Itu yang ada di pikiran Mahesa Adskhan Al-Aqsa saat ini. Anja berhak, sangat layak mendapatkan kebahagiaannya. Gadis itu terlalu rapuh Semesta, Esa berani jamin kalau Anja selalu menangis di setiap malamnya.
"Kalau ketemu kakak kamu, kamu mau ngapain?" tanya Esa menatap gadis di depannya.
"Minta penjelasan lah, kenapa ninggalin aku gitu aja. Dia harus tau gimana perjuangan aku hidup sampai saat ini, iya kan? Biar dia paham kalau ada orang yang lebih tersiksa dari dia."
"Kamu dendam?"
Anja menggeleng keras. "Sama sekali tidak. Tapi setiap orang pasti akan melakukan cara yang sama. Sa, kita perlu tau penyebab seseorang ninggalin kita."
Benar. Hanin juga ninggalin gue karena dia lebih milih Cakra. Batin Esa.
Gadis bermata elang itu menghela nafas panjang, berpegang kuat pada pegangan jembatan disana. Menatap sang Senja yang kian waktu kian tenggelam ditelan malam.
"Tapi setelah di pikir-pikir, aku bersyukur dia pergi."
"Kenapa?"
"Karena aku bisa kenal sama orang sebaik kamu."
Esa tersenyum kecil. "Saya nggak seperti itu."
"First impression aku ke kamu itu buruk. Kamu cuek, jutek, kamu juga dingin. Ternyata sebaliknya. Memang ya kita nggak boleh nilai orang cuma dari penampilannya."
Mahesa tersenyum lagi, matanya terus menatap gadis di depannya. Kakinya ia langkahkan agar bisa sejajar dengan Anja. Menatap gadis itu dari samping adalah sebuah anugerah yang sangat Esa suka.
Anja cantik, natural tanpa dirias apa-apa.
"FI saya ke kamu juga buruk. Saya kira kamu judes, kamu galak, kamu pemarah, dilihat dari mata kamu, kamu cuek. Ternyata juga sebaliknya. Kamu butuh dirangkul."
Anja lagi-lagi menghela nafasnya. Kemudian menatap pemuda yang kini sudah berdiri disampingnya.
"Dirangkul seperti apa?"
"Kamu butuh bahagia, Nja."
"Setiap orang juga memang berhak buat bahagia kan? Bukan cuma aku. Aku sudah terbiasa dengan hal-hal yang menyedihkanㅡ"
"ㅡmungkin termasuk kehilangan kamu pada akhirnya. Aku udah siap-siap soal itu." lanjutnya.
Mahesa menaikan alisnya heran. Masih menerka ucapan Anja yang menuju kepada perasaan. Benarkah?
"Kalau aku bilang kenal sama kamu adalah suatu keberuntungan yang paling aku syukuri. Apa kamu akan tetap memilih pergi?" ujarnya sambil menatap lekat mata Esa.
"Nja.."
"Aku belum cinta kok, hanya sekedar suka keberadaan kamu yang tiba-tiba. Sa, aku gak maksa kamu. Kalau kamu mau lebih kenal sama aku, aku siap membuka pintu. Tapi kalau kamu memang masih nunggu Hanin, silahkan. Aku gak keberatan."
"Saya disini. Saya nggak kemana-mana." jawab Esa.
Deru nafas Anja tak beraturan. Dia hanya ingin kebahagiaan yang jelas, yang sudah ada di dekatnya; Mahesa.
Tapi sepertinya Semesta belum mengizinkannya? Dilihat dari mata Esa, dia masih meminta waktu dengan Sang Pencipta.
"Melupakan Hanin bukan perkara mudah Nja. Saya disini, karena kamu butuh saya. Saya ada kalau kamu cari. Tapi kalau soal saya mengenal kamu lebih dalam, percaya. Itu akan terjadi tiba-tiba."
Anja mengangguk pelan.
Esa juga menghela nafas nya kasar. Tersenyum kemudian menatap gadis yang mulai saat ini perlu dibahagiakan.
"Aku paham."
"Nja, malam ini mau jagung bakar?"
"Hm?"
"Di pinggir kota banyak yang jual. Mau gak?"
"Keberatan? Aku lagi nggak butuh-butuh banget buat dihibur Sa."
Esa tersenyum lagi dan lagi, tangannya meraih puncak kepala Anja. Mengelusnya pelan seraya menyebarkan energi positif ke dalam diri Anja.
"Saya mau pergi, sama kamu."
"Yaudah, aku ikut."
Esa tersenyum kemudian berjalan meninggalakan jembatan.
"Maaf ya, gara-gara saya mood kamu jadi buruk."
Anja menggeleng seraya menghampiri Esa yang sudah jalan duluan.
"Biasa aja kok, aku lega."
Keduanya menatap satu sama lain, kemudian tertawa bersama ditengah malam yang mulai menyapa. Berjalan berdampingan bersama dengan perasaan yang tak bisa di luruskan.
Tak apa, ini hanya perihal waktu.
"Kita itu rumit ya Sa. Maunya menangin ego sendiri."
"Kita egois karena kita mau bahagia. Kita egois karena mau nurutin perasaan kita. Kita gak jahat kok, cuma Semesta aja yang belum ngasih keadilan."
"Kalo gitu, aku sama kamu bisa jadi Kita?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.