Aku heran dengan sikapnya hari ini. Apakah kepribadiannya berubah setiap pergantian tahun?
Rana Amelia memang aneh hari ini.
~Rani
---R&Я---
RANI POV
Aku mengamati seragam putih abu-abu melalui cermin dengan saksama. Sekilas ia terlihat rapi, bersih, dan tidak kusut. Atributnya juga lengkap. Sehelai kain putih pun sudah terpasang menutupi rambut panjang milikku. Namun aku merasa ada yang kurang.
"Nduk, ayo sarapan! Mas-mu sudah berangkat duluan tadi." Nenek muncul dari pintu kamar.
Aku tatap nenek. "Gimana penampilan aku sekarang, nek?"
Nenek sempat mengernyit. Lalu menjawab, "Sudah rapi seperti biasa."
"Yakin? Aku kok kayak melupakan sesuatu?" Aku jadi bingung sendiri.
Nenek berjalan menghampiri aku. "Biasanya kamu ke sekolah pakai apa?"
Aku menggeleng. Mengapa tiba-tiba aku jadi lupa?
"Sudah ayo keluar! Ini hari pertama masuk semester dua. Kalau telat nanti bisa dihukum." Nenek langsung menuntun aku keluar kamar.
---R&Я---
Ketika masih bersepeda sendiri melewati jalanan ramai, aku masih memikirkan perkara tadi. Apa ada sesuatu yang kurang lengkap? Aku takut kalau seragam aku tidak lengkap maka akan kena hukuman. Topi dan dasi untuk upacara sudah ada dalam tas. Sepatu sekolah hitam bersih. Apa yang kurang?
Kring... kring.... Aku menoleh dan menemukan seorang pemuda berseragam serupa yang turut bersepeda di sisiku. Namun dia bukanlah ketua kelas aku yang biasa bersepeda denganku tiap ke sekolah.
"Hai, Rani. Gimana kabar lo?" tanyanya.
Oh, sepertinya kak Yuno sudah kembali seperti dulu. "Iya, aku baik," jawabku.
Yuno mengangguk. "Gue baru tahu kalau lo pergi sekolah naik sepeda. Sejak kapan?"
"Beberapa bulan lalu. Dan... tumben juga kakak naik sepeda."
Ia terkekeh, mungkin karena aku gemar menyebutnya 'kakak'. "Gue cuma pengen aja."
"Rumah kakak dimana? Apa jauh dari sekolah?" tanyaku penasaran.
"Mungkin sekitar dua setengah kilo dari sekolah. Nggak terlalu jauh."
Namun pertanyaan pertama aku belum terjawab. "Rumah...?"
Yuno terdiam sejenak. Lalu, "Kapan-kapan gue ajak lo ke rumah gue, oke?"
Aku hanya mengangguk. Mungkin aku harus tahan rasa ingin tahu sejenak. "Sebelumnya terima kasih kak."
Ia menoleh padaku. "Buat?"
"Membantu mencari Rana... di Ancol waktu itu," sambungku tersenyum.
"Iya, tidak masalah." Ia mengangguk. "Gue nggak sangka Rana bisa diculik di tempat ramai."
Aku juga. Dan itu memang tidak direncanakan.
---R&Я---
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are (not) Twins
Teen Fiction[TAMAT - Genre : Fiksi Remaja, Young Adult] Saudara kembar dari satu keluarga? Biasa. Kalau keduanya berasal dari keluarga yang berbeda bagaimana? Tanyakan saja kepada dua gadis remaja ini. Sekilas mereka terlihat seperti saudara kembar, memiliki w...