BAB#17 : Insomnia

1K 238 10
                                    

Beberapa hari ini, kontak Mahesa menjadi paling atas dalam log panggilan Anja. Dan, malam ini Anja benar-benar membutuhkan sosok yang sangat ia sukai itu.

Insomnia yang tiba-tiba menjadi teman Anja saat malam sangat mengganggu, karena sudah pasti ia akan terus mengantuk saat kuliah maupun bekerja.

Anja benci tidur larut, karena kesepian pasti selalu menemaninya. Anja sangat benci karena ia menjadi manusia paling iri sedunia, karena yang lain memiliki teman bicara sedangkan ia tidak.

Tapi semua berubah setelah Esa yang menginginkan sebuah hubungan yang lebih dari sekadar teman darinya. Pemuda itu menjadi teman malamnya saat insomnia. Terkadang, suara lembutnya juga menjadi penghantar tidurnya.

Anja suka. Semua yang menyangkut Mahesa dia sangat suka.

Dan, tepat ketika ia memikirkan Mahesa, panggilan muncul darinya. Segera Anja buka karena memang ia sangat menunggu kehadiran Esa.

"Halo?"

"Saya liat tadi kamu ngelove postingan Resa di instagram. Belum tidur?"

"Iya. Insom lagi, Sa. Gak suka."

"Mau ngobrol atau langsung tidur? Besok part time gak?"

"Nggak. Ngobrol dulu yuk? Kangen."

Esa disana terkekeh.

"Saya juga kangen kamu."

"Gak ada pembicaraan lain? Cringe banget tau." kata Anja ketawa.

"Nja, saya tadi dateng ke alun-alun kota disini. Kalo malem bagus banget serius. Tapi katanya sih bakal lebih bagus lagi,"

"Kapan?"

"Kalo saya bawa kamu kesini."

Anja senyum lebar.

"Apaan dih. Kamu pulang kapan?"

"Kangen banget?"

"Biasa aja."

"Lima hari lagi kalo gitu."

Anja menegak. "Loh, kok makin lama?!"

"Kalo kamu kangen banget besok juga pulang, hahaha"

Anja ketawa banget. Kupu-kupu rasanya lagi berterbangan di perutnya.

"Serius."

"Wkwk beneran pulang besok kok. Nggak ada kerjaan lagi."

"Jangan lupa kabarin ya."

"Iya."

Diam. Cuma hembusan angin malam yang menyapa kulit Anja. Esa disana juga diam. Nunggu Anja bicara.

"Sa, janji ya sama aku gak bakal nyari kakakku lagi?"

"Loh kenapa?" tanyanya heran.

"Cukup Sa. Aku cuma butuh kamu."

"Nja, serius.."

"Serius. Banget malah. Jadi aku mohon, meskipun aku bukan rumah kamu nantinya, tolong istirahat lebih lama. Aku lagi butuh kamu."

Mahesa terpana disana. Memang benar rasanya bukan main-main. Tapi baginya, keluarga tetaplah penting.

Kalau memaksa, Anja tidak akan suka. Jadi sebisa mungkin Esa memberikan kepastian untuk menuruti apa yang Anja inginkan. Termasuk, istirahat lebih lama.

Inginnya Anja menjadi rumah untuk selamanya. Tapi, Semesta yang lebih tau bagaimana rencana ke depannya.

"Iya saya janji."

Anja tersenyum kecil. "Makasih lagi. Makasih banget."

"Kita sama-sama butuh satu sama lain. Nggak perlu makasih banyak2 Nja. Saya takut gak bisa buat kamu lebih bahagia."

"Nggak perlu segitunya, percaya. Kamu ngasih aku kabar aja aku udah seneng banget Sa. Meskipun begitu, kamu gak perlu ngasih kabar yang rinci banget. Seperlunya aja. Sewajarnya aja. Kalau berlebih, gak baik."

"Iya Nja. Paham."

"Aku jadi penasaran, kamu takut gak sih aku cuma sementara?"

Esa terkekeh disana. "Takut banget lah, makanya saya berusaha buat kamu bahagia. Nggak tau, itu perintah hati saya. Bucin banget gak sih?"

"Iya hahaha."

Esa ketawa bareng Anja yang keliatan lebih rileks dari yang tadi. Kemudian keduanya diam lagi.

"Nggak usah takut lagi ya. Aku gak bakal kemana2 ini."

"Iya tuan putri."

Lagi-lagi Anja cuma bisa ketawa.

"Nyanyiin lagu dong Sa,"

"Iya. Udah siap?"

"Heem udah."

Malam itu percakapan semakin mendalam dengan Esa yang terus menerus membuat Anja merasa hidupnya lebih berwarna.

Anja berani janji kalau Esa akan jadi yang terakhir untuknya. Selanjutnya biarkan Semesta ikut campur tangan dengan takdirnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kita dan rasa ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang