Bukk..
Seorang pemuda terlihat merebahkan dirinya ke atas kasur, dengan tubuh yang masih di balut oleh seragam sekolah.
"Hah, sungguh melelahkan.." Kara mendesah sembari menatap langit-langit rumahnya.
Setelah seharian belajar dengan serius, dirinya diharuskan untuk bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhannya.
"Sudah waktunya bekerja, jika terlambat, bos mungkin akan marah." Kara segera bangkit, membersihkan tubuhnya dan mengganti bajunya.
Di saat dirinya membuka lemari, sebuah buku terjatuh dari rak teratas.
Rak teratas memang di penuhi oleh buku tua, itu semua adalah peninggalan kakeknya. Sekarang, kakeknya telah meninggal dan Kara tinggal di rumah ini seorang diri.
"Buku?" Kara melihat ke arah buku yang terjatuh, sebuah buku yang di penuhi oleh debu dan terlihat kusam.
"Buku apa ini?" Kara kemudian membersihkan sampul, kemudian terlihat aksara aneh yang tertulis di sampul buku tersebut.
"Tulisan apa ini?" Kara mencoba untuk melihat aksara apa yang ada, namun aksara itu terlalu aneh.
Kara kemudian membuka buku tua tersebut dan melihat bahwa buku itu di tulis dengan sangat baik, seperti sebuah novel.
"Aneh, sampulnya ditulis dari aksara yang tidak aku ketahui, tapi isinya menggunakan tulisan modern." Kara kemudian membaca buku itu.
Tidak terlalu banyak lembaran yang ada, hanya sekitar 9 lembar di buku itu,l lalu Kara mulai membaca setiap lembar dengan serius.
Dirinya di buat larut dalam cerita yang ada, sebuah dunia yang indah dan mempesona, lalu di bawa ke sebuah pertempuran berdarah dan menyaksikan pembunuhan yang tak berujung.
Setiap kata membuat Kara begitu emosional. Membuat dirinya berpikir siapa penulis yang begitu hebat dalam menulis cerita ini? Begitu menyentuh hati seakaan dirinya berada dalam situasi tersebut.
"Tulisan yang menakjubkan." gumam Kara sembari membalik ke halaman terakhir.
Halaman terakhir di tulis dengan kata-kata yang aneh, kata-kata yang ada seperti sebuah mantra sihir.
"Apakah ini mantera? Mantera apa ini?" gumam Kara.
Sebuah cahaya merah keluar dari buku, sinar yang sangat terang dan menyilaukan.
"Sinar apa ini? Sangat terang." Kara menyilangkan kedua tangan untuk menutupi matanya.
Buku tua terjatuh ke lantai, dan masih mengeluarkan cahaya yang semakin terang.
Cahaya menyelimuti tubuh Kara dan membuatnya perlahan menghilang.
Setelah tubuh Kara menghilang dengan sempurna, kemudian buku tua itu mengeluarkan api dan membakar seluruh ruangan.
Sementara itu, di tempat lain, seorang pria tua yang bermartabat dan bijaksana duduk di atas singgasana emas miliknya.
Rambut putih menjuntai panjang, serta jubah emas yang mewah. Di sisinya, ada dua harimau putih duduk dan menjaganya.
"Sepertinya sudah waktunya ya? Biarkan dia melakukan apapun yang ia mau." ucap pria itu dan di ikuti oleh tawa riangnya.
Setelahnya, dirinya lalu bangkit dan menghilang bersama kedua harimau itu.
....
Aula taman surga...
Satu pria dan dua wanita terlihat duduk mengitari sebuah meja batu yang dingin dan mewah.
"Dimana dewa dunia? Kenapa dia belum datang?" sang pria mendesah tak senang.
"Dewa perang ya? Masih sama seperti dulu, kamu selalu saja tidak sabaran." ucap seorang wanita.
Dengan balutan jubah kebiruan yang indah, memunculkan kesan cantiknya yang luar biasa. Dia adalah dewi air.
"Hah! Daripada menunggunya, lebih baik membunuh para bedebah itu yang berkeliaran di kosmik." ucap dewa perang.
"Tunggulah sebentar, mungkin dia sedang sibuk." ucap wanita lainnya.
Jubah merah muda, serta sayap keemasan yang indah membuatnya nampak cantik, lebih cantik dari dewi sebelumnya.
Saat ketiganya berdiskusi, cahaya keemasan menyala dan memunculkan sosok pria tua yang bermartabat, itu adalah sang dewa dunia beserta dua harimau miliknya.
"Apa kau terlalu sibuk bersenang senang?" Dewa perang segera menyambutnya dengan nada marah.
"Grrrr!!" kedua harimau merasa tak senang dan menatap dewa perang dengan mata tajamnya.
Dewa dunia mengangkat tangannya, menyuruh kedua harimaunya tenang dan berbicara, "maaf, ada urusan yang harus kulakukan. Mari kita bahas masalahnya." ucap dewa dunia.
Ketiganya mengangguk, segera, mereka membahas masalah yang ada. Sepertinya para monster semakin ganas menyerang para manusia.
Sementara, para penganut mereka berdoa dan memohon bantuan kepada para dewa.
Namun, para dewa memiliki aturan tertentu, mereka tidak di perbolehkan untuk turun ke dunia ciptaan mereka dan ikut campur urusan para makhluk fana.
"Lalu, bagaimana kita harus bertindak?" tanya dewa perang.
"Kita harus membantu mereka secara tidak langsung. Kirim manusia untuk membantu manusia lain." ucap dewa dunia.
"Manusia mana yang cukup kuat? Mereka tidak sebanding dengan binatang binatang iblis itu." ucap dewi air.
"Kita bisa mengirim manusia lain kesini." ucap dewa dunia.
Ketiga dewa lainnya merasa bingung. Manusia lain? Dari mana?
"Ya, aku masih memiliki perjanjian lama dengan dewi bumi, Gaia. Kita bisa meminta beberapa manusia untuk menyelamatkan mereka." ucap sang dewa dunia.
"Berapa yang bisa kita minta?" tanya dewi cinta.
Dewa dunia berpikir, kemudian menjawabnya dengan serius.
"Dari perjanjian lama, kita bisa meminta 3 manusia untuk di bawa. Kalian bisa memilih yang kalian suka." ucap sang dewa dunia.
"Kenapa tidak kamu saja?" dewa perang menatapnya dengan curiga.
Kedua harimau di sampingnya juga merasa bingung. Bukankah urusan itu harusnya di selesaikan dewa dunia? Dewa tertinggi?
"Uhm! Aku tidak tertarik, kalian saja yang memilih, dan aku akan menyampaikannya pada dewi bumi." ucap dewa dunia.
Segera, dirinya menghilang. Sementara, ketiga dewa sibuk mencari kandidat yang cocok untuk upacara pemanggilan dalam satu minggu lagi.
Di tempat lain...
Kara terbangun di bawah pohon yang rindang, pohon ini seperti gabungan pohon bonsai dan pohon beringin, besar dan lebat.
"Dimana ini?" gumam Kara.
Kara hanya melihat padang rumput luas di hadapannya dan gunung tinggi yang indah di kejauhan.
Terlihat juga asap putih mengepul dari kejauhan, sepertinya ada pemukiman tak jauh dari tempatnya saat ini.
"Apakah itu sebuah desa?" Kara kemudian bangun dan berjalan menuju ke arah asap putih yang mengepul.
Grr...
Geraman kuat dan menakutkan terdengar, itu dari seekor hewan terbang yang memiliki tubuh besar dan sayap yang lebar.
"Seekor naga! Tunggu, itu bukan naga, Itu adalah seekor wyvern!" Kara terkejut melihat wyvern di atasnya.
Dengan tubuh besar dan di penuhi sisik, serta sayap besar dan kuat, membuatnya terlihat menakutkan.
"Wyvern terbang di langit? Dunia apa ini? Dimana aku sekarang?" Kara terus bergumam sembari berjalan mendekati sebuah desa.
Di hadapannya, sebuah desa yang indah dan ramah terlihat, sebuah desa pertanian yang tenang dan damai. Kara terus berjalan mendekat ke arah desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne For The King
FantasyKara, seorang pemuda biasa, di pindahkan oleh dewa ke sebuah dunia baru, Garashur. Dunia yang berisi Sihir, dan monster. Bukan untuk menjadi seorang pahlawan, hanya untuk menjalani kehidupan baru sesuka hatinya. "Pahlawan? Raja iblis? Protagonis? An...