Hujan sudah reda, mereka berdua keluar dari restoran burger dan berjalan pulang. Tak terasa sudah jam 7 malam, mereka berdua masih belum pulang dan masih mengenakkan seragam sekolah yang sama.
“Aku sudah menyadari ini sejak tadi sih, tapi ternyata Kanao bersekolah di sekolah yang sama juga ya? Aku tak pernah menyangka soalnya aku tidak pernah melihatmu sekalipun di sekolah.”
“Hm, i-iya. Aku tidak pernah keluar dari kelas, juga ketika berada di sekolah aku sangat pendiam dan tidak pernah berbicara dengan siapapun. Dan ketika aku ingin berbicara dengan seseorang, aku malu. Jadi, tidak ada orang yang pernah mengenaliku sama sekali.”
Kanao menjelaskan panjang lebar alasan kenapa Tanjirou tidak pernah melihatnya meskipun mereka selama ini satu sekolah.
Tanjirou malah membalasnya dengan tawa ringan. Kanao terheran, mengapa ia tertawa?
“K-kenapa tertawa? Itu semua benar lho.” Kanao yang kebingungan mencoba memastikan apa yang sebenarnya ditertawakan oleh pemuda di sampingnya ini.
“Ah bukan bukan, aku tertawa karena tadi kau bilang bahwa kau pendiam dan malu ketika ingin berbicara dengan seseorang. Namun, tadi kau bisa cerewet juga saat menjelaskan alasanmu diam tadi lho Kanao. Makanya aku tertawa, hehe.” Ucap Tanjirou dengan terkekeh sambil melihat reaksi Kanao yang blushing seketika.
Sambil memegangi pipinya yang memerah, Kanao membalas ucapan dari Tanjirou. “Ah.. itu t-tidak benar. Aku tidak cerewet.”
Dengan nada yang sebal, gadis berkuncir kupu-kupu ini menyilangkan kedua tangannya di dada.
“Aku hanya berbicara secukupnya saja.”
“Nah, ini mulai lagi cerewetnya. Hihihi.” Goda Tanjirou lagi kali ini dengan wajah mengejeknya.
“T-tidaaakkk. Bukaaan.”
Kanao yang merasa dirinya sedang digoda, menggembungkan pipinya dengan ekspresi yang seperti ingin ‘melumat’ pemuda di depannya ini. Kemudian berjalan lebih cepat dari Tanjirou untuk menghindari candaan lainnya.
“Eh Kanao? Aku hanya bercanda tadi, jangan marah.” Ucap Tanjirou yang masih sedikit terkekeh melihat tingkah lucu gadis di depannya ini.
Lalu ia berlari mengejar Kanao yang sudah beberapa langkah di depannya.
‘Gadis ini, benar-benar menggemaskan.’
“Kanao, tunggu.”
Tanpa menghiraukan ucapan Tanjirou sama sekali, Kanao justru mempercepat larinya. Membuat jarak antara Kanao dan Tanjirou semakin jauh. Kanao tertawa kecil sambil sesekali menengok ke belakang.
“Ne, Kanao... tunggu. Kau terlalu cepat.” Ucap Tanjirou yang sepertinya sudah kelelahan mengejar gadis di depannya ini.
“Jika itu aku, aku pasti akan malu jika kalah dari seorang gadis lemah seperti ini.” Ejek Kanao dari kejauhan yang sepertinya didengar jelas oleh Tanjirou.
Sambil tersenyum mengumpulkan tenaganya kembali, Tanjirou akhirnya berlari lagi, mencoba lebih cepat dari sebelumnya.
‘Gadis ini, huh.’
Sambil tertawa geli, Kanao melanjutkan langkahnya supaya tidak terkejar oleh Tanjirou yang sepertinya sedang berusaha mati-matian mengejar dirinya.
.
.
Namun hingga jam menunjukkan pukul 8 malam, Tanjirou masih tidak bisa mengejar Kanao yang jaraknya terlalu jauh. Stamina mereka telah terkuras habis sepertinya dan mereka memilih untuk beristirahat di sebuah bangku pinggir jalan. Keduanya terdiam sejenak, beristirahat. Kemudian keduanya beranjak dari sana, untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga dan Matahari | Kanao X Tanjirou Fanfiction [Complete]
RomanceKebahagiaan merupakan hal yang sangat tabu bagi Kanao Tsuyuri, selama hidupnya satu-satunya kebahagiaan yang pernah ia miliki hanyalah ingatan tentang nama Kanao itu sendiri. Ataukah seseorang pernah mendatanginya dulu? Seseorang yang membuatnya bah...