Karena hari yang sudah petang, Kara memutuskan untuk tinggal di penginapan, sembari mengumpulkan pemahaman umum dunia ini.
"Aku kekurangan informasi umum, aku harus segera mengumpulkannya." Kara kemudian duduk dan mulai membaca buku yang ada di hadapannya.
Darimana buku buku itu datang? Kara meminta seorang pelayan untuk membeli buku buku tersebut.
...
Keesokan paginya, kara pergi menuju ke akademi ksatria, jaraknya tidak terlalu jauh, hanya butuh beberapa saat sebelum dirinya sampai.
Komplek bangunan yang luas, luasnya mencapai 1,5 km2. Selain itu, bangunan juga di bangun dengan indah.
Ada cukup banyak bangunan, tapi hanya satu bangunan yang mencolok. Bangunan di depan gerbang utama akademi.
Memiliki 2 lantai, dengan ukuran lebih besar dari bangunan lainnya dan juga memiliki menara pengawas di kedua sisinya, membuat bangunan ini terlihat megah.
"Sungguh akademi yang luas." gumam Kara.
Di depan gerbang akademi, terlihat dua penjaga berzirah berdiri dengan tenang.
"Berhenti, apa yang kamu lakukan disini?" tanya seorang penjaga.
"Aku ingin mendaftar di akademi ini." ucap Kara.
"Ikuti aku." ucap sang penjaga.
Penjaga itu memandu Kara memasuki akademi, keduanya langsung menuju ke bangunan yang besar itu, dan berjalan menuju lantai dua.
Ruang kepala akademi...
Ruangan yang berada di tengah tengah lantai dua, sungguh tempat yang tepat untuk posisi kepala akademi.
Tok tok tok..
"Permisi pak, saya membawa seseorang yang ingin mendaftar." ucap sang penjaga.
"Mendaftar? Bawa dia masuk." ucap sang kepala akademi.
Pria muda yang tampan, rambut panjang pirang dan mata biru terang, penampilannya sungguh luar biasa.
Penjaga kemudian menyuruh Kara masuk dan kembali ke depan gerbang.
"Kamu ingin mendaftar ya? Duduklah, tidak perlu tegang." ucapnya sembari tersenyum.
"Terimakasih." Kara kemudian duduk dan menatap sang kepala akademi.
"Jadi, kamu ingin mendaftar?" tanya sang kepala akademi.
"Ya, aku ingin mendaftar." ucap Kara.
Kara melihat papan di atas meja, tertulis Rudeus von Donothess, ternyata ia adalah seorang bangsawan.
Juga, ia adalah bangsawan tingkat tinggi. Ini membuat Kara terkejut namun wajahnya tetap tenang seperti tidak ada yang terjadi.
"Begitu, siapa namamu?" tanya Rudeus.
"Namaku Kara." ucap Kara.
"Kara, kamu mungkin harus menunggu 6 bulan lagi hingga pendaftaran yang akan datang." ucap Rudeus.
Dirinya mencoba memeriksa berapa tingkat kekuatan Kara, namun anehnya kekuatannya tidak bisa ia ukur dengan akurat.
"Aku dengar ini bisa membantu." ucap Kara sembari mengeluarkan sebuah lencana.
Itu adalah lencana yang di berikan oleh Pak tua Scott, Rudeus memandang lencana itu.
"Lencana Heilsten perak?"dirinya merasa terkejut melihat lencana ini.
Ini adalah lencana tingkat dua milik akademi, hanya orang orang hebat yang memilikinya.
Untuk memasuki akademi dengan lencana ini sangat mudah, Rudeus kembali memandang Kara.
" darimana kamu mendapatkan lencana ini?" tanya Rudeus.
"Paman Scott memberiku lencana ini." ucap Kara.
"Baiklah, kamu di terima, kamu akan masuk ke kelas phanter." ucap Rudeus.
Di akademi Heilsten, kelas terbagi menjadi 3. Kelas Leo, kelas yang berisi ksatria muda terkuat.
Kelas Tiger, kelas yang berisi para ksatria muda, lebih rendah dari kelas Leo. Dan kelas Panther, kelas ksatria muda yang terendah.
Kara kemudian menerima satu set zirah besi dan sebuah pedang ringan yang mirip dengan pedang miliknya.
"Kamu boleh mengikuti pelajaran sekarang, aku rasa mereka akan berlatih tanding saat ini." ucap Rudeus.
Kara mengangguk, dirinya kemudian pergi menuju ke gedung di sisi barat, itu adalah gedung milik para panther.
...
"Persiapkan senjata kalian, hari ini kita akan berlatih tanding." ucap sqng instruktur.
Saat itu, seorang pemuda dengan zirah dan pedang tergantung di pinggangnya berjalan masuk.
"Permisi." ucap Kara.
"Siapa kamu?" tanya sang instruktur.
"Aku murid baru." ucap Kara.
"Murid baru ya? Silahkan duduk, dan bersiaplah untuk latih tanding." ucap sang instruktur.
Setelah itu, sang instruktur pergi meninggalkan para murid dan berjalan menuju ke sebuah tanah lapang yang luas, arena pertarungan.
"Hei, apa kau murid baru?" seorang murid mendekatinya.
"Ya, aku murid baru." jawab Kara.
"Sepertinya orang baru ini akan menderita." ucapnya sembari pergi keluar kelas.
Ada sekitar 10 murid di dalam kelas ini, selain Kara yang masih berada di kelas, seorang murid juga masih di sini.
"Hei, jangan dengarkan mereka, berhati-hatilah saat duel, kau bisa terluka nanti." ucapnya.
"Terimakasih, namaku Kara, siapa namamu?" tanya Kara.
"Aku Brian." ucap Brian.
Keduanya berjalan menuju ke arena pertarungan, seluruh murid telah rkumpul di sana, mendengarkan instruksi sang instruktur dengan serius.
"Duel kali ini akan memakai pedang asli, tidak ada batasan waktu, untuk penentuannya setiap murid akan di acak." ucap Sang instruktur.
Sang instruktur mengeluarkan beberapa tongkat kayu, ada dua pasang tongkat kayu, satu pasang polos dan satu pasang lainnya di beri pewarna.
"Empat murid pertama, maju!" teriak sang instruktur.
Empat murid maju, dan mengambil tongkat kayu dari tangan gurunya, keduanya telah menentukan lawan mereka sendiri.
"Mulai bertarung!" teriak sang instruktur.
Pasangan pertama berduel di arena, saling memandang sebelum akhirnya melaju ke depan, mengayunkan pedang mereka.
Tring tring tring...
Pedang berbenturan beberapa kali, sebelum menyayat lengan salah satunya.
Buuu..
Pedang teracung lurus menuju lehernya, dengan luka, ia memilih menyerah.
Pasangan kedua bertarung, begitu intens dan setara. Hingga keduanya di penuhi keringat, belum ada yang menang ataupun kalah.
"Aku mengaku kalah!" ucap keduanya serempak saat roboh ke tanah.
....
Duel terus berlangsung, hingga akhirnya menyisakan Kara dan seorang pemuda, ini pemuda yang berbicara kepadanya di kelas.
"Hanya kalian berdua, maju dan mulai berduel." ucap sang instruktur.
Kara kemudian maju, menghadapi sang pemuda. Dengan berdiri tegap, ia memandang musuhnya yang sudah bersiap.
"Mulai berduel!" teriak sang instruktur.
Sang pemuda melesat maju, mengayunkan pedangnya yang tajam ke arah Kara.
"Sepertinya kau akan berbaring di ranjang selama 1 bulan." ucapnya sembari tersenyum.
Swing..
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne For The King
FantasyKara, seorang pemuda biasa, di pindahkan oleh dewa ke sebuah dunia baru, Garashur. Dunia yang berisi Sihir, dan monster. Bukan untuk menjadi seorang pahlawan, hanya untuk menjalani kehidupan baru sesuka hatinya. "Pahlawan? Raja iblis? Protagonis? An...