Langkah kaki Anja berhenti ketika mendapati lapangan yang biasa nya sepi kini berubah ramai. Semua mahasiswa di pinggir lapangan untuk melihat sebuah pertunjukan sampai membuat Anja heran.
"Nja!"
Anja menoleh ketika bahunya ditepuk.
"Ly? Itu ada apa? Kok tumben ramai?"
"Lo nggak tau? Kan ada Enam Hari!"
"Oh yang nyanyi Letting Go?"
Lily, sahabatnya mengangguk. Kemudian menarik tangan Anja untuk mendekat tanpa persetujuan Anja ke celah yang tidak terlalu ramai.
"Gue tau lo sering banget dengerin lagu I Smile. Tuh mending sekarang senyum karena liat penyanyi aslinya." kata Lily sambil menunjuk ke arah lapangan.
Anja tersenyum kecil. Kemudian menurut dan melihat Enam Hari menampilkan lagu-lagunya.
"Ini lagi busking gitu ya?"
"Heem." jawab Lily.
Anja menatap ke sekililingnya karena Anja rasa, ini terlalu ramai. Anja tidak terbiasa dengan keramaian. Kecuali keramaian kedai tempat ia bekerja.
Mata elang Anja berhasil menangkap seseorang yang kini menatap kosong ke depan. Anja malah ikut menatapnya dengan heran.
Anja tau ada banyak sekali keraguan di dalam mata itu. Anja tau ada banyak sekali kehampaan di dalam mata itu. Tapi, hanya Anja yang sadar. Tentu saja si pemilik mata itu juga. Dia, Mahesa.
Anja mengalihkan pandangannya ketika Mahesa tersadar dari lamunannya. Anja menepuk bahu Lily untuk segera meninggalkan area.
"Ly pulang yuk."
"Ih gue masih mau nonton."
"Yaudah gue pulang duluan. Habis ini mau part time."
Lily mengangguk. "Hati-hati."
Anja segera keluar dari kerumunan. Melangkah menjauh sambil memasang earphone. Anja tidak ingin memikirkan apapun saat ini, takut fokusnya terbagi.
Semesta, sepertinya mulai sekarang peran Mu mulai dibutuhkan.
Anja terdiam ketika melihat Mahesa yang sedang duduk tenang di halte bus. Sejak kapan coba Mahesa ada disana?
Anja ragu melangkah tapi dia harus segera menuju kedainya bekerja. Tapi.. Anja, ah sudah lah. Anja harus segera sampai di kedainya.
Berdiri sambil mendengarkan musik tanpa menghiraukan orang lain. Anja mengetik sesuatu di handphone nya. Tepat, agenda hari ini setelah bekerja. Anja harus menyelesaikan tugasnya malam ini.
Anja menoleh ketika bahunya ditepuk. Segera gadis itu melepas tautan earphone yang menempel di telinganya.
"Jusuf?"
"Haha mbak dipanggilin gak nyaut. Taunya lagi denger musik."
"Maaf." kata Anja tersenyum kecil sampai akhirnya manik matanya bertatapan dengan Mahesa disana.
"Mbak mau kemana?"
"Ke kedai."
"Wah. Sayang banget mobil kita penuh. Maaf ya gak bisa berbagi tumpangan."
Anja tersenyum. "It's okay. Bus juga bentar lagi sampai."
"Kak Esa. Tuh mobil Kak Bayu sampe. Ayo bangun." kata Jusuf.
Anja ikut menoleh mendapati sedan hitam akhirnya berhenti di depannya. Jusuf kembali mengajak Esa untuk segera masuk ke dalam mobil di depannya. Anja tak peduli dan kembali memasang earphonenya.
"Pulang duluan. Gue ada urusan."
"Jangan pulang lambat, Kak."
"Iya. Udah sana."
Jusuf menepuk bahu Anja dan dibalas anggukan oleh Anja. Sedang si gadis masih berharap bus akan segera datang agar tak terjebak lagi dengan Mahesa.
Bahu Anja di tepuk untuk kesekian kalinya. Bedanya, kali ini oleh Esa. Anja kembali melepas earphone nya.
"Iya?"
Esa menampakkan sebuah gelang bahan berwarna hitam pink kepada Anja.
"Punya kamu kan?"
Anja mengecek kembali pergelangan tangannya dan menyadari gelangnya hilang.
"Iya. Nemuin dimana?"
"Semalam. Di perempatan dekat kedai."
"Ah gitu."
Esa memberikan gelang itu segera dan meninggalkan Anja begitu saja. Anja terheran dibuatnya.
Semesta, kenapa dengan Anja? Kenapa dia berlari mendekati Esa?
"Hey." katanya sambil meraih lengan hoodie milik Esa. Pemiliknya berbalik menatap Anja dengan tatapan bertanya.
"Kupon gratis." kata Anja menaruh secarik kertas berbentuk kotak pada tangan Esa. "Sekali pakai. Bisa digunain kapan aja kok. Untuk gelang yang kamu temukan. Makasih banyak. Ini berharga." ucap Anja tersenyum tulus memperlihatkan tangannya.
Sebenarnya, Mahesa tidak mau menerima. Toh dia jarang ngopi atau sekedar nongkrong di kedainya Anja. Tapi tak apa, manusia suka yang gratisan, iya kan? Begitu pun dengan Esa.
"Jangan lupa mampir ya." katanya lagi.
Esa mengangguk pelan. Memasukan kupon yang diberi ke kantong hoodienya. Lalu berjalan kembali meninggalkan Anja.
Anja tersenyum kecil. Segera berbalik karena bus yang dinanti sudah tiba. Gadis itu berlari agar tidak telatㅡ
ㅡtanpa tau, pemuda yang baru saja ia berikan kupon itu tersenyum kecil melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita dan rasa ✓
FanfictionKalau aku bilang, kenal sama kamu adalah suatu keberuntungan yang sangat aku syukuri. Apa kamu akan tetap memilih pergi? © 2020, leessyeon. seungmin & yeji local au. end.