BAB#11: Jusuf dan Ceritanya.

1.1K 294 28
                                    

Matahari pagi kala itu bersembunyi dibalik awan hitam. Dedaunan kala itu ikut melembab sebab cahaya matahari tak muncul sejak kemarin. Langkah kaki gadis Mikayla berhenti di halte bus. Matanya masih lelah karena bergadang semalaman demi tugas presentasi yang dilaksanakan hari ini.

Bus berhenti tepat di depan gadis itu, segera ia masuk agar menghemat energi yang masih tertinggal di kasur empuknya. Menyenderkan kepala ke jendela bus sambil memejamkan matanya. Ia harap perjalanan 10 menit ke kampusnya akan berlangsung lama.

Sesampainya di kampus, Anja segera membuka payung lipatnya. Hujan mulai menampakkan rindunya pada bumi pagi ini.

Gadis itu segera berjalan masuk ke dalam kampus, mata nya benar-benar mengantuk. Ia ingin tidur secepatnya.

Sesuai dengan harapannya, kelas segera berlangsung dan dia mendapatkan giliran kedua untuk presentasi. Setelah tugasnya selesai, ia langsung bergegas meninggalkan kelas dan istirahat di kantin. Menjadikan kedua tangan sebagai bantalan.

Tanpa peduli yang lain memperhatikan. Masa bodo, ia hanya perlu tidur untuk memulihkan jiwanya yang rapuh.

 Masa bodo, ia hanya perlu tidur untuk memulihkan jiwanya yang rapuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam sudah menunjukkan waktunya pada angka 12. Tapi gadis Mikayla belum juga tersadarkan dari tidur nyenyaknya. Benar-benar tidak peduli dimana ia berada.

Pemuda di depannya tersenyum kecil melihat Anja yang sangat pulas, tak tega mengganggu Anja. Tapi mau tak mau, pemuda itu segera menempelkan botol minuman dingin ke pipi Anja. Sehingga membuat sang gadis terusik.

Tak bangun, gadis itu justru membenarkan posisinya, mencari posisi lain yang membuatnya kembali nyaman.

"Mbak, bangun."

Pemuda itu terkekeh. Kembali menempelkan botol minuman sampai sang gadis terbangun. Mengusap matanya dan menatap sebal seseorang di depannya.

"Kamu apa-apaan sih Suf? Saya lagi tidur!" kata Anja kesal.

"Alarm di hape mbak bunyi terus sampe diliatin banyak orang. Mau aku matiin tapi hape nya ada di kantong mbak, aku gak enak mau ambil."

Anja menaikan alisnya. "SERIUS?!"

Jusuf terkejut dengan respon Anja. Detik selanjutnya mengangguk. Anja di depannya segera memeriksa handphonenya. Ekspresi wajahnya seketika berubah.

"Kenapa mbak?"

"Telat masuk."

"Loh??"

Anja mematikan handphone nya. "Udah lah, mau abis juga. Males masuknya."

"Sholat nggak?"

"Sholat. Kamu juga?"

Jusuf mengangguk kemudian berdiri. "Ayo ke masjid. Abis itu cari makan."

"Loh? Kamu ngajak apa gimana nih?"

Pemuda itu mengangguk.

"Udah lama kita nggak ngobrol kan mbak?"

kita dan rasa ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang