***
Masih dengan pakaian yang sama, di pukul 12 malam ini, Lisa mengantar Lucas keluar dari rumahnya. Lucas tidak meminta Lisa untuk mengantarnya sampai ke gerbang depan, namun gadis itu bersikeras.
"Masuklah noona, tidak perlu mengantarku," ucap Lucas untuk yang kesekian kalinya.
"Aku tidak benar-benar ingin mengantarmu, aku hanya ingin memastikan kau menutup gerbangku dengan benar," balas Lisa, sembari memakai sandalnya, hendak mengekori Lucas yang sudah membuka pintu depan rumahnya.
"Sudah ku bilang kau harus membeli kunci gerbang yang baru," cibir Lucas yang hanya Lisa balas dengan sebuah anggukan kepala. Terkadang Lucas terlalu cerewet hingga Lisa malas menanggapinya. "Terimakasih untuk malam ini, besok sepulang kuliah aku akan membelikanmu kunci gerbang yang- oh? Noona, ada tamu,"
Lucas dan Lisa menghentikan langkah mereka di depan pintu utama rumah Lisa. Keduanya menatap ke arah seorang pria yang berdiri di balik gerbang rumah itu. Rumah kecil itu dan sepetak halamannya di kelilingi dinding semen rumah sebelah. Sisi kanan, kiri dan belakang rumah itu hanya berupa dinding abu-abu setinggi dua meter sedangkan sisi depannya sebuah pagar kayu dengan pintu gerbang kecil yang juga dari kayu. Di depan gerbang kecilnya itu kini tengah berdiri seorang G Dragon, yang memakai jaket hitam dengan hoodie serta kacamata yang juga hitam– pria itu hendak membuka gerbang rumah Lisa.
"Sudah jam berapa sekarang? Kenapa kau datang tengah malam begini?" tanya Lisa, ia langkahkan kakinya untuk menghampiri Jiyong, kemudian membukakan pintu gerbang kecilnya itu.
"Noona, aku pulang dulu," sela Lucas, yang tentu saja langsung Lisa iyakan. Sementara Jiyong masih memperhatikan Lucas dari balik kacamatanya, pria itu melambai kemudian berlari kecil menuju rumahnya sendiri.
Ransel yang seharusnya Lucas gendong, kini ia peluk– untuk menyembunyikan perasaan luar biasa yang muncul dalam hatinya. Lucas benar-benar tidak menyangka akan melihat G Dragon dari jarak sedekat itu. Lucas benar-benar tidak menyangka kalau wanita yang selama ini membantunya ternyata benar-benar punya hubungan dengan seorang G Dragon. Kalau ia tidak memikirkan perasaan Lisa, ia pasti akan memaksa G Dragon untuk menandatangani kaosnya sekarang.
"Apa yang kau lakukan? Kau berkencan dengan bocah itu di depan anakku?" tanya Jiyong, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Lalisa Kim yang selama ini membesarkan anaknya, gadis yang selama ini tidak bisa ia lupakan, baru saja keluar rumah dengan pakaian tidur bersama pria lain. "Apa kau tidak malu? Berkencan dengan bocah ingusan seperti-"
"Kenapa kau kesini? Kau datang untuk membuatku kesal?" potong Lisa, yang membuka gerbangnya semakin lebar– memberi Jiyong kesempatan untuk masuk sebelum mengusirnya. "Ya! Ada apa denganmu? Kau sakit?" tanya Lisa, yang kali ini justru terkejut karena melihat Jiyong memakai sebuah celana dengan logo rumah sakit di atasnya.
"Dimana Woojin?" tanya Jiyong, yang mengabaikan semua pertanyaan Lisa kemudian melangkah masuk ke dalam pekarangan rumah Lisa– hendak masuk ke dalam rumah wanita itu.
"Tentu saja sudah tidur, ini sudah tengah malam- ya! Kau tidak kabur dari rumah sakit kan? Ada apa denganmu? Apa yang saki-"
"Hatiku sakit, karenamu," jawab Jiyong. Ia potong ucapan Lisa dengan beberapa kata yang entah kenapa begitu menyakitkan.
Lisa hendak membalas ucapan Jiyong, namun suaranya tertahan di tenggorokan. Ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata dalam kepalanya dan tidak punya pilihan lain selain menundukkan kepalanya– menghindari Jiyong yang sedari tadi menatapnya. Jiyong menghela nafasnya, ia ulurkan tangannya kemudian menarik ke atas keras sweater Lisa, menutupi bahu gadis itu. "Aku hanya jatuh di dapur tadi pagi, tidak ada yang parah, hanya sedikit lecet," ucap Jiyong kemudian. Pria itu membuka kacamatanya kemudian menunjukan luka sepanjang 3 sentimeter di dekat alisnya. "Ada belanjaan di mobil, untuk Woojin," tambah Jiyong yang kemudian merogoh sakunya mengambil handphone disana dan menelpon seseorang– supirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
0.01%
FanfictionKetika kau mencintainya tanpa alasan, kenapa kau butuh alasan untuk berhenti mencintainya? Kadang, hanya dengan hilangnya 0.01% rasa saja sudah cukup untuk mengakhiri sebuah hubungan. Hubungan mereka berakhir hanya karena 0.01% kekecewaan. Nb : Ter...