BAB#02: Yang Ditatap, Ternyata Menetap

1.9K 340 18
                                    

Anja menatap buku catatannya dengan hampa. Rasanya Anja ingin sekali waktu segera melewati masa-masa sulitnya. Agar Anja tidak kembali berharap dan sakit hati dibuatnya.

Anja menutup buku itu, isinya merupakan catatan yang harus Anja kerjakan bulan ini juga. Seperti membayar kosan, menghemat uang agar bisa dipakai untuk biaya kuliah serta service laptopnya, atau bahkan rencana Anja yang akan terus berpuasa senin-kamis setiap minggunya, karena upah selama menjaga kedai akan dia tabung untuk kebutuhan Anja juga.

Gadis bermata elang itu menghela nafasnya. Dia masih muda tapi kenapa harus melewati masa-masa yang menyulitkan dan menyakitinya? Anja hanya ingin dikuatkan. Karena ia percaya, semua ini sudah ditulis oleh Sang Pencipta.

Semesta, kenapa begitu tega membuat gadis cantik satu ini tersiksa?

"mbak! hello?"

"MBAK?!!!"

Anja terkejut dengan suara tersebut. Segera ia menyimpan catatannya agar bisa segera melayani pembelinya.

"Ah iya, maaf. Ada yang bisa saya bantu?"

"Mbak saya mau pesen minuman."

Anja mengangguk kemudian bersiap menuliskan pesanan.

"Milk tea 2, ice americano 3, bubble ice moccacino 2, bubble ice coklatnya 2."

"Oke.." kata Anja lirih.

"Uang kes saya ketinggalan. Jadi pake kartu kredit bisa kan?" kata pemuda itu memelas.

Anja mengangguk.

Setelah selesai transaksi, Anja segera membuat semua pesanan pelanggannya. Namun belum sempat menyentuh alat-alat untuk membuat minuman, Anja menoleh kembali kepada seseorang di depannya yang terus menatapnya.

"Ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Kayanya saya pernah lihat mbak di kampus. mbak anak FK?" katanya dengan tangan yang sudah melipat di depan dada.

Anja mengerutkan dahinya kemudian menggeleng.

"Yah salah. Terus mbak jurusan apa?"

"Saya ngambil sastra."

Dia terkejut. "Wah. Kayanya bener saya pernah liat mbak. Saya pernah mampir ke gedung sastra juga. Mbak kenal sama kak Sheryl? itu sodara saya mbak!"

Anja tersenyum kecil melihat celotehan pelanggannya. Kemudian mengangguk. Anja sangat ingin tertawa mendengar dia terus berbicara. Tapi, Anja tahan karena.. Siapa dia?

"Soal Sheryl, saya hanya sekedar tau."

"Kalo gitu ayo kita kenalan! Saya Jusuf, jurusan komunikasi. Kalo mbak?" kata dia dengan mengulurkan tangannya, senyuman pemuda bernama Jusuf ini membuat hati Anja menghangat.

Anja dengan senang hati menerima uluran tangannya. "Saya Anja."

"Aku maba. Jadi gappa ya mbak manggilnya mbak? Aku punya mbak dirumah juga. Sering manggilnya mbak juga."

Anja terkekeh. "Iya. Jadi saya boleh kan bikin pesanan kamu sekarang juga?"

Jusuf menganga. "Hahaaa iya mbak silahkan! Hehe maaf mbak. Saya tunggu di meja deket jendela. Semangat mbak!"

Anja akhirnya tersenyum lega. "Iya, Jusuf."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kita dan rasa ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang