Draft 4 (IDN)

961 52 2
                                    

"HANGYUL~! AYO KE BAWAH. WAKTUNYA SARAPAN!"
"SIAP, AYAH. TUNGGU 5 MENIT!"

"Haish.. Anak itu." Gumam Mingyu sambil menyiapkan makanan di meja.
"Anak kita, Gyu." Wonwoo menyahut. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Mingyu lalu mencium dahi suaminya.

"Ya. Ya. Ya. Anak kita." Mingyu memutar bola matanya.

"Selamat Pagi, Ayah Gyu." Wonwoo menghadapkan Mingyu padanya dan Mingyu melingkarkan lengannya pada leher Wonwoo sambil sedikit menundukkan kepalanya.
"Selamat Pagi, Papa Won."

Mereka berciuman lembut sampai-

"Iyuhh~ Menjijikkan."

...sampai perkataan Hangyul menghentikan mereka.

Wonwoo duduk dan Mingyu melanjutkan urusannya dengan makanan.

"Kata orang yang ga sikat gigi sebelum tidur." Mingyu menyiapkan makanan untuk sarapan Hangyul dan memberikan kotak makan siang.
"Ih.. Ayah.. Aku udah sikat gigi waktu mandii."
"Yup. Lalu, jam berapa itu?" Mingyu duduk lalu menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Wonwoo merasakan hawa panas di antara anak dan suaminya.

"Jam- jam lima sore.. Maafkan Hangyul, Ayah." Hangyul hampir menangis.

Tidak lama, Mingyu terkekeh.

"Hehehe. Iya.. Gapapa, sayangku." Mingyu mencium pucuk kepala anaknya.

Wonwoo melihatnya langsung lega. Ia paling paham kalau Mingyu sungguh tidak bisa marah, apalagi sama Hangyul.

"Jja~ Ayo kita makan dulu ya."
"Yeaaayyy! Hangyul Hangyul Hangyul. Hangyul mau berdoa."
"Siap!"

Setelah berdoa bersama, mereka pun makan.

"Nanti Papa yang anter ke sekolah ya."
"Iya, Ayah."

"Tapi, Ayah.. Ayah ga lupa kann..." Ucap Hangyul sambil mengunyah makanannya.
"Lupa ngapain ya?" Mingyu memicingkan matanya.
"Pertemuan kenaikan kelas, Ayahku sayang." Hangyul sedikit manyun.
"Oh! Iya. Iya. Ayah ingat. Jam 1 siang, kan?"
Hangyul mengangguk.

"Papa boleh gabung gak ni?" Wonwoo nimbrung.
"Wahhh. Bolehh banget, Papa." Hangyul nyengir.

"Kerjaanmu gimana nanti, Won?" Tanya Mingyu.
"Tenang saja. Suamimu ini cerdas, Mingyu. Aku bisa mengerjakannya setelah pertemuan... atau bahkan sebelum pertemuan pun aku sudah selesai." Wonwoo tersenyum.
"Haish. Terserah." Mingyu memutar bola matanya.

Wonwoo terkekeh.

"Gyeollie. Ayah tahu kamu pintar. Tapi, tolong.. Jangan kaya Papa mu ya. Angkuh banget." Kata Mingyu ke Hangyul.
"Ohh.. Jadi.. Papa contoh yang ga baik ya, Yah?" Hangyul berbisik pada Mingyu.
"Iya. Betul. Pintar kamu, nak." Mingyu ikutan bisik-bisik.

"Hey.. Papa dengar loh kalian ngomongin Papa."

Mereka ketawa.

"Hangyul tau kan, Papa lebih tua satu tahun dari Ayah?" Tanya Wonwoo.
"Iya, Pa. Ada apa memangnya?"
"Nah.. Ayah itu waktu kuliah ternyata kakak tingkatnya Papa loh."
"Yang bener Pa?"
"Iya. Udah gitu, Papa belum selesai kuliah S1, ehhh.. Ayah udah selesaiin 3 jurusan S1."
"Ayah jago banget." Hangyul tepuk tangan.
"Tapi kan Ayah ga cerita ke siapa-siapa." Mingyu coba membela diri.
"Tapi kan tetep aja kalo ada yang nanya, dijawab juga." Wonwoo ngelak.
"Iya udah. Kita sekeluarga pinter semua, Ayah, Papa. Nanti aku juga calon cumlaude!" Hangyul menegakkan tubuhnya.
"Masih sepuluhan tahun lagi sih.." Mingyu seperti mikir. "Tapi boleh juga." Ia tersenyum.












Meanie 17 Drafts || WONGYU | ⏸️ENG&IDN✔️ ver.Where stories live. Discover now