Split up

373 54 14
                                    

Saat ini aku hanya duduk termenung di dalam sebuah ruangan minim penerangan di tempat persembunyian Obito. Aku hanya dapat memendam perasaan kesalku saat Sasuke yang saat itu baru saja membunuh kakaknya -yang sebenarnya sangat menyayanginya itu- dan dengan percaya diri mengikuti pria bertopeng -dimana itu adalah Uchiha Obito- secara hampir spontan saat Obito bilang akan memberitahukan padanya
yang sebenarnya.

'Kan goblok' pikirku jengkel. Entah ada dimana si Obito dan si pantat ayam itu sekarang. Aku juga tidak bisa menggunakan telepatiku karena energiku yang habis untuk melihat memori itachi. Dan yang bisa kulakukkan saat ini adalah duduk dan berpikir,,,,

Atau tidak.

Jika kupikir lagi, aku mau membantu Sasukekan karena dia bilang ingin membunuh Itachi, Juga karena aku pernah berjanji untuk mendekatkan dia dengan kunci kebahagiaanya. Tapi bukanya dia juga salah satu dari kunci kebahagiaanya selain 'dia'?.

"Aaaahh, Fuck it. I want to play the antagonist one now. Don't care if i break my own promise. I'll find the other way"

Setelah membulatkan tekadku untuk tidak bergabung dengan tim Taka yang akan terbentuk setelah ini, aku berencana untuk mencari jalan keluar dari gua ini yang ada di antah berantah. Aku sekarang tidak peduli dengan sasuke yang sedang di cuci otaknya oleh obito.

'Kan dia udah goblok tuh, biarin jadi tambah gobloklah. Entar pasanganya juga dobe. Either way, i don't help blind people'

saat aku sedang menimbang nimbang ingin lewat pintu atau teleport, aku merasakan sepasang mata yang sedang di dalam kegelapan.

'dare?! ' tanyaku dalam hati dengan melihat sekelilingku dengan waspada.
'aah, ini semua gara gara penglihatanku tentang memori Itachi. Gara gara itu tenagaku habis dan aku hampir tidak punya kemampuan untuk melakukkan apapun. Bahkan telepatikupun melemah. Chikuso! ' gerutuku dalam hati dengan diam diam mengambil kunai yang terletak di segel penyimpanan.

Akupun dengan sangat hati hati melihat berbalik dan memperhatikan sekelilingku.
"Khekhekhe" mendengar suara yang tiba tiba dari atas, aku dengan refleks melemparkan kunai yang ada di tanganku kearahnya.

Saat aku melihat tempat aku melempar kunai, aku menemukan seseorang? 'serius, emangnya itu orang? ' dengan bentuk venus flytrap dan tubuhnya yang berwarna putih dan hitam.

"Zetsu" ucapku dengan melihat waspada kearah Zetsu.

"Ah, akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Shinji. Atau bisa kubilang Shinji Ootsutsuki? " aku hanya tetap memandang si tanaman hybrid tanpa mengindahkan apa yang dia katakan.

"Ah, kau benar benar mirip dengan indra. Tidak juga sifatnya sedikit mirip dengan asura. Oh ya kau benar" aku sedikit tersentak saat dia mengatakan nama Ashura dan Indra. Lalu kenapa makhluk tidak jelas ini menyamakan aku dengan mereka berdua? Mereka kan laki-laki semua. Apa maksud semua omong kosong ini?!

"Khekhe Aku tidak menyangka jika kau dapat bertahan hingga sebesar ini. Kukira orang tua itu akan membunuhmu setelah tau jika kau adalah hasil dari perbuatan terlarang kedua anaknya"

"Ne ne, boleh aku tanya? Bagaimana dengan tubuhmu itu? Bukanya tubuhmu itu cacat ya? Kawai so~"

"Bukankah itu menjijikan? Sudah terlahir dari orang tua yang satu darah dan tubuhmu bukan laki - laki maupun perempuan kan? Apa kau punya pe-"

"Katakan saja apa yang ingin kau katakan. Tidak usah banyak bicara seperti itu" Aku dengan tidak sabar memotong ucapanya yang akan menjurus kearah vulgar itu dengan nada yang dingin. Aku sudah muak dengan semua omong kosongnya.

'Memang kenapa jika mereka adalah orang tuaku. Jikapun benar, itu bukan aku yang memintanya ok? Memangnya aku mau dilahirkan seperti ini? Memangnya aku mau terlahir tanpa gender? Jika aku bisa memilih, aku juga ingin menjadi anak yang normal seperti yang lain. Punya keluarga, tidak cacat, bukan imigran gelap antardimensi seperti ini'

Unknown Fate  (Naruto Fanfic) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang