09. hidup baru

2.4K 308 6
                                    

Aku berlari sekuat mungkin untuk sampai ke rumah dengan air mata ku yang terus mengalir, sesekali aku usap dengan kasar. Dada ku terasa sesak, sangat sesak. Aku berhenti sejenak untuk menarik nafas sembari memegang dada ku yang sangat sesak, mama.... Tunggu alya.








Dan akhir nya aku sampai di depan pintu rumah ku, melihat orang - orang sudah ramai. Tidak... Tolong, jangan ambil mama ku dulu ya Tuhan... Ku mohon. Aku berlari dan menemukan mama ku terbaring lemas di sana, rapih dengan dress yang menyatu rapih dengan tubuh nya, tubuh yang berada di peti kematian. Kaki ku terasa lemas, aku terjatuh, semua orang melihat ku dengan wajah khawatir nya. "Mama... "

"Alya!" ku dengar om seungyeon teriak dengan panik nya. Tapi aku tidak menoleh, mata ku terus menatap mama ku di sana.

"Alya" om seungyeon memeluk ku dan berusaha menenangkan ku.

"Kenapa om... Kenapa... " aku terisak.

"Maafkan saya al... Ini salah saya karena tidak memberi tahu mu soal ini"

Aku tidak menjawab, aku hanya diam masih menatap mama ku di sana. "Saya salah karena tidak memberi tau mu soal tante yang masuk rumah sakit belakangan ini, karena saya tidak mau kam––"

Plak!

"SEHARUS NYA OM BERI TAU SAYA TENTANG INI! INI MAMA SAYA OM! MAMA SAYA" aku berteriak histeris hingga semua orang tertuju pada ku dan juga om seungyeon.

"Maafkan saya"

"Om kira dengan menyembunyikan semua ini, bisa buat aku tidak terpukul? Bisa buat aku bahagia? Hm?" om seungyeon menunduk masih berjongkok menghadap ku.

"Om tau... Yang alya punya saat ini cuma mama om, cuma mama"

"Say–"

"Cukup om, alya kecewa sama om" aku berdiri dan menghampiri mama, dan air mata ku kembali terjatuh.

"Maafin alya ma... Alya belum bisa bahagiain mama" aku mengusap kening mama dan mencium nya lama.

"Alya sebentar lagi lulus SMA, alya janji akan mengejar impian alya, alya akan mencari kuliah setelah ini" aku tersenyum dan mengusap air mata ku.

"Bahagia di alam sana ya ma... Alya sayang sama mama"










×××

Aku berdiri di depan danau yang besar, menatap kosong ke arah depan dengan angin yang beriringan. Aku menarik nafas panjang dan mulai memikirkan bagaimana hidup ku kedepan nya, tanpa mama di samping ku.

"Al?" aku menoleh ke belakang dan menemukan sosok minhee di sana, tersenyum hangat sambil merentangkan tangan nya ke arah ku.

Hhh... Lagi - lagi air mata ku terjatuh. Aku berlari dan memeluk minhee dengan erat. "Lo boleh nangis sekuat lo, gue rela kok lu apain aja, lo mau maki - maki gue, lo mau pukul gue, silahkan al"

"Gue takut min... Gue takut jalan sendiri" minhee tersenyum dan mengelus bahu ku.

"Ada gue di sini, gue siap nemenin lo kemana aja" aku melihat sorot mata minhee yang ikhlas dengan perkataan nya itu.

"Tapi, mama min"

"Mama lo bakalan sedih kalo lo terus - terusan nangisin dia, beliau mau lo bahagia dengan jalan hidup lo sendiri"

"Tenang al, gue di sini"
















Malam tiba, alya sama sekali belum pulang ke rumah, seungyeon terus memikirkan alya, dia khawatir takut terjadi apa - apa dengan alya. Ia duduk dan menghembuskan nafas.


"Ada gue di sini, gue siap nemenin lo kemana aja"

"Tenang al, gue di sini"

"Kalimat itu..." seungyeon mengepalkan kedua tangan nya.

Iya, selama alya berduaan dengan minhee tadi, seungyeon telah memantau nya lalu pergi begitu saja.


"Saya akan cari kamu al"

Sebelum melakukan niatan nya, alya sudah membuka pintu duluan dan hal itu membuat seungyeon terdiam. "Alya?"

"Mulai sekarang, om urus diri om dan anak om sendiri" lalu anak itu berlalu begitu saja.

"Alya tunggu!" seungyeon menahan tangan ku.

"Tolong jangan seperti ini, saya benar - benar minta maaf"

"Sudah berlalu om, semua nya sudah terjadi dan om nggak usah minta maaf, oh ya. Mulai sekarang aku akan jalani hidup aku sendiri" seungyeon mengernyit bingung.

"Maksud mu?"

"Aku akan pergi dari sini, dan jalani hidup aku sendiri, sendirian"

Seungyeon menggeleng lemah. "Enggak, kamu nggak boleh pergi" aku menepis tangan om seungyeon dengan kasar.

"Om! Aku udah nggak punya siapa - siapa! Sekarang mama sudah pergi untuk selamanya, dan aku? Sekarang untuk apa aku di sini?"

"Kamu tidak boleh pergi!"

"Om tolong jangan kayak gini! Ini keputusan ku sendiri! Om tidak berhak melarang ku"

Om seungyeon berlalu begitu saja membuat aku kebingungan apa yang setelah ini ia perbuat. Dan lihat, ia kembali dengan menggendong dohyon. "Tolong, jangan pergi al" air mata ku tumpah kembali, entah kenapa dohyon menjadi kelemahan ku saat ini.

Tapi untuk kali ini tidak, ini sudah keputusan ku, ini sudah menjadi tekad ku. "Aku akan tetap pergi, terima kasih atas semua nya yang om beri" aku berlalu.

"Mamamm" ku dengar suara dohyon bergetar.

Aku menoleh ke belakang melihat lengkungan bibir kecil dohyon yang seperti ingin menangis. Aku tersenyum. "Jaga diri baik - baik ya dohyon... Kaka akan menemui mu lagi setelah ini, sampai jumpa" aku membalik badan ku dan berlari sekuat mungkin.




Mungkin setelah ini, aku akan menjalani hidup baru ku.







|| To be continued ||

Miss you all!





Miss you all!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Young Daddy |• Cho seungyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang