Auris mencoba menatap ke dalam mata Damian, mencoba mencari tahu sendiri jawabannya.
"Pernah cinta dia? Atau ... masih?"
"Auris, sayang, aku hanya cinta kamu saat ini."
"Berarti dulu pernah cinta dia?"
Damian mengangguk satu kali yang hampir tak terlihat seperti anggukan. "Dulu. Sekarang hanya kamu. Bukannya ini sudah nggak penting lagi." Suara Damian terdengar memelan kali ini, ia tidak ingin Auris terpancing untuk marah. Ia ingin menenangkan istrinya, menjaga perasaan istrinya, namun tak bisa menutupi reaksi ketika diingatkan pada Aureli.
"Menjadi penting karena ada sesuatu di mata kamu setiap aku menyebut ... Aurelia. Katakan Damian," matanya membelalak dan bergerak-gerak meneliti tatapan Damian, benar-benar ingin melihat apa yang ada pada mata itu.
"... Apa yang harus aku katakan sayang?"
"Perasaan yang dulu, dan sekarang ... apa masih sama?"
Damian terdiam.
"Damian please...," ucap Auris lirih, ia tertunduk dan air matanya jatuh.
Damian mengangkat wajahnya, menghapus air matanya. "Please, jangan nangis," perlahan Damian menarik Auris ke pelukannya. "Ini yang aku takut--air mata kamu."
"Karena kamu tau, ini akan melukai aku, berarti memang ada sesuatu sampai kamu menjaga--"
"Karena aku tau kamu mudah terluka." Damian melepaskan pelukan dan kembali mengusap air mata Auris. "Dan aku nggak mau sedikit pun buat kamu terluka. Dia ... adalah seseorang yang dulu aku ceritakan, dia... yang dulu aku cinta tapi nggak yakin untuk bisa tetap mencintainya, lalu aku mengabaikan perasaan itu karena takut akan melukainya jika seandainya ... akan memutuskannya. Mengertikan, maksudku?" Damian menjelaskan pelan-pelan.
"Lalu kenapa kamu takut kalau memang sudah nggak menyimpan apa-apa?"
"Aku hanya takut kamu cemburu. Takut kamu akan... berpikir macam-macam. Bukan ketakutan seperti apa yang kamu pikirkan, sayang."
"Harusnya kamu terus terang, baru aku nggak akan berpikir macam-macam."
"Iya maaf, aku salah." Menarik lagi Auris ke pelukannya. "Jangan nangis. Jangan rusak bahagia kita menunggu anak kita tumbuh sampai dia lahir. Aku nggak mau kamu sedih."
Auris membalas dengan memeluk erat Damian. "Tolong pegang sekuat tenaga kamu cinta kamu buat aku Damian. Aku nggak mau kamu melepasnya dengan atau tanpa sadar--aku nggak mau, nggak akan bisa menerima itu," Auris merengek di pelukannya.
"Nggak. Nggak akan pernah. Aku akan selalu memegang erat cinta kita selamanya. Kita akan selalu bersama selamanya. Selamanya sayang." Damian membaringkan tubuh Auris dan menenangkannya.
Damian selalu mengkhawatirkan satu hal, dia akan melukai wanita yang mencintainya, lebih lagi ia mencintai wanita itu, dan lebih lagi kali ini yang harus ia jaga bukan semata perasaan seorang wanita melainkan istrinya, ibu dari anaknya nanti.
__
_
__
Kadang cinta memang sulit diartikan. Sulit dipertahankan. Tapi ketika ikatannya tetap kuat, itulah cinta sebenarnya.
🌹Ever After
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever After
RomanceMungkin butuh waktu untuk aku memahami bahwa hanya kamu yang akan membuat aku bahagia, merasa jatuh cinta, selamanya. Maukah kamu menemani hidup aku selamanya? Kamu adalah bodyguard aku satu-satunya yang akan menjaga aku selamanya.