudah bertambah sepuluh kali lipat. Handphoneku jadi seperti vibrator karena terus bergetar," balas Lisa yang tentu saja menarik perhatian Jiyong dan membuat pria itu menoleh dengan tatapan tidak percaya– bagaimana bisa Lisa mengatakan hal itu dengan sangat santai?– pikirnya. "Mereka menyukai semua fotoku dan menulis komentar disana. Mereka pasti berharap akan menemukan fotomu di akunku,"

"Dan mereka tidak akan menemukannya, kecuali foto light stick Big Bang yang kau unggah tahun lalu," balas Jiyong– disusul sebuah pertanyaan kenapa Lisa tidak pernah mengunggah fotonya. Gadis itu hanya mengunggah foto-fotonya sendiri.

"Sekarang mereka memujiku, karena mengira aku hanyalah rekan kerjamu. Tapi begitu mereka tahu kalau aku kekasihmu, mereka akan menyumpahiku," balas Lisa yang sepintas melihat notifikasi komentar dari akun instagramnya. "Setelah ini aku akan mem-private akunku seperti Eunji eonni, sebelum fans-fansmu memintaku menyampaikan pesan mereka untukmu,"

"Kalau aku berbelanja di pusat perbelanjaan ini apa aku akan bertemu denganmu? Kau sangat cantik! Aku tidak tahu ada gadis secantik dirimu yang bekerja di pusat perbelanjaan- ya! Siapa ini?! Kenapa dia tidak sopan begini?!" kesal Jiyong yang kali ini membuat Lisa menoleh.

"Ada apa denganmu?"

"Ya! Private akunmu sekarang, aku tidak suka membaca komentar-komentarnya! Mereka pikir mereka tampan? Berani-beraninya mereka meminta nomor teleponmu di kolom komentar- whoa! Mereka bahkan mengomentari bentuk tubuhmu? Haruskah aku menuntut mereka semua?! Ada apa dengan orang-orang ini?!" gerutu Jiyong, membuat Lisa terkekeh namun tetap menuruti permintaan pria itu.

***

0.01%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang