Rembulan,
Aku merasa pagi ini begitu asing.
Aku merasa tidak seperti diriku yang dulu.
Sudah menjadi murid baru, tetapi justru menjadi orang terakhir yang datang ke sekolah.
Baru beberapa hari aku kenal beberapa teman sekelas aku, sekarang aku jadi makin akrab begitu saja.
Aneh memang, dulu aku dijuluki "Kuper". Apa sekarang sudah kedaluwarsa?
Terlepas semua itu, aku merasa lega.
Rana Amelia tidak sekelas denganku.
~Rani
---R&Я---
RANI POV
"Rani, ayo bangun! Ini sudah siang!"
Astaga! Suara serak perempuan berusia tua dari luar ruang pribadi langsung menghancurkan mimpi indah dalam sekejap. Buru-buru kuangkat tubuhku yang sudah berbaring berjam-jam di atas ranjang sempit satu-satunya di kamar kecil ini. Aku gosok pula rambut lurus nan panjang yang tampak kusut kali ini. Kemudian kepalaku menoleh ke arah jam dinding tepat di atas jendela kamar.
JAM SETENGAH TUJUH PAGI??
Dengan sekali hentak kaki aku berhasil melompat dari ranjang dan langsung membereskan alas meja belajar yang berantakan. Beruntung tadi malam aku sudah menyimpan semua buku pelajaran yang akan aku bawa hari ini di dalam tas coklat milikku. Setelah semuanya terlihat rapi, aku langsung keluar kamar dan segera mandi.
Ketika berjalan menuju kamar mandi yang terletak bersebelahan dengan dapur, aku bisa melihat seorang pemuda yang duduk santai melahap satu menu sarapan di meja. Sayangnya itu adalah suapan terakhirnya. Sial, dia sudah selesai makan duluan! Seharusnya aku bangun lebih pagi darinya. Kalau misalnya dia berangkat kerja lebih dulu dan meninggalkan aku, maka siapa yang akan mengantarku ke sekolah?
"Ayo ndang! Cepat masuk kamar mandi! Nanti ditinggal pergi sama Mas-mu." Suara perempuan berusia tua yang sama kembali mengacaukan diriku.
Mau tidak mau aku menurut dan masuk ke dalam ruang kecil yang aku tuju.
Akhirnya aku selesai membersihkan tubuhku selama lima menit, lebih cepat dari yang aku duga. Biasanya aku mandi selama sekitar sepuluh atau lima belas menit. Aku memang bukan hobi mandi atau bermain air. Tetapi aku benar-benar serius soal menjaga kebersihan diri, memastikan tidak ada satupun bagian dari tubuhku yang bernoda maupun kotor.
Kini aku sudah memasangkan diri seragam putih abu-abu milikku. Atasannya berlengan panjang, dan bawahannya berupa rok yang memanjang sampai mata kaki. Tidak lupa dengan selembar kain polos yang warnanya mengikuti atasan pakaian untuk menghias kepalaku. Selain menutup rambut panjang milikku yang sebelumnya sudah aku ikat, kain itu juga menjadi identitas penganut suatu agama yang aku jalani. Aku sedikit berhati-hati saat memasang kain itu di kepalaku, meskipun itu akan memakan waktu lebih panjang. Tentu saja karena aku ingin terlihat rapi dan cantik di mata semua orang. Untuk pelengkap—dasi dan topi—sementara aku simpan dalam tas warna coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are (not) Twins
Teen Fiction[TAMAT - Genre : Fiksi Remaja, Young Adult] Saudara kembar dari satu keluarga? Biasa. Kalau keduanya berasal dari keluarga yang berbeda bagaimana? Tanyakan saja kepada dua gadis remaja ini. Sekilas mereka terlihat seperti saudara kembar, memiliki w...