26 September 2019. Malam itu, aku dan sahabatku tengah berbagi kisah tentang baiknya Tuhan pada setiap makhluk ciptaan-Nya.
Berawal dari sebuah kegagalan yang berujung pada kesuksesan. Kita memulai membahas kisah itu, karena kita telah mencapai usia dewasa, dan membuat aku dan sahabatku itu menjadi tulang punggung keluarga. Ah, lebih pasti sahabatku. Karena dia adalah anak pertama. Sedangkan aku, adalah anak bungsu yang manja.
Dia mulai berkata, "Sejujurnya menjadi dewasa tidak semudah yang aku pikirkan."
"Memang," jawabku.
Dia menyibakkan rambutnya kesamping, dengan tersenyum dia berkata, "Kegagalan ini selalu terjadi padaku."
"Maksudnya?" balasku mengerutkan kening.
Dia terkekeh pelan, seolah tengah menertawakan dirinya sendiri, dengan menatapku sekilas, kemudian dia menunduk dan berkata, "Kamu tau, kan? Dulu aku pernah sekali di terima kerja. Di salah satu restoran lalu aku mendapatkan gajiku. Dan ya... aku enggak bermaksud sombong, aku cuman bangga dengan uang hasil jerih payahku. Jadi aku mem-foto gajiku. Apa itu salah?"
"Hmm... Kamu bangga juga enggak ada masalah tapi-" ucapkan terpotong.
Dia melanjutkan berkata, "Tapi juga salah, kan? Aku sadar secara enggak langsung itu termasuk pamer. Walaupun niatku enggak pamer. Iya kan?"
Aku mengangguk, semua yang dia katakan benar. Kemudian aku menjawab, "Kan ya... itu namanya manusia. Apalagi sekarang banyak media sosial, apa-apa harus di foto seakan dunia harus tau segalanya. Aku juga pernah gitu, tapi gimana... Manusia... Manusia selalu seperti itu, sesuatu yang di miliki harus di banggakan."
Aku dan dia terkekeh pelan, sepertinya aku dan dia benar-benar menertawakan kebodohan ini.
Dia berkata tiba-tiba, "Iya manusia memang selalu seperti itu. Tapi Sin, waktu aku keluar dari kerja aku sadar kalau kebahagiaan bukan soal uang, ketenaran atau apapun itu. Kebahagiaan itu aku rasakan saat diriku ini dekat pada Sang Pencipta. Dengan beribadah, bersedekah dan berbuat baik pada sesama. Semua hal itu terasa indah dan membahagiakan. Aku ingat, bahkan benar-benar ingat, saat aku mendapatkan kenikmatan dunia ini, aku melupakan Allah yang telah menciptakanku."
Dari sini aku dan dia mulai merenung.
Nyatanya kenikmatan dunia ini tidak apa-apanya, jika kita tidak mampu bersyukur. Dan hanya menganggap bahwa semua kenikmatan itu kita peroleh karena usaha sendiri tanpa mengingat Sang Pencipta. Naudzubillah Min Dzalik. Sejatinya rezeki, jodoh dan maut sudah di tetapkan, bukan? Dan semua manusia memiliki takdir hidupnya sendiri-sendiri. Kita hanya perlu berdoa dan ikhtiar, selebihnya Allah yang mengatur.
Semoga Allah memudahkan setiap langkah manusia-manusia yang selalu bersyukur.
Aamiin.
Tertanda, S I N T A🌙
Instagram : Sintaprnms
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Wanita
Non-FictionCerita wanita pada setiap wanita. Cover By : @Frindanisa