Kalau kata Felix, Esa itu supir. Iya, supir pribadinya Hanin. Gimana enggak bilang seperti itu kalau kenyataannya, Esa selalu siap kalau Hanin meminta mengantarnya pergi. Sekalipun pergi dengan Cakra, seseorang yang Mahesa kesalkan karena berhasil membuat Hanin masuk ke dalam dunianya.
Dari sisi Esa pun, pemuda itu tak mungkin menolak jika gadisnya itu memintanya, karena bagi Esa, Hanin adalah prioritasnya, bahkan sejak dulu. Sejak Esa yakin bahwa perasaan ini bukan hanya sekedar perasaan seorang teman biasa.
Benar, saat ini pemuda september itu sedang bersama gadis cantik bernama Hanin. Hujan deras mengiringi perjalanan mereka. Sejak tadi pun, pemuda itu tak berbicara apa-apa karena Hanin yang memang sedang tidak dalam mood yang baik.
"Pulang aja ya?" kata Esa akhirnya.
"Masih mau muter-muter."
"Gue lagi hemat bensin, Nin. Disuruh hemat sama si bunda."
"Gue ganti kok tenang aja."
Esa memberhentikan mobilnya. Kemudian menoleh dan menatap dalam Hanin. "Cerita coba. Gue bukan dewa yang bisa denger isi hati lo."
"Gue cuma lagi berantem sama Cakra. Udah,"
"Terus ngelampiasinnya ke gue? Lo kira gue itu apa?"
Hanin menoleh kaget mendengar pertanyaan Esa. "Sa?"
"Apa? Sekali aja kalo lagi sama gue lo lupa sama Cakra, bisa?"
Hanin diam.
"Oh iya gak bisa. Lo udah buta cinta." kata Esa membantingkan punggungnya ke kursi mobil. Menghela nafas, kemudian memejamkan matanya.
"Tugas kuliah gue udah pusing, lo bersikap kaya gini tambah bikin gue pusing. Jadi gue mohon, jangan tambahin Cakra di cerita kita."
Tangan gadis itu mengelus dahi Esa yang berkerut, bermaksud mengendurkan kerutan disana. "Maaf Sa. Gue egois."
Mata si pemuda membuka, kemudian meraih tangan Hanin yang masih ada diatas kepalanya.
"Lo boleh nangis. Tapi lo gak boleh diem."
"Iya, maaf."
"Kita pulang ya? Gue capek."
Hanin menipiskan bibirnya kemudian mengangguk. Tangannya balik ke semula, kembali menggenggam handphone dan masih berharap dengan Cakra-nya.
"Maaf lagi ya Sa udah buat lo kesel."
Esa menoleh kemudian mengacak rambut milik Hanin. "Santai. Makanya lo harus bahagia."
"Iya. Gue usahain."
"Kalo sama gue bahagia nggak?" tanya Esa.
Hanin menoleh kemudian memegang dagunya seperti berpikir. "Kayanya harus dipertimbangin dulu." katanya diakhiri tawa.
Esa cuma senyum menanggapinya. Meskipun hatinya masih sedikit kacau dengan gadis di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita dan rasa ✓
FanficKalau aku bilang, kenal sama kamu adalah suatu keberuntungan yang sangat aku syukuri. Apa kamu akan tetap memilih pergi? © 2020, leessyeon. seungmin & yeji local au. end.