empat belas

72 29 6
                                    

"Dada Meta!"

Setelah mengantar Meta Luna dan Nathan langsung mengarah pulang ke rumah.

Luna yang berusaha menikmati pemandangan jalan yang membosankan dan Nathan yang sangat fokus itu.

"Bang!"

"Hemmm!"
Jawab Nathan tanpa menoleh.

"Kok Abang ngak pernah bilang kalo Malvin latihan boxing di tempat ayah?"
Menurut Nathan pertanyaan Luna sangat ambigu.

"Ngapain? Kamukan baru kenal sama Malvin!" Dengan santainya dia menjawab seperti itu.

"Iya juga sih, emang sejak kapan dia ikut gituan..?"

Nathan tersenyum, dia sadar adiknya ini sedang jatuh cinta. Malvin juga banyak menanyakan tentang Luna akhir-akhir ini.
"Kepo banget sih lo dek!"
Ucapan itu membuat Luna manyun dengan ekspresi yang sangat lucu bagi Nathan.

"Yang Abang tau ya,Malvin sejak kecil hobby boxing,dan dari dua tahun lalu sejak ayahnya dapat istri baru dan pindah keluar negeri ,dia cari duit dari boxing. Dia sering ikut tanding bebas buat nambahin gajinya dari Dojo!"Jelas Nathan.
Luna sempat terkejut, mendengar cerita hidup cowok yang pernah dia anggap brengsek itu.

"Kasihan ya bang, padahal ibunya KEPSEK!"

Nathan kembali tersenyum dan mengacak rambut Luna." Kalo kamu suka dia, kamu jaga dia dan arahin dia. Abang  yakin cuma perempuan yang dapat luluhin Malvin!"

"Ngak lah, Luna masih betah jomblo kok!"

****

Matahari Minggu pagi ini sangat mendukung.

Tak terlalu panas tapi juga tak mendung.
Walau sekarang hari minggu,Luna akan tetap ke sekolahan untuk seleksi pentas pensi.Rasanya malas,dia masih inggin tidur hingga siang nanti.Tapi dia punya tugas dan tanggung jawab.

Dia sudah siap, dengan kaos pendek dipadupadankan dengan celana jeans.Rambut terikat dan tas pundak hitam  kecil itu.
Dengan malas dia menuju garasi.

Tak jadi membuka garasi, Luna tersenyum dan menghampiri nya.
"Loh kak Rizal, kok kesini Luna telat lama ya?"

"Ngak kok, ayo sekalian bareng.Tadi gue dari rumah sodara sekalian mampir sini!"Bohong nya.

Luna mengiyakan ajakan Rizal.

Rasanya beda, seharusnya dia girang atau setidaknya bahagia.Dulu Rizal tidak sengaja menatapnya saja  di rasanya udah inggin terbang,Rizal mengajak bicara saja dia sudah heboh ngak karuan tapi, sekarang dia terima ajakan Rizal karna tak enak hati untukn menolak.
Kemana rasa kagum dan girang itu pergi?

***
Sekolah sudah ramai, mulai anak kelas X hingga XII yang akan ikut seleksi ada di sini.

Luna berjalan menuju ruang OSIS untuk menaruh tasnya sekalian menemani Rizal ke ruang OSIS mengambil data.

Setelah itu dia memilih berkeliling sekolah, siapa tau ada yang bagus untuk dipotret.Di ruang OSIS memang ada Kamera jadi dia tidak perlu berat-berat membawa dari rumahnya.

Luna berjalan menuju kelas X yang berada di dekat lapangan belakang.Disana ramai, teman-teman perwakilan kelasnya juga ada di sana.

"Hallu temen-temen akoh!" Sapa Luna dengan nada mengeli kan itu.

Disana empat anak dari kelasnya termasuk Meta,Luna juga baru tau kalau Meta ikut mewakili kelas.Dia terlalu sibuk akhir-akhir ini hingga tidak tau berita terakhir di kelas.

"Loh Dito, lo ikut juga. Pasti pengen temenin Meta ya! Kalian pacaran?"
Terocos Luna .

"Enggak lah,gue masih betah singgel ya.Kalo gue pacaran kasihan Lo jomblo sendiri!"
Meta memang seperti itu, selalu jual mahal karna gengsi.

"Enggak Lun, gue ikut seleksi sama Malvin juga dia tidur di ayunan taman belakang"
Jawab Dito .

"Semangat ya, kalian pasti lolos!"

KOLASE FOTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang