Sejak pagi tadi, mood Anja memang tidak baik. Anja benar-benar merasa hampa ketika mendapatkan sebuah pesan dari Lia yang katanya mendapatkan sebuah pencerahan tentang dimana Kakak Anja berada.
Untuk saat ini, gadis itu ingin istirahat sebentar saja. Tidak ingin menjelajah dunia untuk menemukan sebagian hartanya. Anja sudah lelah, Anja hanya akan pasrah dan menunggu keajaiban yang dituliskan di buku takdir oleh Sang Semesta.
Kedai pun sejak sore tadi sepi. Hanya sebagian murid sekolah yang mengerjakan tugas mereka disana. Tak seramai biasanya.
Lonceng berbunyi. Anja segera berdiri. Matanya mengerjap ketika yang dilihatnya adalah Sagara, mantan kekasihnya.
"Americano ya. Dua." katanya.
"Duduk dulu aja. Nanti dipanggil kalau udah selesai."
Sagara mengangguk. Dengan secepat kilat Anja membuatkan pesanan pemuda yang sudah lama tak ia jumpai setelah keputusan berakhirnya hubungan. Gadis itu mencoba tenang, meski dalam hati sedikit goyah. Tak apa, itu sedikit wajar kan?
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Anja sedikit mengatur nafasnya. Bagaimana caranya memanggil Sagara? Haruskah dengan nama?
"Pesanan Americano." panggil Anja akhirnya.
Pemuda itu segera berdiri dan menghampiri Anja. Segera membayar dan tak beranjak setelahnya. Membuat sang gadis terheran dengan sikap yang di depannya.
"Ada yang mau disampaikan?"
"Cuma rindu. Gapapa kan?"
Anja terdiam.
"Gak apa. Tapi jangan terlalu lama. Aku gak bakalan balas rindu kamu yang sudah asing buatku."
Sagara tersenyum kecil. "Iya. Saya ikhlas."
Anja mengangguk.
"Tapi, kamu gak ada niatan buka block akun saya?"
Yang di depannya menggeleng. "Maaf Gar. Tapi sekalinya saya kecewa, saya gak bisa kembali terbuka. Itu resiko kamu kalau kamu memang menyesal. Tapi, aku bener bener gak ada alasan buat kembali baik seperti biasa sama kamu."
"Bukannya saya masih dendam. Tapi luka yang kamu torehkan begitu dalam. Saya udah anggap kamu asing, dan akan begitu dalam waktu yang lama. Jadi mohon, jangan modus beli minum kalau hanya untuk kembali akrab sama saya." ucap Anja menatap tajam pemuda di depannya.
Sagara terdiam. Tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Saya tulus soal minuman ini. Dan, untuk permintaan maaf. Saya beneran tulus Nja."
Anja diam tak ada niat membalas.
"Kalau begitu, saya pamit. Terima kasih."
Anja tersenyum. "Terima kasih kembali."
Gadis itu menghela nafas panjangnya. Lega. Tak mau mengambil resiko lainnya, Anja memutuskan untuk menutup kedainya. Ia hanya takut mood nya akan semakin memburuk menjelang malam.
Malam ini bulan dan bintang menemani perjalanan pulang Anja. Ia menutup matanya untuk merasakan hangatnya malam kala itu. Rasanya semakin hari semakin berat saja bebannya.
Padahal, di belakang sana berdiri seorang pemuda yang selalu menemani hari berat Anja selama ini. Hanya saja, beberapa hari ini gadis itu memang menjauhinya. Entah sampai kapan, yang pasti pemuda disana tidak akan tinggal diam.
Mata elangnya terbuka. Anja kemudian berjalan menuju komplek kosannya. Langkahnya pelan, terlihat lemah sekali. Gadis itu mengeratkan pegangannya pada tali tasnya.
Bersamaan dengan helaan nafasnya, Anja menunduk. Gadis itu hilang arah. Benar, Anja tak tahu kedepannya akan seperti apa. Semangatnya luntur begitu saja.
Handphone Anja bergetar menandakan ada pesan. Gadis itu membukanya perlahan.
Matanya mengerjap begitu melihat pesan dari seseorang yang akhir-akhir ini telah mengacak hati dan pikirannya.
Mahesa
| Barusan banget tiba tiba
saya mikirin kamu.
18.55Anja menghela nafasnya. Mengetikan sebuah pesan seiring dengan memasang earphone di kedua telinganya.
Mikirin apa? |
18.56Tak ada balasan, Anja kemudian mempercepat langkahnya. Perasaan ingin segera sampai di rumah tiba-tiba menghampirinya. Entah, Anja rasa Mahesa sedang menunggunya.
Padahal, tanpa gadis itu tau; Mahesa sejak tadi mengikutinya. Memastikan bahwa gadis itu sampai di rumah. Pemuda itu sedikit khawatir tentang gadis di depannya, tapi ia enggan bertanya. Ia hanya ingin perasaan gadisnya membaik terlebih dahulu.
Anja akhirnya sampai di rumahnya. Membuka pintu, segera ia masuk ke dalam. Ingin kembali berkutat dengan pesan yang membuatnya penasaran. Tapi sangat disayangkan, pemuda itu tak membalas pesan.
Gadis itu membaringkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamarnya, kembali memikirkan Mahesa disana. Tiga hari ini dia kemana dan sekarang sedang apa?
Bagaimana dengan Mahesa dan Hanin setelahnya?
Anja mengacak rambutnya kesal. Tapi setelahnya pesan datang membuat gadis bermata elang itu tersenyum lebar.
Mahesa
| Kalau besok ada waktu, gimana kalau ketemu?
| Saya rindu, kamu
19.05
No comment. Ini garing banget aku gatau kudu ngapain ☹
KAMU SEDANG MEMBACA
kita dan rasa ✓
FanfictionKalau aku bilang, kenal sama kamu adalah suatu keberuntungan yang sangat aku syukuri. Apa kamu akan tetap memilih pergi? © 2020, leessyeon. seungmin & yeji local au. end.