"Den Kusuma. Sudah siap?"
Mingyu menatap pria di ruang observasi operasi.
"Iya, Dokter. Saya siap."
Mingyu hanya tersenyum menatap seorang pria dengan anak cantik nan manis itu sampai kilatan cahaya putih menutupi pandangan matanya, membawanya menuju kegelapan yang terdalam.
———
"La dirimu tu ngopo to ya pakek kereta. Wong pakek pesawat aja bisa."
Wonwoo cuma bisa merotasikan bola matanya.
"Yagusti. Buk.. Ya ndak papa to. Lha aku juga bosen pakek pesawat terus. Yang diliat awan tok."
"Heleh. Terserah dirimu aja. Yang penting sampek rumah selamat."
"Iya betul Ibuk. Yang penting selamat to sampe rumah."Wonwoo terkekeh.
"Ibuknya sendiri masa diisengin. Awas aja nanti masak sendiri lho kalo mau makan."
"Ho ya jangan gitu buk. Iya iya hilaf diriku buk hilaf. Hehe. Yaudah ya buk. Ini sebentar lagi berangkat. Mungkin sekitar delapan jam lagi diriku sampai stasiun."
"Nggih den bagus. Dirimu sampek rumah harus utuh yo badannya."
"Ibuk doanya jelek banget coba. Hih."
"Satu sama kita nduk."Mereka tertawa.
"Nanti lagi ya buk."
"Iya nduk. Gusti mberkahi."
"Matur nuwun bukkuu~"'Ibuku selalu menyenangkan. Hihi.' Wonwoo terkekeh sendiri.
"Punteun.. Permisi.."
Seorang pemuda sedikit menepuk bahu Wonwoo.
"Oh. Ya? Ada apa?"
"Sa-saya duduk di kursi 22D."
"Oh. Iyo. Maaf yo. Silakan masuk." Wonwoo bangkit berdiri dan bergeser, agar si pemuda, yang Wonwoo liat-liat badannya lebih tinggi dari dia, bisa duduk di kursi nya.Pemuda itu menaruh kopernya di bagasi atas lalu meletakkan tas ranselnya di bawah kursi yang ia duduki.
"Terima kasih."
"Lucu banget sih. Ga perlu berterima kasih."
"Maaf."
"Haha. Iya iya. Yaudah duduk aja.".
"Namamu siapa?"
"Kusuma, Mas."
"Hm.. Bagus.. Dirimu suka bunga?"
"Yah.. begitulah, Mas.. Dari kecil teh saya diajak berkebun bunga sama abah saya."
"Pantes."
"Nama Mas siapa?"
"Panggil aja Woro."
"Mas mau mudik berarti ya?"
"Iya begitulah. Udah kelamaan ga nyamperin orangtua."
"Merantaukah Mas?"
"Ahaha. Enggak. Mas lahir di Jakarta. Cuma karena beberapa tahun lalu Mas udah kepala dua, Mama Papa maunya tinggal di Jogja lagi."
"Oh, kitu."
"Kamu sendiri gimana? Mudik juga?"
"Nya bukan atuh. Da saya mah kampungna di Bandung. Cuma ini teh karena ada kerjaan dari saudara, jadi jalan-jalan mulu saya mah."
"Jadi pengen jalan-jalan juga."Mingyu tersenyum miris. Dia gamungkin kan ngejelasin semuanya ke orang yang baru aja dia temuin.
"Eh iya. Kamu juga mau ke Jogja kan?"
"Iya, Mas."
"Nanti kita kabar-kabaran aja. Biar Mas ada temen jalan-jalan."
"I-iya, Mas. Terima kasih ya, Mas."
"Santai aja, Kusuma. Anggep aja saudara sendiri, ya kan?"
"Mas teh kenapa baik banget?"
"Hehe."
YOU ARE READING
Meanie 17 Drafts || WONGYU | ⏸️ENG&IDN✔️ ver.
RomanceMy Meanie Fanfiction drafts. Or, you could say, a warehouse for Meanie's AUs and Wonwoo as the dom, seme, or top Please kindly check "Daftar AU/AU Contents" for the AU drafts. Translation into English versions are in progress. It sure take a lot of...