BAB#16 : Akhirnya

1.3K 282 45
                                    

Sejak tadi pagi, langit terus menampakkan warna abunya. Birunya tak sedikit pun terlihat, sedangkan gemuruh ikut hadir seakan memberitahu bahwa hujan akan turun tak lama lagi. Padahal kenyataannya, dari pagi tak ada satupun air yang jatuh dari atas sana.

Gadis berambut hitam itu kini berjalan dengan gontai menuju halte bus. Matanya sayu, antara mengantuk atau ada yang ia pikirkan.

Di halte hanya ada ia seorang. Gadis itu kini mengangkat tangannya setengah, melihat arah jarum jam pendek yang kini kian mendekati angka empat.

Matanya bergeser sedikit, fokusnya kini pada gelang yang ada disebelah jam. Gelang yang sejak lama ia pakai. Kenangan yang tak sedikit dan saksi antara kebahagiaan dirinya dan kakaknya dulu.

Anja menghela nafasnya pelan. Perlahan menaiki bus dan segera duduk untuk mengistirahatkan badannya. Kepalanya yang pusing karena pikirannya yang bercabang membuat gadis itu memilih untuk menidurkan matanya sejenak.

Belum ada lima menit, Anja tersentak dengan getaran ponselnya. Segera ia ambil benda pintar itu di dalam tasnya.

Mahesa
| dimana?
| kalo masih di kampus saya jemput.
15.59

Anja
Udah di bus kok. |
16.00

Mahesa
| okay. hati-hati.
16.01


Jarinya memencet gambar yang dipasang oleh Mahesa. Disana ia tersenyum, sangat manis hingga membuat Anja lupa sejenak akan bebannya.

Apa ini saatnya bagi Anja untuk kembali terbuka dengan Esa?

Langkah kakinya ia hentikan ketika tepat berada di depan cafe yang ia tuju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kakinya ia hentikan ketika tepat berada di depan cafe yang ia tuju. Dari luar sana, ia bisa melihat pemuda berambut hitam itu sedang menunggunya.

Tak mau lebih lama, Anja segera masuk dan menghampiri Mahesa di dalam sana.

"Hai."

Esa menoleh kemudian tersenyum.

"Maaf nunggu lama."

"Gak apa." jawab Mahesa.

Hening.

Mahesa menatap Anja yang terdiam.

Ingin rasanya ia bertanya kenapa.

"Nja? Mau minum?"

Anja mengangguk cepat. Segera memesan minuman yang segar agar ia kembali hidup. Benar, di keadaan seperti ini membuat Anja hampa. Sangat terasa kosong di dalam hatinya.

"Ah kamu mau ngomong apa, Sa?"

"Nanti dulu deh. Kamu dulu cerita. Ada apa?"

Anja menaikan kedua alisnya.

"Enggak. Cuma lemes aja sih."

"Kamu tau? Kenal sama kamu selama ini ngebuat saya kenal lebih dalam sama kamu. Salah satunya saya tau, kapan kamu bohong."

Anja menghela nafasnya.

"Nanti ceritanya. Aku kesini cuma mau dengerin kamu bicara. Mau cerita apa?"

Esa menyandarkan punggungnya pada kursi. Menatap dalam mata Anja disana.

"Kita perbaiki hubungan dulu gimana? Nja, saya udah mutusin buat kembali sama kamu. Kamu masih di tempat yang sama?"

Anja senyum. "Iya. Masih."

Esa mendekat. "Anja, kalau kamu tanya lagi saya akan pergi atau enggak, saya gak akan pergi. Saya bakal tetep disini. Nemenin kamu. Nemuin kebahagiaan sama kamu."

"Saya sadar, kalau kamu itu berharga. Saya bahkan gak bisa tidur cuma karena saya penasaran kamu lagi apa, kamu kabarnya gimana. Saya selalu resah kalau kamu gak ada."

"Jadi, mau kan berbagi cerita sama saya? Mau kan berbagi kebahagiaan sama saya?"

Anja mengerjapkan matanya. Hatinya lega mendengar perkataan pemuda di depannya. Suara Esa lembut, membuat telinga dan hati Anja menghangat.

Kalau seandainya Esa datang hanya untuk sesaat, Anja tak akan menyesal. Bagaimanapun, nantinya Semesta yang memutuskan. Tapi untuk saat ini, bagaimana kalau sebaiknya diperjuangkan?

"Aku gak akan nolak, Sa."

Foto profil esa;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto profil esa;

Foto profil esa;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maaf terlambat lama.
Bener bener gak bisa nulis kemarin kemarin. ㅠㅠ

kita dan rasa ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang