Dinginnya embun menemani perjalanan seorang gadis pagi itu. Sebut saja dia Raisa atau dengan nama panjangnya Raisa Rahmadhita. Gadis yang baru saja menginjak usia ke-16 tahun. Tepatnya satu bulan yang lalu dirinya lulus SMP dan sekarang ia telah bekerja di salah satu restoran yang ada di Purwokerto.
Bukan tanpa alasan ia memilih bekerja di usia mudanya. Hal tersebut dilakukannya karena ia tidak mau terus menerus menjadi beban kedua orang tuanya. Apalagi dengan kondisi ekonomi mereka yang serba pas pasan. Sementara ada dua adik Raisa yang masih membutuhkan biaya banyak untuk sekolah.
Bersama sahabat sebangkunya dari SMP, Ananditya Utami, mereka memutuskan untuk menetap disebuah kontrakan kecil yang terletak tak jauh dari restoran tempat kerja mereka. Saking tidak jauhnya pula mereka kerap berjalan kaki selain melatih mereka untuk hidup berhemat.
Namun pagi itu Raisa harus berjalan seorang diri karena Ana kebagian memegang kunci toko dan sudah berangkat lebih awal. Bukan masalah berarti bagi Raisa,toh malah ia asik asik saja berjalan sambil mendengarkan musik dari headset yang terpasang di telinga kanan dan kirinya.
I Dream High nan kkumeul kkujyo
Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ireonajyoDuryeoumeui kkeuteseo nan
Oneuldo heundeullijyo
Tteorejilkka bwa naraoreuji mothaneun
Eorin saecheoreomJakku naega hal su inna
Nae kkumi irweojilkka
Naeditneun georeum han georeum georeumi dashi
Duryeoweo jil ttaemada(ost Dreamhigh)
Mendengarkan lagu Korea adalah hobinya semenjak duduk di bangku sekolah dasar. Bukan hanya itu,ia juga sangat menyukai drama drama Korea. Bahkan ia bermimpi bisa menikah dengan salah satu aktor Korea. Salah satunya adalah Hyun Bin. Entah, walaupun itu hanya sebuah mimpi tapi Raisa berharap bisa mendapatkan suami di kehidupan nyata yang setidaknya mempunyai kemiripan dengan bias nya itu.
Saat Raisa tengah asik menirukan lirik lagu dengan bahasa bahasa tidak jelas,tiba tiba suatu hal tak terduga terjadi. Sesuatu menghantam tubuhnya dari belakang dan saat itu juga dirinya langsung terpental ke pinggir jalan.
Akhhh. Erangnya dengan posisi sudah tengkurap di atas batuan kerikil. Dalam waktu yang sama terlihat seorang pria paru baya terjatuh dari sepeda motornya. Ia langsung tidak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.
Seketika rasa takut menjalar ke tubuh Raisa. Untuk pertama kalinya dirinya melihat kejadian seperti itu. Apalagi ia sendiri juga ikut terlibat. Bagaimana kalau orang orang menyalahkannya? Apa yang harus Raisa lakukan?
Tiba tiba sebuah tangan menggapai pundaknya dari arah belakang. Raisa yang dalam keadaan syok sontak langsung terlonjak kaget.
"Maaf pak maaf banget. Padahal saya udah jalan dipinggiran. Saya nggak ada niatan buat bapak kecelakaan"ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Raisa. Sambil memejamkan mata ia memohon maaf dengan sangat kepada siapapun yang saat ini dihadapannya.
"Kamu nggak papa?"
Kalimat tanya itu keluar dari mulut seorang pria. Dan terdengar tidak asing ditelinga Raisa. Perlahan ia membuka mata untuk memastikan gerangan siapa laki laki dihadapannya.
"Astagfirullah"ucap Raisa reflek sampai sampai tubuhnya menjauh beberapa senti dari hadapan laki laki itu.
"Aku manusia bukan hantu"sahutnya datar.
Raisa tersenyum kecut. Justru karena manusia makanya terkejut.
"Kamu nggak papa?"tanya laki laki itu mengulang pertanyaannya tadi yang belum sempat Raisa jawab.
"Enggak papa kok"jawab Raisa canggung. Kemudian mencoba untuk berdiri seorang diri. Namun entah kenapa kakinya tiba tiba terasa sangat sakit.
"Awww"erangnya seraya memegang bagian kaki yang sakit.
"Kaki kamu berdarah"laki laki itu menujuk bercak darah yang keluar dari kaki Raisa.
"Aku bawa kamu ke rumah sakit yah"tawarnya dengan raut wajah khawatir.
"Nggak usah. Aku mau pulang ke kontrakan aja"elak Raisa.
"Tapi kaki kamu gimana?"
"Nggak papa. Nanti aku obatin sendiri aja di rumah"
"Beneran?"
"Iyah"Raisa mengangguk pasti.
"Ya udah aku antar kamu pulang yah"
"Iyah"
Laki laki itu membantu Raisa untuk berjalan. Kebetulan motornya terparkir tidak jauh dari tempat kejadian. Jadi Raisa bisa secepatnya diantar pulang.
Tak butuh waktu lama. Keduanya telah sampai didepan kontrakan. Raisa turun dari motor dengan sangat perlahan.
"Maaf ya nggak bisa bantu banyak. Semoga cepat sembuh. Aku pergi dulu. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Sesingkat itu obrolan mereka berakhir. Toh laki laki itu terlihat sedang terburu buru. Mungkin memang akan berangkat kerja. Mengingat jam juga sudah teramat siang. Pasti dia terlambat.
Raisa jadi merasa tidak enak. Tapi mau gimana lagi,mengurus kondisinya saat ini saja entah bisa atau tidak.
Hmmm. Coba gwe pacar pasti hidup gwe nggak semenderita ini. Nggak ada yang nolongin,apa apa sendiri,pokoknya nggak enak banget si hidup ngejomblo terus. Ya Tuhan berikan lah aku pacar. Setidaknya kaya cowo yang tadi juga nggak papa.
Doa Raisa seorang diri.
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Love
Short StoryAda cinta pasti ada yang terluka. Ada tawa namun ada pula tangis air mata. Roda kehidupan akan selalunya berputar. Tak ada penderitaan yang abadi. Semua hanya soal waktu. Dan jika waktu itu tiba kebahagiaan pasti akan menjumpai kita. Raisa pernah be...