6.penginapan dan altar pemanggilan

1.4K 167 27
                                    

kara dan Neil akhirnya sampai di area perdagangan. Keduanya berpisah karena tujuan yang berbeda.

Awalnya, Neil ingin memberikan beberapa uang miliknya kepada Kara, namun Kara menolaknya.

"Tidak, sebaiknya kamu gunakan untuk hal lain saja. Aku sudah mendapatkan beberapa senjata dari bandit itu, itu sudah cukup bagiku." ucap Kara.

Neil menggeleng, ia lalu memberikan seluruh senjata itu kepada Kara.

"Tidak, bawa semua senjata ini. Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu." ucap Neil.

"Terimakasih, aku harap kita bisa bertemu lagi." ucap Kara.

"Tentu, dan saat itu, kamu harus mentraktirku makanan mewah." Neil menatapnya dan tersenyum.

Keduanya tertawa dan pergi menuju tujuannya masing-masing.

Saai ini, Kara berjalan menuju ke toko senjata yang ada, sebuah toko senjata yang cukup bagus menurutnya.

Gin smithy...

Kara memasuki toko, membuat lonceng toko berbunyi. Tak lama, seorang pria tua muncul dari dalam toko, menyambutnya dengan hangat.

"Oh, apakah kamu ingin membeli senjata? Kami memiliki banyak senjata disini." ucap si pria tua.

"Tidak, aku kesini untuk menjual senjata." ucap Kara.

"Oh? Senjata apa yang ingin kamu jual?" pria tua itu terlihat tetarik dengan ucapan Kara.

Kara kemudian meletakkan ketujuh senjata milik para bandit ke atas meja. Tatapan pria tua itu menjadi cerah.

"Oh! Pedang yang bagus!" tatapan si pria tua terjatuh pada pedang besar.

Dari sekilas saja, ia dapat mengetahui jika senjata ini bukanlah senjata biasa.

Bahan yang di gunakan untuk membuat pedang ini adalah bijih besi kayu hitam, bahan yang di gunakan untuk membuat senjata grade E.

Senjata di bagi dalam 7 grade yang berbeda, terendah adalah grade F, dan tertinggi grade A. Di atas grade A masih ada grade legendary.

Perbedaan antar grade sangat terlihat, senjata dengan grade lebih rendah akan terlihat seperti puding bagi grade di atasnya.

"Senjata yang bagus, kamu akan jual berapa?" tanya si pria tua.

"Aku tidak tahu berapa harga yang sesuai, paman saja yang menentukan harganya." ucap Kara.

Si pria tua kembali melihat ke arah senjata grade E di hadapannya, senjata yang dalam kondisi kurang baik.

"Kalau begitu, aku akan membayar seluruhnya 7 koin perak." ucap si pria tua.

Kara memandang senjata di hadapannya, tidak ada senjata yang cocok dengannya, sehingga ia mengangguk.

"Setuju." ucap Kara.

Si pria tua kemudian memberikan 7 koin perak kepada Kara. Kara segera pergi dari toko senjata dan mencari toko pakaian.

Ini sudah menjadi prioritasnya sejak dua hari yang lalu, segera, ia menemukan toko pakaian yang cukup bagus.

Dirinya membeli beberapa pakaian dari toko, membuatnya menghabiskan 3 koin perak untuk pakaiannya.

Kara kemudian mencari penginapan untuk tempat dirinya beristirahat selama di kota ini.

Ada beberapa penginapan yang tersedia di kota, Kara memilih penginapan yang biasa saja, sebuah penginapan yang cukup dekat dengan gerbang kota.

Penginapan touise..

Cukup sulit untuk menyebutnya, bahkan beberapa kali Kara salah menyebutkan namanya.

"Nama yang susah di ucapkan." desah Kara.

Kara kemudian masuk ke dalam penginapan, seorang wanita menyambutnya di meja tamu dengan senyum ramah.

"Selamat datang di penginapan touise, apa anda ingin menginap?" tanya si wanita.

"Ya, aku ingin menginap selama 7 hari." ucap Kara.

"Di mengerti, untuk menginap selama 7 hari biayanya 3 koin perak dan 50 koin perunggu." ucap si wanita.

Kara mengeluarkan keempat koin peraknya yang tersisa, dirinya kemudian mendapatkan kembalian sejumlah 50 koin tembaga.

"Jadi 1 koin perak itu 100 koin tembaga." gumam Kara.

(Note: Mata uang di dunia ini ada 5, tembaga, perak, emas, platinum, dan kristal.

1 koin kristal=100 koin platinum
1 koin platinum=100 koin emas
1 koin emas=100 koin perak
1 koin perak=100 koin tembaga

Koin tembaga adalah koin terendah di dunia ini. Untuk biaya satu kali makan, setidaknya membutuhkan 15 koin tembaga.)

Kara kemudian mengambil kunci kamarnya, kamarnya berada di lantai dua dan menghadap tepat ke jalan utama, sehingga mendapatkan pemandangan yang cukup bagus.

Kara kemudian meletakkan pakaiannya kedalam lemari dan bebaring dengan puas. Kasur disini lebih nyaman, mungkin karena ini dibuat dari bulu unggas di dalamnya.

"Hah... Hari yang melelahkan.." Kara bergumam sembari menutup matanya, tidur dengan nyenyak.

Sementara itu, di tempat lain..

Di ibukota kerajaan Ares, kota Nurias. Sang raja, ratu, dan beberapa penyihir sage berdiri di sebuah ruangan dengan lantai bulat.

Ruangan ini adalah ruangan pemanggilan pahlawan milik kerajaan.

Ribuan koin emas di tumpuk di tengah, bersama ribuan hasil panen dan kain sutra mahal, yang akan di gunakan untuk pemanggilan pahlawan ini.

Total, 30% lebih bendahara kerajaan menjadi kosong untuk upacara ini. Selain itu, ada 9 penyihir sage yang di undang untuk melakukan pemanggilan.

"Para penyihir sage yang terhormat, bagaimana persiapannya? Apakah ada yang masih kurang?" sang raja bertanya dengan sopan.

Meski dirinya raja, para penyihir sage masih merupakan sosok yang harus ia hormati, karena hanya merekalah yang mampu melakukan upacara pemanggilan ini.

Untuk pemanggilan para pahlawan, selain sumber daya yang melimpah, juga di butuhkan energi sihir yang besar juga.

Ini karena untuk memanggil pahlawan, harus menghubungkan dunia ini, dengan alam para dewa dan memanggil sang pahlawan.

"Persiapan telah selesai yang mulia, kita akan bisa mengaktifkan altar setelah 3 hari lagi." ucap sang sage.

Sang raja mengangguk, memang bukan hal yang mudah untuk mengaktifkan altar pemanggilan. Di dalam buku kuno, yang di tulis leluhur mereka.

Untuk memanggil seorang pahlawan, sejumlah besar harta dan energi sihir diperlukan, juga waktu yang dibutuhkan bahkan mungkin mencapai satu pekan penuh.

"Baik, saya akan menyerahkannya kepada para penyihir sage yang luar biasa." ucap sang raja.

Sang raja kemudian undur bersama sang ratu dari altar pemanggilan.

Sebagai seorang raja, masih ada banyak keperluan yang harus ia tangani.

"Hah, tak kusangka akan sebesar ini pengeluaran kita. Terlebih, ini hanya untuk satu pahlawan saja." ucap sang raja.

"Ini memang sudah di tetapkan, kerajaan Dousan dan kekaisaran Rinias akan melakukan pemanggilan." ucap sang ratu.

Kerajaan Ares di bantu oleh gereja katedral yang mempercayai dewa pengetahuan.

sementara kerajaan Dousan di bantu oleh gereja brakhas yang mempercayai dewa perang.

Dan kekaisaran Rinias di bantu oleh gereja Santo Vicus yang mempercayai dewa keadilan.

"Aku harap, tidak akan ada sesuatu yang buruk terjadi." gumam sang raja sembari berjalan menuju ke ruang kerja miliknya.

Throne For The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang