Taman sepi, kala itu hanya ada Esa seorang diri. Menatap kosong ke depan dengan perasaan yang tak karuan.
Sebenarnya pemuda itu tak ingin memikirkan, tapi Anja terlalu menarik untuk di abaikan. Apalagi setelah perbincangannya dengan Anja kemarin, tentang siapa yang akan ia pilih. Anja atau Hanin.
Mengingat Hanin adalah teman masa kecil serta cinta pertamanya membuat Esa ragu akan perasaan yang ia punya untuk Anja. Esa bohong kalau ia tak suka Anja, hanya saja ia benar-benar tak mengerti kenapa ia bisa mencintai dua orang sekaligus?
"Woy"
Esa menoleh ketika bahunya ditepuk. Ino disana dengan dua cup americano yang kemudian ia ulurkan satu untuk Esa.
"Makasih Kak."
"Heem. Lo kenapa?"
Esa menghela nafas pelan. "Baru kali ini gue ngerasain rumitnya suka sama orang."
"Hubungan mah emang rumit, Sa."
"Kak, gue harus gimana coba. Hanin, gue masih suka sama dia. Kaya gue yakin dia bakal balik ke gue. Tapi disisi lain Anja dateng buat ngisi kekosongan hati gue. Bukan sekedar dateng yang lo cuma mampir doang, tapi ngasih kesan yang bener bener gak lo dapetin dari banyak orang."
"Anja bener bener kaya ngasih pelajaran. Hidup bukan tentang apa yang lo kejar, tapi hidup itu tentang gimana caranya bisa bertahan."
Ino mengangguk paham. "Kalo gitu lo juga harus bertahan. Kalo nurutin apa yang lo kejar, tempat pulang lo bakal rusak. Maksud gue, dia bakal bosen nunggu lo balik karena lo terus ngejar apa yang nggak pasti."
Esa mengusap wajahnya.
"Coba damai sama hati dan pikiran lo. Maunya Hanin atau Anja. Gue yakin ada keselarasan disana. Sa, saran gue jangan gegabah. Pikirin siapa yang berhak lo perjuangin."
"Dulu gue juga ngalamin hal yang sama. Lo tau sendiri Elris sama gue udah deket lama. Tapi ketika gue nyatain perasaan gue, Elris nolak dengan alasan dia gak ada perasaan lebih. Lalu, gue ketemu sama Lily."
Ino meneguk minumannya kemudia kembali berbicara.
"Dia bukan pelarian. Tapi dia jadi tempat pulang. Gue ngerasa bener-bener jadi diri gue sendiri ketika sama dia. Kalau gue boleh jujur, gue gak nyesel ditolak Elris. Karena gue yakin kalo gue sama Elris jadian, hubungan gue sama dia gak bakal berjalan dengan mulus, dan pastinya gue gak bakal kenal sama sosok Lily yang bahkan gak akan pernah gue lepas sampe kapanpun."
"Intinya, lo omongin dulu sama Hanin. Jangan sampe nyesel. Inget, disini ada dua hati yang lo jaga. Anja, pikirin dia juga. Gimana bisa lo suka sama Anja ketika hati lo masih ada Hanin? Pikirin itu." Akhirnya.
Esa mengangguk pelan.
"Satu lagi." kata Ino serius.
"Apaan?"
"Pilih satu, atau nggak sama sekali."
Mahesa mengerjapkan matanya.
"Lo kaya gini jadi keliatan bego nya Sa hahaha." Ino ketawa. "Mana yang katanya Mahasiswa terbaik? Dikasih cobaan cinta jadi lemot."
"Kejam banget ya lo Kak."
Pemuda keturunan jepang itu menepuk bahu Esa mantap. "Tumbenan lo curhat ginian ke gue. Ayis kemana?"
"Gak tau, pengennya ke lo dulu."
"Ada hati juga ya lo ke gue?"
Mahesa menyingkirkan tangan Ino dari bahunya. Kemudian mengepalkan tangan, mengetuk ke bangku dan kepala berkali-kali.
"Amit-amit. Naudzubillahimindzalik."
Benar-benar gadis yang sedang melamun itu bukan seperti seorang Mikayla Anjani. Untuk apa kuliah kalau yang dilakukan hanya termenung dan memikirkan hal lain?
Anja menghela nafasnya pelan. Menutup buku novel yang sedari tadi terbuka dan tak terbaca.
"Nja."
Gadis itu menoleh menatap seseorang yang duduk di sampingnya. "Iya?"
"Lo ke festival kampus sama siapa?"
"Gak dateng kayanya."
Gadis berambut pirang di sebelah Anja menoleh. "Loh kenapa? Perasaan lo pengen banget dateng tahun ini."
"Gue ketemu banyak orang rasanya pengen nangis, Nad."
Nadifa disampingnya menaruh tangannya pada bahu Anja. "Kata lo, anxiety lo udah mulai membaik?"
Anja menggeleng. "Gatau. Udah beberapa hari ini ketemu banyak orang suka cemas."
Nadifa menepuk pelan bahu Anja. Memberi ketenangan disana. "Gapapa. Gak usah dipaksa kalo nyiksa. Pokoknya gue berdoa buat kesehatan lo. Tapi di kedai gapapa kan?"
"Nggak terlalu parah sih."
"Take your time. Kalo dirasa gak kuat bilang aja sama Kak Saras ya." kata Nadifa.
Jadi sebenarnya Nadifa adalah saudara sepupu dari Sarasㅡpemilik kedaiㅡ yang juga satu kelas dengan Anja.
"Makasih Nad."
Anja kemudian membereskan barangnya. Ikut keluar dengan Nadifa meskipun nanti tujuan pulangnya berbeda. Gadis itu kemudian berhenti di salah satu papan pengumuman di loby utama.
Disana terpampang jelas ada Kesembilanan yang dulu pernah dibahas Jusuf dengan Anja. Benar, sampai saat ini Anja masih belum tau apa itu Kesembilanan. Akan mempersembahkan apa mereka untuk festival kali ini?
Anja menunduk kemudian berjalan menuju halte untuk kembali pulang. Kalau ditatap lama, bisa berbahaya bukan?
"Anja."
Anja menoleh ke belakangnya dengan terkejut.
"Esa?"
Pagi! Jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan ya. 💛
KAMU SEDANG MEMBACA
kita dan rasa ✓
Fiksi PenggemarKalau aku bilang, kenal sama kamu adalah suatu keberuntungan yang sangat aku syukuri. Apa kamu akan tetap memilih pergi? © 2020, leessyeon. seungmin & yeji local au. end.